Sabtu, 22 Mei 2010
Si Kuat
Di tepi hutan, berdiri sebuah pohon besar. Cabang-cabangnya menyebar keluar dengan anggun dan begitu juga akar-akarnya. Banyak orang berlindung dari matahari di bawah rindang daun-daunnya, dan ia juga memberikan perlindungan bagi banyak burung dan makhluk kecil lainnya di cabang-cabangnya. Mereka berkicau dalam aktivitasnya sepanjang waktu. Di kaki pohon tersebut tumbuh tanaman kecil. Tanaman itu langsing dan halus, dan cenderung terbalik jika disentuh angin meski hanya angin lembut sekalipun. Suatu hari, kedua tetangga tersebut mempunyai sedikit obrolan.
"Tetangga kecil," kata pohon ke tanaman tersebut, "Kenapa kamu tidak menanamkan kaki dalam-dalam di dalam tanah, dan menegakan kepala di udara dengan kuat seperti yang aku lakukan?" "Saya pikir tidak perlu untuk melakukannya," bisik tanaman kecil dengan tersenyum. "Sebenarnya, saya pikir mungkin saya lebih aman dengan cara seperti ini." "Lebih aman!" kata pohon besar dengan nada mengejek. "Apakah kamu sedang mengatakan bahwa kamu lebih aman daripada aku? Apakah kamu tahu seberapa dalam akar aku tanamkan, seberapa tebal dan kuat batangku? Bahkan jika dua orang memegang tangan mereka tidak akan mampu mengelilingi batangku. Siapa yang mungkin bisa mencabutku dari akarku atau menundukkan kepalaku ke tanah?" Dan pohon itu berpaling dari tanaman dengan sangat gusar. Tapi pohon itu dengan segera menyesali kata-katanya.
Suatu malam muncul badai besar di wilayah tersebut. Badai tersebut mencabut pohon dari akarnya dan hampir sepenuhnya menghancurkan hutan. Ia menumbangkan pohon-pohon dan melemparkannya jauh-jauh dengan kuat.
Ketika badai telah berlalu, para penduduk desa yang tinggal di hutan mengamati kerusakan. Pohon-pohon yang kuat, yang dulu pernah hampir menyentuh langit, kini berkurang menjadi puntung pohon atau bahkan lebih buruk. Hutan itu dipenuhi dengan bangkai mereka.
Tetapi ada satu pengecualian, yaitu si Tanaman kecil. Tanaman kecil tersebut telah berguling-guling di bawah kemarahan para badai, dan membungkuk sepenuhnya. Tetapi ketika badai berakhir, ia menghela napas dan berdiri tegak lagi. Tidak ada jejak yang tersisa dari tetangganya yang kuat. (Erabaru/ran)
http://erabaru.net/cerita-budi-pekerti/71-cerita-budi-pekerti/13630-si-kuat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar