Kamis, 14 Mei 2009
Menjelajah Angkasa ; Mengintip Luar Angkasa
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Q.S. Ali Imran 3: 190-191)
Di dalam ayat yang sudah cukup sering dikumandangkan tersebut, Allah swt. menjelaskan perihal dua ciri orang-orang yang berakal. Pertama, mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring. Kedua, memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata, "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.? Kesimpulannya, orang yang berakal adalah mereka yang mengingat Allah dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi.
Begitulah Allah swt. dalam ayat tersebut menjelaskan ciri-ciri orang-orang yang berakal dengan bahasa yang sangat jelas dan santun. Namun sadarkah kita, bahwa dalam ayat tersebut juga terkandung sindiran dan peringatan yang sangat besar dari Allah SWT bagi manusia?
Secara tidak langsung, Allah menyindir dan memperingatkan manusia yang tidak mengingat Allah serta tidak memikirkan penciptaan langit dan bumi dengan sebutan manusia yang tidak berakal. Mereka disebut tidak berakal karena tidak memperhatikan tanda-tanda kebesaran Allah swt. yang terdapat di langit dan bumi. Mereka tidak menelaah apa dan bagaimana langit dan bumi itu untuk memahami kemahakuasaan Allah swt. Ironisnya, manusia ternyata bukan hanya tidak memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi, tetapi juga tidak merasa disindir oleh ayat tersebut, dan bahkan tidak merasa sebagai orang yang tidak berakal ketika mengingkari dan tidak memikirkan itu semua.
Alam langit dan bumi memang menyimpan tanda-tanda kebesaran Allah swt. yang jumlahnya tak terhingga. Tanda-tanda itu ada yang bisa langsung terlihat secara mudah dan kasat mata, tetapi banyak juga yang perlu dipelajari, dipikirkan dan direnungkan. Dengan berusaha mengetahui tanda-tanda kebesaran Allah itu, manusia akan tergiring hatinya untuk semakin dekat dengan-Nya. Memahami kehebatan, kecanggihan dan keharmonisan jagat raya ini juga tentunya akan membuat manusia menyadari bahwa sesungguhnya semua yang ada di alam semesta ini sudah sengaja direncanakan, dibuat, diatur, dan dijaga oleh-Nya.
Sayyid Quthb dalam tafsir Fii Zhilalil Quran menyatakan bahwa jika kita membuka pandangan, hati, dan pikiran terhadap pemandangan langit dan bumi serta memperhatikan pergantian malam dan siang, dan menghadapinya bagai menyaksikan pemandangan yang baru, niscaya akan terbelalaklah mata kita. Bila kita bebaskan perasaan kita dari kebekuan dan kejumudan, niscaya akan tergeraklah kesadaran kita, akan berkembang perasaan kita, dan akan kita rasakan bahwa di balik kerapian dan keteraturan itu pasti ada tangan yang mengaturnya. Di belakang pengaturannya pasti ada akal yang merencanakannya, dan di balik keteraturannya pasti ada undang-undang baku yang tidak akan pernah berganti. Semua itu tidak mungkin terjadi dengan sulapan, tak mungkin terjadi secara kebetulan, dan tak mungkin terjadi secara batil.
Memahami kebesaran Allah swt. melalui apa yang ada di atas kepala kita ?angkasa dan luar angkasa?adalah sesuatu yang penting untuk kita lakukan. Jutaan ton awan yang melayang di atas kepala kita saja sesungguhnya sudah mengandung banyak sekali ilmu dan pelajaran yang bisa kita dalami. Belum lagi atmosfer di angkasa kita yang terdiri dari tujuh lapis dengan detail-detail yang sangat unik dan menarik di tiap-tiap lapisannya tentu menjadi tanda-tanda kebesaran Allah swt. yang bisa mengokohkan keyakinan dan penghambaan kita kepada-Nya.
Apalagi apabila kita terus melesat ke atas mencoba mengungkap tanda-tanda kebesaran Allah SWT yang ada di gugusan bintang-bintang dan galaksi yang jumlahnya tak terhingga dan betebaran di jagat raya. Ilmu astronomi ?yang masih belum begitu populer di kalangan masyarakat awam? menjadi salah satu jembatan penting bagi kita untuk menemukan, mengenali, dan mempelajari penghuni-penghuni jagat raya yang letaknya sangat jauh dari bumi. Teleskop yang telah dirancang oleh para pendahulu kita, tentu sangat membantu menangkap sinar-sinar bintang yang yang bisa memberikan informasi tentang sebagian isi jagat raya.
Namun, tentu saja penelusuran manusia tentang langit dan bumi tak akan pernah berakhir, sebab kebesaran Allah swt. benar-benar tak terhingga sedang kemampuan dan kepandaian manusia benar-benar sangat terbatas. Entah ada apa lagi di sana, di luar batasan ruang dan waktu yang teramati oleh manusia. Bintang-bintang yang sekarang bisa kita lihat pun ternyata hanya hiasan dari langit yang terdekat. Allah swt. berfirman, ?Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.? (Q.S. Al Fushilat 41: 12)
Akhirnya, dengan mencoba memahami apa yang ada di langit dan bumi sembari mengingat kebesaran-Nya, kita pun berharap bisa menjadi golongan orang-orang yang berakal sebagaimana yang disyaratkan oleh Allah swt. dalam firman-Nya. Semoga relung hati kita yang tadinya masih diselubungi kebodohan dan kesombongan akan menjadi bersih, sebersih lensa-lensa teleskop yang bisa menangkap cahaya bintang-bintang jagat raya yang sangat redup sekalipun karena jaraknya berjuta tahun cahaya dari permukaan bumi tempat kita berpijak ini.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar