Sabtu, 15 Mei 2010

Garam… Telaga

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. langkahnya gontai dan air mukanya ruwet. Tamu itu memang tanpak seperti orang yang tak bahagia. Tanpa membuang waktu, tamu itu menceritakan semua masalahnya.

Pak tua yang bijak hanya mendengarkan dengan seksama. ia lalu mengambil segenggam garama dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu ke dalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba minum ini, dan katakan bagaimana rasanya,” ujar Pak Tua itu.

“Pahit. pahit sekali,” jawab sang tamu sambil meludah ke samping. Pak Tua itu tersenyum simpul, lalu mengajak tamunya untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan dan akhirnya sampailah mereka di tepi telaga yang tenang itu. Pak Tua itu lalu kembali menaburkan segenggam garam ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dia mengaduk telaga itu sehingga muncul gelombang dan riak air yang mengusik ketenangan telaga itu.
“Coba kau ambil air dari telaga ini, lalu minumlah.” Setelah tamu itu meneguk air, Pk Tua nertanya lagi,”Bagaimana rasanya?” “Segar,” sahut tamunya. “Apakah kamu merasakan garm dalam air itu?”, tanya Pak Tua itu lagi.

“Tidak”, jawab si anak muda.

Dengan bijak, Pk Tua itu menepuk-menepukpunggung si Anak muda. Kemudian, ia mengajaknya duduk berhadapan dengan bersimpuh di smaping telaga itu.

“Anak muda dengarlah. Phitnya kehidupan layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama dan memang akan selalu sama.”

“Tapi, kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. kepahitan itu akan didasarkan pada tempat kita meletakkan segalanya. Semuanya tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalandalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan, lapangkanlah dadamu untuk menerima semuanya. luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”

Pak Tua itu kembali memberikan nasihat.

“Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan dan mengubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”

Renungan :

Tidak setiap orang memiliki hati yang lapang untuk bisa meredam kepahitan hidup. Seberapa sering kita memaafkan kesalahan? berapa kalu kita mampu menerima kritikan pedas, kemarahan atasan, atau cemoohan dari kawan kita? Atau saat menelan kekalahan dan kegagalan?
orang yang menanggapi kepahitan dengan dendam adalah orang yang kalah. Seorang pemenang mamapu menaklukkan kepahitan bukan dengan melawannya, tetapi dengan mengubahnya menjadi kebahagiaan.


http://xiaoxingxing.co.cc/2009/03/garam-telaga.xxx

Tidak ada komentar:

Posting Komentar