Rasulullah saw. bersabda:
“Laa ‘aisya illaa ‘aisyul aakhirah”
Tak ada kehidupan, selain kehidupan akhirat.
(HR. Bukhari – Muslim).
Sekali, beliau sabdakan yang demikian pada waktu kesulitan, untuk menggembirakan bagi diri (jiwa). Yang demikian itu pada waktu menggali al khandaq (parit pertahanan keliling kota Madinah) pada waktu sangatnya kesulitan (menghadapi musuh yang menyerang kota Madinah).
Sekali, beliau sabdakan yang demikian pada waktu gembira, untuk mencegah diri (jiwa) dari kecenderungan kepada kegembiraan duniawi. Yang demikian itu, ketika manusia ramai mengelilingi beliau pada Hajji Wada’.
(“Ihya Ulumiddin” jilid 6).
3 M:
- Mulai dari Diri Sendiri
- Mulai dari yang Kecil
- Mulai Sekarang
(KH. Abdullah Gymnastiar - Aa Gym).
Untuk mencapai suatu tujuan hidup sejak awal diperlukan niat ikhlas yang dirumuskan dengan jelas, do’a khusu’ yang dekat ijabah serta kendaraan pembawa baraqah yang mampu menerbangkan amal ibadah keharibaan ridhoNya.
Pengalaman, ilmu dan wawasan diperlukan untuk menyederhanakan permasalahan agar tidak terulang kesalahan yang sama dan terbukanya kemampuan melihat kemungkinan berkembangnya kreativitas dan akselerasi solusi. Kesemuanya itu tiada lain merupakan rahmah, baraqah dan innayah Allah swt. yang dilimpahkan kepada manusia yang menjelma sebagai keseluruhan ni’mah panduan berupa jalan lurus, kendaraan pembawa, cahaya penerang jalan serta rambu-rambu penyelamat perjalanan. Kebahagiaan hidup di dunia menyimpan berbagai masalah, ujian, cobaan serta kesenangan fana. Substansi bahagia akan menjelma menjadi kebahagiaan hakiki dunia – akhirat manakala manusia menempuh jalan yang telah ditetapkanNya ‘dinnul haq – sirathal mustaqim’ yang diterangi cahaya kebenaran, dilengkapi dengan sinyal-sinyal panduan keselamatan yang terdapat di dalam Al Qur’anul Karim dan Sunnah Rasulullah saw.
Dalam Kata Sambutan terbitnya terjemahan buku “Irsyadul Ibaad Ilaa Sabilir Rasyaad”, Dr. KH. Ali Yafie antara lain menulis: “Tiap orang menempuh jalan hidupnya mulai saat ia lahir dari kandungan ibunya sampai saat ia tutup usia. Ia akan selamat dalam perjalanannya itu kalau ia berhati-hati dan mematuhi peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh pencipta kehidupn itu (Al Khaliq ‘Azza wa Jalla) yaitu Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ia telah menjelaskan dalam Al Qur’an, Surah Al An’am, ayat 153:
“Dan sesungguhnya inilah jalanKu yang lurus, maka itulah yang kamu ikuti dan jangan mengikuti jalan-jalan yang lain sehingga mencerai-beraikan kalian (menyimpang dari jalan lurus itu). Yang demikian itu diwasiatkan kepada kalian semoga kalian senantiasa berhati-hati”.
Islam itulah jalan yang lurus menuju keselamatan abadi dan kebahagiaan yang kekal. Islam telah memberikan kepada manusia panduan yang lengkap bagaimana kita harus menempuh jalan kehidupan di dunia ini supaya selamat dan seterusnya selamat serta bahagia dalam kehidupan yang kekal abadi di akhirat”.
Irsyadul Ibaad Ilaa Sabiilir Rasyaad berisi ajaran Ilmu Taukhid dan berbagai permasalahan Fiqih (Masailul Fiqhiyah) yang disertai contoh kejadian melalui daya tarik Hikayat. Walaupun nampak agak fantastis, kisah-kisah yang disajikan akan membantu pencapaian tingkat penghayatan yang diperlukan untuk memandu kearah pengamalan ajaran atau menghindari kemungkinan sesat jalan; sehingga tepat kalau diterjemahkan sebagai Panduan ke Jalan Kebenaran.
Menurut Imam Al Ghazali dalam “Ihya Ulumiddin” dikatakan bahwa kumpulan kebagusan akhlak dan tawadlu’ itu ialah perjalanan hidup (sirah) Nabi saw. Maka seyogianyalah diikuti (teladan) Nabi Muhammad saw. Dan dari padanyalah seyogianya dipelajari.
Abu Umamah Al Bahili ra. berkata: “tatkala Muhammad saw. diutus, lalu iblis mendatangkan tentaranya, lalu tentara itu berkata: “Sesungguhnya telah diutus seorang Nabi dan telah muncul suatu ummat”. Iblis bertanya:
“Mereka itu mencintai dunia?”
Mereka menjawab: “Ya!”
Lalu Iblis menyambung: “Jikalau benar mereka itu mencintai dunia, niscaya aku tidak hiraukan (tidak jadi masalah) walaupun mereka tidak menyembah berhala. Sesungguhnya aku akan datang kepada mereka (pada waktu) pagi dan sore dengan tiga perkara: mengambil harta dari bukan haknya; membelanjakan harta pada bukan haknya; dan menahan harta dari haknya. Dan semua kejahatan timbul dari yang tiga ini!”
Ummat membutuhkan Panduan Ilmu.
Karunia Allah dibagikan kepada ummat manusia sesuai amanah yang diembannya. Sama halnya dengan amanah kekayaan harta benda, amanah ilmu tidak diterima persis sama antara seorang dengan seorang lainnya, ada yang diberi kemampuan besar dalam menyerap dan menganalisis permasalahan ada yang diberi kemampuan sedang atau kecil. Besar kecilnya kemampuan intelektual berhubungan dengan tingginya tingkat kecerdasan yang diamanatkan Allah kepada seseorang. Semakin cerdas seseorang semakin besar pertanggungan jawabnya pada yaumal hisab kelak, dalam memandu ummat sesuai ilmu yang dibutuhkan. Pertanyaan akan berkembang dari kesungguhan upaya mencari ilmu, menyerap dan menganalisis serta membagikannya pada yang lain sehingga usaha mengimplementasikannya bagi kepentingan ummat menjadi semakin sederhana dan mudah. Semakin banyak harta benda dan semakin tinggi tumpukan ilmu yang tersimpan sebagai hasanah kebanggaan dan kebakhilan pribadi akan menjadi beban berat yang dapat menggagalkan keberhasilan dalam ujian penentu yaumal akhir. Naudzubillah min dzalik(a)!
Para ahli tafsir berpendapat bahwa substansi ayat-ayat Al Qur’an disamping meliputi aspek Akidah, Ibadah, Akhlak dan Sejarah juga mengandung isyarat-isyarat Ilmu Pengetahuan yang memberi amanat kepada ilmuwan dan ulama untuk melakukan studi dan eksperimen. Sebagian besar dari padanya berkaitan dengan alam semesta mulai dari kejadiannya, komponen materinya, ukuran kuantumnya, kecepatan mobilitasnya hingga pada eksistensi dan misterinya dimana logika manusia dan perangkat penelitian tidak mungkin lagi menjangkaunya.
Dalam pengetahuan agama, ilmu yang membahas alam semesta baik dari sudut asal materi maupun proses kejadiannya dikenal sebagai Ilmu Kauniah, yang secara etimologis berarti keadaan atau alam semesta. Di dalam Kitab Sucial Qur’an terdapat tidak kurang dari 750 ayat yang berkaitan dengan atau membahas alam semesta, dimana alam terbagi dua kategori yakni as samawat yang berarti langit dan al ard yang berarti bumi.
Manusia pertama yang mendapat pelajaran tentang langit dan bumi adalah Nabi Adam as. yang kemudian diwariskan pada generasi-generasi penerus ummat manusia berikutnya.
Ilmu yang berkaitan dengan as samawat secara garis besar terdiri dari ilmu astronomi dan ilmu metafisika, sedangkan ilmu al ard terdiri dari ilmu al ulum al insaniyyah (manusia dan kemanusiaan), al ulum al hayawaniyyah (kehidupan binatang /fauna) dan al ulum an nabatiyyah (kehidupan tumbuh-tumbuhan /flora).
Ayat-ayat yang berkaitan dengan asal kejadian alam semesta hingga berakhirnya pada yaumal kiyamah tercantum dalam kitab suci Al Qur’an, antara lain surat Fushilat ayat 11 yang berbunyi:
“Kemudian Dia menuju pada (penciptaan) langit, dan langit itu (masih merupakan) asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu berdua (menurut perintahKu) dengan suka hati atau dengan terpaksa”. Keduanya berkata:”Kami datang dengan suka hati”.
Betapa kepatuhan alam semesta kepada Allah swt. yang ditunjukkan pada ayat tersebut, dimana pada waktu itu planet-planet masih berujud asap, kemudian membentuk galaxy dengan masing-masing solar system (tata surya) yang terdiri dari planet-planet dan asteroids. Planet pada tata surya kita memiliki sembilan planet termasuk bumi dimana planet yang paling dekat dengan matahari (solar) disebut merkurius dan yang terjauh bernama pluto.
Apabila posisi eksistensi planet bumi dilihat dari keseluruhan galaksi-galaksi yang terdapat dalam ruang jagad-raya (macrocosmos), maka bumi akan nampak sebagai sebutir debu yang berada diantara billiunan butir debu lainnya. Allahu Akbar.
Ilmu pengetahuan pertama kali menjelaskan proses kejadian alam semesta melalui teori Kabut dari Kant dan Laplace serta teori Big Bang yang menggemparkan para ilmuwan pada waktu itu. Bukannya tidak mungkin teori ini terinspirasi oleh ayat-ayat dalam Al Qur’an, mengingat teori ini bersandar pada asumsi dan penelitian yang relatif terbatas, sedangkan obyeknya berada pada masa tak terhingga.
Dalam surat Anbiyaa ayat 30, Allah swt. berfirman:
“Apakah orang-orang kafir itu tidak melihat bahwasanya langit dan bumi itu keduanya (dahulu) adalah berpadu (menjadi satu) lalu Kami pisahkan antara keduanya, dan Kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup. Maka apakah mereka tidak beriman?”
Mengembangkan Ilmu menuntut Kesabaran Penelitian dan Eksperimen.
Untuk memenuhi perubahan kebutuhan dan kemajuan peradaban dibutuhkan semangat dan usaha sungguh-sungguh dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Upaya ini tidak hanya menuntut daya intelektualitas dan penyediaan dana dan peralatan yang memadai, tapi juga menghendaki sikap tekun, kerja keras serta tidak kenal menyerah, yang dalam bahasa agama disebut sebagai sikap sabar. Proses kemajuan ilmu pengetahuan hanya dapat bergerak bila didalamnya cukup tersedia energi dedikasi yang mampu menggerakkan proses penelitian, pengembangan dan eksperimentasi. Para pelaku yang kurang memiliki research dedication tidak mungkin terlibat dalam mekanisme penelitian yang sebenarnya, jangkauan terjauh yang mungkin dicapai adalah predikat-predikat yang diperlukan dalam upaya pengakuan eksistensi dan pengkayaan kemajemukan ‘artificial layers’.
Untuk mencapai keberhasilan suatu ‘Problem Solving Technique’ diperlukan Operation Research yang memiliki tingkat originalitas, validitas cukup memadai serta memenuhi persyaratan realitas sebagai ‘acceptable implementation research’. Keberhasilan rangkaian proses ini pada akhirnya bergantung pada kemampuan tim peneliti dan komunikasi dengan sumber informasi serta rasa tanggung jawab dari mereka yang berkewajiban dalam implementasi hasil penelitian dan eksperimentasi yang direkomendasikan.
Komunitas yang jujur dan berdedikasi akan menikmati keuntungan dari adanya komitmen tinggi yang dibangun diatas jaring-jaring interaktif Sektor Riil dengan Dunia Ilmu Pengetahuan. Perkembangan Sektor Riil banyak bergantung pada keberhasilan Dunia Ilmu Pengetahuan dalam menyumbangkan hasil penelitian (terapan) yang berkualitas dan applikatip, sedangkan kemajuan pendidikan dan penelitian sangat memerlukan kontribusi energi dari benefit yang diperoleh Sektor Riil selaku pengguna (users) hasil proses penelitian dan percobaan-percobaan ilmiah tepat pakai. Kedua peran jaring interaktif, Dunia Ilmu Pengetahuan dan Sektor Riil akan lebih diharapkan manfaat kehadirannya dalam meningkatkan kualitas hidup dan memacu produktivitas komunitas ummat sehingga tercapai keuntungan timbal balik (‘reciprocal benefit’) dan kemaslahatan bersama.
Dalam bidang ilmu terapan seorang ilmuwan bernama Hamdy A Taha (“Operations Research” An Introduction) menyatakan:
“As a problem-solving technique, OR must be viewed as both a science and as art. The science aspect lies in providing mathematical techniques and algorithms for solving appropriate decisions problems. Operations research is an art because success in all the phases that precede and succeed the solution of a mathematical model depends largely on the creativity and personal abilities of the decision-makin analysts. Thus gathering of the data for model construction, validation of the model, and implementation of the obtained solution will depend on the ability of the OR team to establish good lines of communication with the source of information as well as with the individuals responsible for implementing recommended solutions”.
Kiranya cukup mengagumkan dan sangat bermanfaat rintisan sains yang dilakukan ilmuwan-ilmuwan muslim beberapa abad yang lalu, dimana sejarah ilmu pengetahuan telah mencatat penelitian dan penemuan-penemuan yang dilakukan oleh Ibnu Haitam, Al Kindi, Al Farabi, Al Biruni, Ibnu Sina, Al Mas’udi, Ibnu Rusydi, Al Kazwini dan masih banyak lagi yang bergerak dalam disiplin ilmu masing-masing yang melandasi serta memberi sumbangan besar pada perkembangan sains modern seperti ilmu matematika, fisika, optika, kimia, kedokteran, astronomi, geografi, sejarah, bahasa, sastera, ekonomi (syari’ah) dan sebagainya.
Seorang ahli fisika abad pertengahan bernama Ibnu Haitam yang lahir di Basra pada tahun 354H/965M mengawali lahirnya teori-teori fisika, matematika dan astronomi, disamping mengembangkan pemikiran-pemikiran dibidang filsafat dan menjadi perintis ilmu baru optika sehingga menjadi studi yang teratur dengan rumus-rumus yang jelas. Hasil penemuan dan pemikirannya hampir semuanya diterjemahkan kedalam berbagai bahasa Eropa terutama ilmu matematika dan fisika, sehingga dengan mudah menyebar ke seluruh dunia dalam memberi sumbangan bagi perkembangan teori dan penelaahan, berbagai aplikasi dan model penelitian dari kedua disiplin ilmu tersebut.
Ibnu Haitam banyak menyumbangkan pemikiran baru melalui kombinasi rumus matematis dengan model fisik eksperimen agar mudah dimengerti, sehingga dia dijuluki ahli fisika teoritis -eksperimental. Berbagai percobaan ilmiah dilakukannya antara lain
menentukan gerak rektilinier cahaya, sifat bayangan, penggunaan lensa camera obscura, dan berbagai fenomena optika lainnya. Dia pula yang banyak mempraktekkan pembuatan lensa dan cermin lengkung dengan menggunakan mesin bubut yang dimilikinya.
Penemuannya yang mengagumkan para ilmuwan waktu itu adalah bahwa cahaya yang bergerak di udara berjalan di atas garis lengkung (melengkung), sehingga dia berkesimpulan kita dapat melihat cahaya bulan dan matahari sebelum keduanya benar-benar muncul di cakrawala, dan sebaliknya kita masih bisa melihatnya walaupun keduanya sudah terbenam di kaki langit.
Perjalanan karir Ibnu Haitam sebagai cendekiawan fisika tidak selamanya menyenangkan, tatkala dia menerima tawaran penguasa Fatimiah di Mesir yang bernama Al Hakim bin Amirillah (386H – 411 H) untuk mengendalikan banjir Sungai Nil dengan ilmu pengetahun yang dimilikinya. Kedatangannya disambut secara meriah dengan upacara kebesaran. Namun dia tidak berhasil menyusun proposal pengendalian banjir yang diharapkan dapat memperbaiki sistim irigasi dan pertanian Mesir. Untuk menghindari kemarahan penguasa Fatimiah, Ibnu Haitam meninggalkan tempat kerjanya dengan berpura-pura sakit ingatan. Untuk waktu lama tidak diketahui keberadaan ilmuwan itu, hingga suatu ketika dia kembali ke Cairo sebagai pengajar ilmu matematika hingga akhir hayatnya pada tahun 430 H dalam keadaan sangat sederhana. Meskipun demikian dunia ilmu pengetahuan menerima warisan scientific heritage yang sangat bernilai berupa hampir 200 karya ilmiah bidang fisika, matematika, astronomi dan filsafat hasil pemikiran, penelitian dan eksperimen ilmuwan besar Islam yang bernama Ibnu Haitam.
Ilmuwan muslim berikutnya yang menarik untuk diketengahkan bernama Al Biruni kelahiran Khawarizmi,Turkmenistan tahun 362H dan wafat di Ghazna pada usia 86 tahun. Ketika tinggal di Jurjan kehidupan Al Biruni terbilang beruntung karena penguasa setempat sangat tertarik pada ilmu pengetahuan sehingga Al Biruni mendapat perhatian dan penghormatan tersendiri.
Ketika pindah ke Ghazna sebuah kota di sebelah selatan Kabul, Al Biruni tinggal di istana Mahmud Gaznawi, bahkan mendapat kesempatan mengunjungi negeri-negeri Hindu beberapa kali dalam rangka wisata ilmiah. Disana dia mengadakan penelitian sejarah, kebudayaan dan agama, dan berhasil meluncurkan sebuah buku ilmiah berjudul Al Hind, dimana sebelumnya dia harus menguasai bahasa Sanskerta untuk mendukung keberhasilan penelitiannya.
Untuk mengembangkan kemampuannya menguasai berbagai ilmu, Al Biruni berusaha mempelajari beberapa bahasa antara lain Arab, Persia, Sanskerta, Yunani, Ibrani dan Suryani. Bidang yang paling ditekuninya adalah fisika, ilmu falak dan filsafat, dimana untuk memperluas wawasannya dalam bidang fisika paripatetik dan ilmu falak dia sering berkirim surat pada sahabatnya seorang ahli filsafat dan kedokteran yang hidup semasa dengannya yakni Ibnu Sina. Seperti tertera dalam suratnya yang ditujukan kepada Ibnu Sina, dia menyatakan bahwa gerak eliptis lebih mungkin daripada gerak melingkar pada pergerakan planet-planet.
Dalam bidang filsafat Al Biruni banyak terpengaruh oleh pemikiran tokoh-tokoh filsafat Islam terkemuka seperti Al Farabi, Al Kindi dan Al Mas’udi.
Meskipun dia seorang ilmuwan multi disiplin, penguasaannya pada bidang fisika cukup kuat, sehingga dipandang sebagai seorang sarjana fisika yang terkemuka dalam periode sejarah Islam, disamping kemampuannya dalam bidang geografi, matematika, mineralogi, astronomi, astrologi dan sejarah. Bahkan karyanya dalam elemen astrologi mendapat tempat terhormat diantara deretan literatur-literatur ilmiah, dimana selama beberapa abad tetap digunakan sebagai referensi standard oleh perguruan-perguruan tinggi.
Dapat diketengahkan pula disini apa yang dilakukan oleh seorang ilmuwan Islam Klasik, keturunan Arab bernama Al Kazwini berasal dari Kufah Irak Persia, yang hidup dari tahun 600 H – 682 H / 1203 M – 1283 M. Seorang scientist yang menguasai berbagai bidang sains awal dan mengabdikan hidupnya pada Allah swt. melalui berbagai penelitian dan percobaan ilmiah, seperti ilmu falak, geografi, geologi, mineralogi, botani, zoologi dan etnografi.
Buku Al Kazwini yang paling terkenal berjudul “Ajaib al Makhluqat wa Garaib al Maujudat” (Keajaiban Mahluk dan Keanehan Alam) yang pada bagian pertama menguraikan tentang ruang angkasa yang berisi benda-benda langit seperti matahari, bulan dan bintang serta penghuninya yaitu para malaikat. Bagian ini dilengkapi dengan perhitungan waktu dan penanggalan Arab Suriah.
Pembahasan tentang alam fisika yang terdiri dari empat unsur yakni udara, air, tanah dan api) serta materi lainnya berupa meteor, angin, iklim, laut dan sungai menempati bagian kedua dari karyanya tersebut. Selain itu dia menguraikan struktur formasi pegunungan dan lembah serta sebab-sebab terjadinya gempa bumi. Dikemukakannya bahwa makhluk terbagi dalam tiga kategori yakni alam mineral, alam flora (tumbuhan) dan alam makhluk yang bernyawa yakni manusia dan binatang. Dalam menguraikan manusia Al Kazwini melengkapi diskripsinya dengan illustrasi anatomi yang artistik disamping gambar tumbuh-tumbuhan dan binatang; tidak luput dari imajinsinya adalah kehidupan mahkluk hidup lain yakni jin dan iblis. Semua uraiannya diperkaya dengan tabel-tabel geometri dan perspektif illustrasi yang menarik sehingga memudahkan penelusuran pemikiran teori-teorinya.
Tidak mengherankan kalau buku-bukunya banyak memberikan sumbangan pemikiran dan inspirasi bagi pengembangan ilmu falak selanjutnya, karena dipandang paling komprehensip dan sistimatis. Ia telah berhasil dalam menghimpun berbagai teori dan informasi ilmu falak sebelumnya dan memadukannya dalam tatanan dan penyajian yang lebih bermutu serta mudah dicerna walaupun sering muncul ketidak orisinalitasnya.
(Sumber: “Irsyadul Ibad”, “Ihya Ulumiddin” dan Lain-lain).
“Haa miim.
Demi Kitab (AL Qur’an) yang menjelaskan.
Sesungguhnya Kami yang menurunkannya pada malam hari.
Yang diberkahi, dan sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan.
Padanya dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah
(Yaitu) urusan dari sisi Kami, sesungguhnya Kami adalah yang mengutus (Rasul-rasul).
Sebagai rahmat dari Tuhanmu, sesungguhnya Dialah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Tuhan pemelihara langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya, jika kamu adalah orang yang meyakini.
Tidak ada Tuhan kecuali Dia, Dia yang menghidupkan dan yang mematikan, (Dialah) Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapak kamu yang terdahulu.
Tetapi mereka dalam keragu-raguan lagi bermain-main.
Maka tunggulah hari (ketika) langit membawa asap yang nyata.
Yang menutupi manusia, inilah azab yang pedih.
Ya Tuhan kami, hilangkanlah azab ini dari kami, sesungguhnya kami orang-orang yang (akan) beriman.
Bagaimana mereka (dapat menerima) peringatan, (padahal) sesungguhnya telah datang kepada mereka seorang Rasul (yang memberi) penjelasan.
Kemudian mereka berpaling dari padanya dan mereka berkata: “(Dia) seorang yang diajar, (dia) seorang gila”.
Sesungguhnya Kami akan menghilangkan azab itu agak sedikit, sesungguhnya kamu akan kembali (ingkar).
Pada hari (ketika) Kami menghantam dengan hantaman yang keras, sesungguhnya Kami adalah pemberi siksaan.
Dan sesungguhnya sebelum mereka Kami telah menguji kaum Fir’aun dan telah datang kepada mereka seorang Rasul yang mulia.
Hendaklah serahkan kepadaku hamba-hamba Allah (Bani Israil) itu, sesungguhnya aku adalah seorang Rasul yang terpercaya bagimu.
Dan janganlah kamu menyombongkan diri terhadap Allah, sesungguhnya aku datang kepadamu dengan bukti yang nyata”.
(Surat Ad Dukhaan ayat 1 – 19).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar