Sabtu, 22 Mei 2010
Kisah Tiga Ulat Bulu
Dalam semak-semak di pinggir sebuah sungai, ada tiga ekor ulat bulu. Mereka merangkak perlahan dari tempat nan jauh. Sekarang mereka sedang bersiap-siap menyeberangi sungai, pergi ke tempat yang dipenuhi oleh bunga-bunga yang segar.
Yang satu mengatakan mereka harus menemukan jembatan penyeberangan lebih dulu, kemudian merangkak melalui jembatan itu pergi ke seberang sungai.
Yang satu lagi menimpali di pinggir kota yang sangat sepi ini mana ada jembatan. Lebih baik mereka membuat satu perahu, menyeberangi sungai memakai perahu itu.
Yang satu lagi berkata bahwa mereka telah menempuh perjalanan yang amat jauh, sudah sangat letih sekali, sekarang tiba saatnya harus berhenti dan beristirahat selama dua hari.
Dua ulat bulu yang lain menjadi tercengang mendengarkan perkataan teman mereka ini. Beristirahat?
Sungguh-sungguh sebuah lelucon, apakah tidak melihat madu yang ada dalam rumpun bunga di seberang sungai sudah hampir habis? Sepanjang perjalanan telah ditempuh dengan bergegas, masak datang kemari hanya untuk tidur di sini?
Belum habis perkataan diucap, yang satu sudah mulai memanjat pohon, bersiap-siap mematahkan sehelai daun sebagai perahu, yang satunya lagi sudah merangkak melalui sebuah jalan kecil yang ada di pinggiran sungai, mencari sebuah jembatan untukmenyeberangi sungai.
Tinggal ulat bulu yang terakhir. Dia merebahkan diri di bawah pohon yang rindang, tidak bergerak sama sekali. Dia berpikir, minum madu tentunya sangat nikmat, tetapi angin sepoi-sepoi sejuk yang berada di sini juga seharusnya dinikmati sepuasnya. Karena itu dia merangkak ke atas pohon yang paling tinggi, mencari sehelai daun dan merebahkan diri di atas daun.
Suara aliran sungai bagaikan alunan musik yang sangat nyaman untuk didengar, daun pepohonan yang ditiup angin sepoi-sepoi bagaikan ayunan keranjang bayi yang sedang bergoyang, dengan cepat ulat tersebut terlelap.
Entah telah lewat berapa lama, entah pula bermimpi apa, setelah terbangun, dia menemukan dirinya telah berubah menjadi seekor kupu-kupu yang indah sekali. Sayapnya itu begitu indah dan ringan, hanya dikibaskan untuk beberapa kali saja sudah bisa terbang ke seberang sungai sana.
Saat itu bunga-bunga sedang bermekaran dengan indah sekali, di dalam setiap kuntum bunga penuh madu yang manis dan wangi. Dia sangat ingin menemukan dua rekan seperjalanannya, tetapi dia tidak menemukan mereka, meski sudah terbang ke seluruh rumpun bunga yang berada di sana. Ternyata temannya telah mati kelelahan di tengah perjalanan, sedangkan yang satunya lagi mati terbawa arus sungai dan terhempas ke dalam laut.
Di dunia ini, bila kita melakukan sesuatu dengan mengikuti keadaan secara wajar maka akan menghasilkan kekuatan luar biasa yang tiada bandingnya. Tidak ada apapun yang memiliki daya gaib pesona yang lebih besar jika dibandingkan dengan saat kita berjalan mengikuti watak hakiki.
Sayang sekali, di dalam masyarakat sekarang ini, yang cenderung membicarakan persaingan, yang mementingkan keuntungan pribadi, prinsip seperti ini sulit untuk bisa dimengerti setiap orang.
(The Epoch Times/lin)
http://erabaru.net/kehidupan/41-cermin-kehidupan/13637-kisah-tiga-ulat-bulu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
wah bagus sekali ceritanya
BalasHapusmembersihkan plafon mobil