Kamis, 03 Januari 2013

Adam dan Hawa




by Fret Hariyanto
http://frethariyanto.blogspot.com/





FITNAH LEBIH KEJAM DARIPADA PEMBUNUHAN


      Inilah sepenggal kalimat dalam kitab suci Al-Qur’an,surat Al-Baqarah ayat 217 yang sangat erat hubungan dengan judul tulisan ini. Adam dan hawa yang dianggap sebagai leluhur umat manusia telah berbuat asusila.

Fitnah atau kebenaran?.

         Apabila fitnah maka penulis pantas untuk dihukum cambuk sebanyak delapan puluh kali dan tidak perlu dipercaya untuk selama – lamanya, sebagaimana firman Allah SWT. dalam surat An-Nuur ayat 4 :

Dan orang-orang yang menuduh perempuan –permpuan  yang baik (berzina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka delapan puluh kali, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka untuk selama-lamanya. Mereka itulah orang yang fasik.
      Namun penulis dalam membeberkan pemikiran ini sangat yakin bahwa ayat-ayat di dalam kitab suci Al-Qur’an merupakan kesaksian Allah SWT yang jauh lebih bisa dipertanggung-jawabkan ketimbang kesaksian empat orang.
         Untuk itu, agar supaya  para pembaca tidak ragu,marilah kita simak bersama kesaksian Allah SWT (yang memang harus kita yakini kebenarannya), seperti yang  tertulis dalam  surat Al-A’raaf ayat 27 :

Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh syaithan sebagaimana dia(syaithan)telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga,dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya(sehingga keduanya menerima keburukan akibat keduanya saling memperlihatkan aurat). Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaithan-syaithan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.                        

Ayat tersebut mengingatkan kepada anak cucu Adam,laki-laki dan perempuan yang belum berstatus suami-istri agar tidak terbujuk syaithan untuk telanjang bersama dan saling memperlihatkan aurat,karena akan mengarah pada perbuatan buruk dan terlarang untuk didekati(perzinaan),seperti yang telah dilakukan oleh Adam dan Hawa.
Kepada para pembaca dimohon agar tidak usah tergesa-gesa menolak pemikiran ini sebelum tuntas dalam membaca tulisan ini. Yakinlah kebenaran itu datangnya dari Allah SWT, maka janganlah kita termasuk orang-orang yang ragu!



 
KATA PENGANTAR


    Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

      Segala puji bagi Allah SWT. yang telah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya. Yang memberi petunjuk kepada semua umat manusia melalui Rasul-RasulNya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW., yang telah berjasa mengantarkan petunjuk-petunjukNya, agar umatNya dapat menuju kepada keselamatan dunia dan akhirat. Amin.
    Alhamdulillah, atas segala rahmat dan hidayahNya, sehingga tulisan ini dapat terselesaikan. Semoga bermanfaat dan menjadi pencerahan dalam bidang keagamaan. Tulisan  berjudul  “Perzinaan Adam-Hawa” ini diharapkan mendapat ridha Allah SWT. dan dapat menjadi pemacu untuk bersama-sama  selalu membuka dan membaca kemudian memahami sekaligus mendalami maksud dari ayat-ayat-Nya.
      Dengan menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan, maka diharapkan adanya saran dan kritik dari berbagai pihak guna penyempurnaan dimasa-masa mendatang. Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan sehingga tulisan ini dapat terselesaikan, semoga mendapatkan balasan kebaikan yang berlipat ganda, Amin. Salam kenal, salam persahabatan dan salam perdamaian.

    Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.



Yogyakarta, 19 September 2012


Fret Hariyanto







DAFTAR  ISI


1.   Pembukaan                                                               
-      Adam                                                                        
-      Hawa                                                                        
-      Adam dan Hawa                                                         
-      Dosa Adam dan Hawa menurut mitos                          
2.   Lauh Mahfuz                                                           
3.   Proses Penciptaan Adam dan Hawa                            
4.   Adam dan Hawa bertempat tinggal di Surga         
5.   Perzinaan Adam dan Hawa                                         
6.   Adam dan Hawa turun dari Surga                              
7.   Hikmah di balik Perzinaan Adam dan Hawa               
8.   Penutup                                                                   



 
1
PEMBUKAAN


ADAM

ADAM adalah nama manusia yang tercipta untuk pertama kalinya. Dalam bahasa arab adalah Adamiyun. Banyak para ulama yang mengajarkan bahwa Adam ini adalah seorang nabi. Pemahaman ini telah tertanam dalam pikiran  orang banyak. Dari anak-anak hingga orang tua dan telah melegenda secara turun-temurun. 
Benarkah Adam ini seorang nabi? Marilah kita simak firmanNya, dalam  surat Maryam ayat 58:

Mereka itulah orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu dari (golongan) para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang yang Kami bawa (dalam kapal) bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil (Ya’qub), dan dari orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pengasih kepada mereka, maka mereka tunduk sujud dan menangis.”


Ayat tersebut menerangkan bahwa Musa, Harun, Ismail, Idris  yang diterangkan pada ayat-ayat  sebelumnya adalah orang-orang  yang telah diberi nikmat oleh Allah SWT. dan golongan para nabi dari keturunan Adam. Namun maksud Adam disini adalah manusia yang tercipta untuk pertama kalinya, bukan hewan atau tumbuhan dan bukan  pula seorang nabi. Karena memang pada saat itu Adam sebagai manusia pertama belum mempunyai musuh dari golongan orang-orang yang berdosa, sebagai ciri utama dari seorang nabi, seperti firmanNya, dalam surat  Al-Furqan ayat 31:

 “Begitulah, bagi setiap nabi, telah Kami adakan musuh dari orang-orang yang berdosa. Tetapi cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong.”

Dua ayat tersebut di atas saja sudah cukup memberi penjelasan kalau yang disebut “Adam”, beliau ini bukanlah seorang nabi. Bahkan di dalam  surat Al-Hajj ayat 52  dijelaskan bahwa setiap nabi itu tidak bisa tergoda oleh syaithan, maka jangan sampai kita memitoskan tentang Adam, karena dapat berakibat pada buntunya  penalaran saat memahami ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan seluk-beluk Adam.
Al-Qur’an  juga menjelaskan  tentang Adam yang berjumlah tidak hanya satu. Simaklah firmanNya dalam surat Ali-Imran ayat 33 dan 34:

 “Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran  melebihi segala umat diseluruh alam.”       

“(sebagai) satu keturunan, sebagiannya adalah  (keturunan) dari sebagian yang lain. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”

Kedua ayat tersebut menerangkan bahwa ada Adam yang terhimpun dalam satu garis keturunan dengan  Nabi Nuh, keluarga Nabi Ibrahim dan keluaraga Imran. Namun  ada juga Adam yang tidak terhimpun dalam satu garis keturunan dengan Nabi Nuh. Bisa jadi Adam yang lain ini terhimpun dalam satu garis keturunan dengan Obama atau Hamengku Buana.
 Namun dalam pembahasan disini yang dimaksud adalah Adam yang terhimpun dalam satu garis keturunan dengan Nabi Nuh, keluarga Nabi Ibrahim dan keluarga Imran.

HAWA

Hawa adalah nama manusia yang menjadi pasangan Adam. Dalam bahasa arab disebut hawwaaun.  Bahkan Hawa  telah diresmikan menjadi istri (pasangan hidup) Adam. Nama tersebut telah dikenal diseluruh penjuru dunia sebagai ibu asal manusia.

ADAM DAN HAWA

Adam dan Hawa ini dalam mengarungi bahtera rumah tangganya dikaruniai anak-anak kembar. Anak pertamanya bernama Qhabil, yang lahir bersama adik perempuannya, Iqlima. Anak keduanya bernama Habiel, yang juga lahir bersama adik perempuannya bernama Labuda. Adam dan Hawa pernah bertempat tinggal di surga, namun akhirnya harus menerima kenyataan untuk tinggal di dunia, karena keduanya berbuat dosa.
DOSA ADAM DAN HAWA MENURUT MITOS

Berbicara tentang dosa, tentu kita akan teringat kepada sosok syaithan yang selalu membujuk manusia untuk berbuat jahat. Dan berbicara tentang Adam, tentu akan mengingatkan pula kepada iblis yang membangkang perintah Allah SWT. untuk hormat kepadanya. Seolah-olah ada dua makhluk yang berbeda, padahal secara wujud dia adalah satu. Dia adalah makhluk hidup yang disebut jin, yang diciptakan dari api yang sangat panas sebelum Adam, yang pada akhirnya membangkang perintah Allah SWT. dan bertekad akan selalu menyesatkan manusia ke dalam perbuatan jahat dan keji. Pengertian ini  didapat dengan merangkum tiga firmanNya yaitu, Surat Al-Hijr ayat 27:

 “Dan kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.”


Surat Al-Kahf ayat 50:

 “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, ‘Sujudlah kamu kepada Adam!’, maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia adalah dari (golongan) jin, maka dia mendurhakai perintah Tuhannya. Pantaskah kamu menjadikan dia dan keturunannya sebagai pemimpin selain Aku, padahal mereka adalah musuhmu? Sangat buruklah (iblis itu) sebagai pengganti (Allah) bagi orang yang zalim.”

dan surat  Al-Baqarah ayat 169:

“Sesungguhnya (syaithan) itu hanya menyuruh kamu (manusia) agar berbuat jahat dan keji, dan mengatakan apa yang tidak kamu ketahui tentang Allah.”

Jin pembangkang perintah Allah SWT. inilah yang telah berhasil menyesatkan Adam dan Hawa. Dia disebut syaithan karena sesat, menyesatkan dan sangat jahat. Syaithan selalu berusaha untuk menjauhkan manusia dari petunjuk Allah SWT. dan mendekatkan pada laranganNya. Salah satu prestasinya yang sangat terkenal adalah keberhasilannya membujuk Adam dan Hawa untuk memakan buah khuldi. Buah yang berasal   dari sebuah pohon yang terlarang untuk didekati oleh Adam dan Hawa. Prestasi ini telah terukir di segala penjuru dunia dan tercatat sebagai dosa Adam dan Hawa karena makan buah khuldi. Menjadi pemahaman yang melegenda secara turun-temurun, dari umat ke umat dan dari generasi ke generasi. Bahkan, masih banyak yang meyakininya kebenarannya. Padahal keyakinan ini tidak sesuai dengan  Al-Qur’an.
Marilah mencoba mencermati komunikasi Adam dan Hawa dengan syaithan, seperti yang diterangkan melalui  firmanNya  dalam Surat Thaahaa ayat 120 dan 121:    

“Kemudian syaithan membisikkan (pikiran jahat) kepadanya dengan berkata, ‘Wahai Adam! Maukah aku tunjukkan kepadamu pohon khuldi (keabadian)  dan kerajaan yang tidak akan binasa?’

“Lalu keduanya memakannya, dan tampaklah oleh keduanya aurat mereka dan mulailah keduanya menutupinya dengan       daun-daun (yang ada di) surga, dan telah durhakalah Adam kepada Tuhannya, dan sesatlah dia.”



Dalam kedua ayat tersebut diterangkan bahwa yang ditunjukkan oleh syaithan dan yang dimakan oleh Adam dan Hawa adalah pohon keabadian (syajaratil khuldi), bukan buah keabadian (tsamaratil khuldi). Maka atas dasar logika, tidaklah mungkin Adam dan Hawa memakan    buah berikut pohonnya. Lagipula buah-buahan justru menjadi rezeki bagi semua ciptaanNya. Seperti  firmanNya, dalam Surat Al-Baqarah ayat 22:

 “(Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap. Dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu, janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui.”

Di dalam ayat tersebut diterangkan bahwa dengan  air Allah SWT. menumbuhkan buah-buahan dan menjadi rezeki “untukmu”, tentu saja termasuk untuk kita sebagai manusia. Sehingga dapat dikatakan bahwa semua buah-buahan (termasuk buah khuldi) itu halal bagi  semua  manusia, juga bagi Adam dan Hawa. Dan dari sinilah penulis menyadari, bahwa pemahaman tentang dosa Adam dan Hawa adalah memakan buah khuldi ternyata hanya MITOS BELAKA ! Lantas, dosa apa yang telah diperbuat keduanya? Untuk mengetahuinya, marilah kita mencoba melakukan penelusuran kisah Adam dan Hawa  mulai dari KitabNya (Lauh Mahfuz).




2  lauh   mahfuz



SEGALA puji bagi Allah Pencipta bumi, langit, dan apa yang ada di antara keduanya, yang terlebih dahulu menuliskan semua gagasanNya di dalam sebuah kitab (lauh mahfuz). Berupa kalimat-kalimat Tuhan Allah SWT. Terdiri dari alternatif-alternatif langkah yang bebas dipilih dan dijalani oleh semua makhluk  hidup ciptaanNya. Ibarat sebuah permainan catur, sebelum dimulai maka semua peran beserta pilihan langkah yang dapat ditempuh telah dituliskan sebagai aturan mainnya. Ada berjuta-juta, bahkan bermilyar-milyar pilihan langkah yang dapat ditempuh. Setiap langkah sebagai pilihannya akan membawa pada akibatnya masing-masing.
Dalam penulisan kitabNya Allah SWT. tidak sendiri, namun dibantu malaikat yang diciptakan lebih awal dari ciptaan-ciptaanNya yang lain. Hal tersebut diterangkan melalui firmanNya dalam Surat Al-Hadid ayat 22:
 “Setiap musibah yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab (lauh mahfuz) sebelum kami mewujudkannya. Sungguh yang demikian itu mudah bagi Allah.”

Kata kami menerangkan bahwa Allah SWT. tidak sendiri. Ibarat perusahaan, Allah SWT. sebagai pimpinan, sedangkan malaikatNya sebagai pelaksana harian. Bahkan malaikat itulah penulis gagasan atau ide-ide Tuhan Allah SWT. tersebut ke dalam kalimat-kalimat yang akan memandu bagaimana secara nyata semua peristiwa di jagad raya ini terwujud dengan ijinNya. Diantaranya adalah kalimat-kalimat yang memandu bagaimana proses terwujudnya langit, bumi, tumbuhan, binatang, manusia,  dan lain sebagainya. Betapa banyak jumlah kalimat yang dituliskan oleh malaikat dalam hubungannya dengan semua peristiwa dan kejadian-kejadian itu.
Bayangkan kalau setiap makhluk sebagai salah satu peran, dengan satu pilihan langkah, dalam satu menit saja bisa mengalami paling sedikit 60 kali kejadian. Padahal satu peran memiliki lebih dari satu pilihan langkah, maka berapa kejadian yang dapat dialami makhluk ini dalam satu jam,      atau bahkan dalam satu hari dengan beberapa pilihan langkah seperti dalam permainan catur tadi. Andaikan makhluk tadi berperan sebagai manusia yang bisa bebas menentukan pilihan langkahnya dan bisa mencapai usia rata-rata 60 tahun, maka berapa kejadiankah yang dapat dialami oleh semua manusia di muka bumi ini selama hidupnya? Berapa kejadiankah dalam hubungannya dengan peran binatang dan tumbuhan? Ada berapa macam binatang dan tumbuhan di jagad raya ini? Lalu, bagaimana dengan jumlah kalimat Tuhan Allah SWT. yang memandu terjadinya jagad raya ini? Tentu manusia tidak akan sanggup menghitung dan menuliskan kalimat-kalimat tersebut. Seperti yang diterangkan melalui firmanNya dalam  Surat Al-Kahfi ayat 109:

 “Katakanlah (Muhammad), seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, walau kami datangkan sebanyak itu (pula).”

Namun tidaklah demikian dengan malaikat. Atas kehendak dan ijinNya, kalimat-kalimat tersebut dapat tertuliskan secara menyeluruh dalam kitab (lauh mahfuz) dan menjadi satu kesatuan sebagai sistem yang mengerucut kepada hari akhir.
Setelah lauh mahfuz terselesaikan, maka atas ijinNya    bergulirlah secara nyata peristiwa demi peristiwa, kejadian demi kejadian. Dimulai dari kejadian langit, bumi, yang kemudian diikuti oleh munculnya makhluk-makhluk hidup, termasuk kejadian Adam dan Hawa. Pengertian ini merujuk pada firmanNya dalam  surat Maryam ayat 67:
        
         Dan tidakkah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakanya, padahal (sebelumnya) dia belum berwujud sama sekali?

Ayat tersebut menjelaskan bahwa ciptaanNya yang berujud manusia (termasuk Adam dan Hawa), sebelumnya telah diciptakan terlebih dahulu namun masih  tanpa wujud, masih  berupa  gagasan yang tertuliskan atau tergambarkan pada   salah satu halaman di dalam kitab (lauh mahfuz) tersebut.
Demikianlah gambaran tentang lauh mahfuz yang telah dituliskankan sebagai pemandu bergulirnya peristiwa-peristiwa dan kejadian di jagad-raya ini.
Perlu digarisbawahi, bahwa untuk semua peristiwa         dan kejadian itu, Allah SWT. pun cukup hanya satu kali berfirman kun fayakunu”, yang difirmankanNya setelah muncul gagasan dan sebelum terciptanya malaikat. Tidak seperti yang terbayang dimasa kecil, dimana untuk setiap kehendakNya, Allah SWT. selalu berfirman  kun fayakunu”, sehingga sempat terbayangkan betapa lelahnya Allah SWT., karena setiap saat harus mengucapkan berjuta-juta bahkan bermilyar-milyar kata  kun fayakunu.



3
PROSES PENCIPTAAN
ADAM DAN HAWA


MASIH  teringat dengan jelas saat diterangkan oleh orang tua, bahwa Adam sebagai manusia pertama diciptakan dari tanah, kemudian setelah dibentuk sesuai dengan keinginanNya, ditiupkan ruh melalui ubun-ubunnya. Maka seketika itulah Adam menjadi manusia dan langsung bisa berjalan, berkomunikasi layaknya orang yang sudah dewasa. Bahkan di saat itu pula sempat terbayang seberapa besar dan tingginya Allah SWT. melalui gambaran tanganNya yang bisa membentuk wujud sebesar manusia dewasa. Tetapi paham kejadian seketika dan bayangan ini pun langsung hilang setelah  membaca firmanNya dalam Surat Ali ‘Imran ayat 59:

 “Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan Isa bagi Allah, seperti (penciptaan) Adam. Dia menciptakan dari tanah, kemudian Dia berkata kepadanya ‘jadilah’, maka  jadilah sesuatu itu.”
Dalam ayat tersebut dijelaskan dengan perumpamaan agar mudah untuk dipahami, bahwa penciptaan Isa dan penciptaan Adam adalah sama. Adam dan Isa sama–sama diciptakan dari tanah. Namun perwujudanya tidak seperti permainan sulap yang terjadi dengan seketika. Dan kita tahu bahwa perwujudan Isa ke dunia dilahirkan oleh seorang perempuan bernama Maryam. Sehingga dapat dikatakan pula bahwa perwujudan Adam ke dunia  juga dilahirkan atau melalui proses kelahiran. Demikian juga firmanNya dalam Surat Ar-Rum ayat 11:

 “Allah yang memulai penciptaan (makhluk), kemudian mengulanginya kembali, kemudian kepadaNya kamu dikembalikan.”

Ayat tersebut menerangkan bahwa penciptaan kita sebagai manusia yang terlahir dari seorang ibu adalah pengulangan dari penciptaan Adam sebagai manusia pertama. Sehingga dari dua ayat tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa adanya Adam ke dunia tentu  sama dengan adanya Isa dan adanya kita semua sebagai manusia, yaitu melalui proses kelahiran.
Pendapat ini lebih bisa diterima dengan akal sehat. Karena pendapat yang meyakini bahwa Adam tercipta tanpa bapak dan ibu sangatlah bertentangan dengan firmanNya dalam  surat Al-Hujarat ayat 13:

Wahai manusia! Sungguh, kami telah menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha mengetahui, Maha teliti.

Dan surat Al-insan ayat 2 :

 Sungguh,kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.

Kedua ayat tersebut diatas menerangkan bahwa penciptaan manusia adalah melalui proses hubungan laki-laki dan perempuan yang menghasilkan mani yang bercampur. Karena Adam masuk dalam sebutan sebagai manusia, maka proses penciptaannyapun tentu melalui proses hubungan laki-laki dan perempuan atau tercipta karena adanya mani yang bercampur dengan sel telur yang menghasilkan zigot dan kemudian berkembang   menjadi jabang bayi.

Kemudian yang menjadi pertanyaan adalah siapakah yang melahirkan Adam?

Dia adalah makhluk hidup yang serupa dengan manusia. Secara wujud sama, namun belum bisa disebut manusia. Makhluk inilah yang dilihat oleh malaikat didalam  surat Al-Baqarah ayat 30:

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, ‘Aku hendak menjadikan khalifah dibumi. Mereka berkata Apakah Engkau hendak menjadikan makhluk yang merusak dan menumpahkan darah disana? Sedangkan kami bertasbih memujiMu dan mensucikan namaMu! Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui!’.”

Dalam dialog antara Allah SWT. dengan malaikat pada ayat tersebut menunjukkan bahwa malaikat telah mengetahui wujud dari calon khalifah. Namun pengetahuannya belum berdasar pada penglihatan secara nyata, masih dalam proses penulisan kitab  (Lauh Mahfuz).
Ibarat dalam sebuah diskusi antara pimpinan dan karyawan di dalam sebuah biro perencanaan yang telah merambah pada tahap sketsa idea, dimana pada tahap ini calon khalifah secara fisik telah tergambarkan sama dengan homo sapiens yang telah berkembang menjadi makhluk satu tingkat dibawah manusia, namun belum bisa disebut manusia karena volume otak makhluk ini masih berada dibawah volume otak manusia (1450 cc), tapi sudah sangat mendekati, bahkan telah mencapai 1449,99 cc. Sehingga secara fisik malaikat-pun kesulitan untuk membedakannya. Makhluk pra-ma (pra-manusia) inilah yang menjadikan Adam terlahir ke dunia, sekaligus menjadi orang tua Adam.
Dari pemahaman-pemahaman di atas, apabila dikatakan bahwa Adam bukan anak manusia, akankah manusia sebagai keturunannya menjadi sakit hati? Atau sebaliknya, justru dapat mengambil hikmah dari perkataan ini dengan memberikan masukan kepada para guru, terutama yang berkaitan dengan pelajaran sejarah dan agama.
Dimana di dalam pelajaran sejarah menerangkan bagaimana kejadian manusia berdasar teori evolusi, sehingga dikenal adanya manusia purba. Sementara pelajaran agama menerangkan bahwa Adam terjadi dengan seketika.
Bukankah lebih baik memberikan pemahaman bahwa manusia pertama adalah Adam dan sebelum Adam bukanlah manusia. Atau dapat mempertegas pengertian tersebut dengan mengganti nama manusia purba dengan pra-ma, sehingga pelajaran sejarah dan agama bisa berjalan selaras, dengan demikian diharapkan dapat saling mencari dan menemukan titik sambungnya.
Marilah mengawali perubahan pemahaman tentang proses penciptaan manusia pertama (Adam). Dari prosesseketika” kearah proses yang lebih bisa diterima dengan akal sehat.
Untuk itu simaklah rangkuman ayat-ayat muhkamat (ayat yang terang dan tegas serta mudah dipahami) dari Al-Qur’an yang dapat  memandu dan melatar belakangi kisah penciptaan  Adam sebagai manusia pertama.
Para pembaca yang Insya Allah dirahmati Allah SWT. tentu pernah  mendengar teori  EVOLUSI oleh  Charles Darwin. Namun apabila beliau benar-benar memberikan pernyataan bahwa manusia adalah hasil evolusi dari kera tentu hal tersebut tidak dapat dibenarkan.
         Karena menurut Al-Qur’an manusia adalah hasil evolusi dari makhluk hidup  bersel tunggal, seperti yang dijelaskan dalam  surat An-Nisaa’ ayat 1:
         
 Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu dan menciptakan pasanganya darinya. Dan dari keduanya Allah memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan namaNya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.

Diri yang satu oleh sebagian ahli tafsir dimaksudkan adalah Adam. Dan sebagian lain ada yang menafsirkan sebagai tulang rusuk Adam. Namun kalau mencermati sebutan “ha pada kata “darinya”, tentu bukanlah Adam atau tulang rusuk Adam. Karena sebutan “ha pada kata “darinya menunjuk wujud perempuan. Untuk itu marilah menafsirkan bahwa diri yang satu itu adalah makhluk hidup yang keadaanya masih sangat sederhana, yang menjadi awal adanya manusia, yaitu MAKHLUK HIDUP BERSEL TUNGGAL yang telah dilengkapi dengan hawa nafsu. Makhluk hidup bersel tunggal tersebut terjadi karena perpaduan antara tanah dan air yang kemudian tumbuh secara berangsur-angsur. Pengertian tersebut didapat dari penggabungan ke empat firmanNya yang dimulai dari Surat Ar-Rum ayat 20 :

 Dan diantara tanda-tanda (kebesaranNya) ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.

Allah SWT. selalu menjelaskan berulang-ulang di dalam Al-Qur’an dengan kata menciptakan (kata dasar cipta). Hal tersebut untuk menunjukkan bahwa semua hasil ciptaanNya tidak ada yang sama. Bukan produk masal. Banyak sekali contoh yang berkaitan dengan kata “menciptakan ini. Misalkan saja penciptaan manusia kembar identik, yang terlihat hampir tidak ada bedanya, ternyata pada sidik jarinya ada perbedaan. Demikian juga dengan penciptaan semua manusia di muka bumi ini yang tidak satupun punya sidik jari sama.
Kata “menciptakan dalam ayat tersebut selain untuk menunjuk pada hasil yang tidak sama, juga untuk menunjukkan bahwa tanah adalah bahan baku dalam penciptaan manusia, yang kemudian bahan baku ini dicampur dengan air. Seperti firmanNya dalam  surat Al-Anbiya ayat 30:  

 Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu satu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya,dan Kami jadikan sesuatu yang hidup berasal dari air,  maka mengapa mereka tidak beriman?.

         Dalam ayat tersebut diterangkan bahwa Allah SWT. menjadikan semua yang hidup dari air. Dalam kaitannya dengan surat Ar-Rum ayat 20 adalah mencampurkan air  kedalam bahan baku (tanah), yang kemudian menjadi lumpur. Ini diterangkan melalui firmanNya dalam surat Al-Hijr ayat 26:

Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari tanah liat kering  dan lumpur hitam  yang diberi bentuk.

Ayat tersebut menjelaskan bahwa bahan baku yang telah dicampur dengan air akan menjadi lumpur. Kemudian dari lumpur ini Allah membentuk manusia.
      Bagaimanakah Allah membentuk manusia? Allah SWT. menjelaskan melalui firmanNya dalam  surat Nuh ayat 17:

Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah, tumbuh                 (berangsur-angsur).
         Proses pembentukannya dimulai dengan menumbuhkan makhluk hidup bersel tunggal dari tanah lumpur tersebut, kemudian makhluk ini ditumbuh-kembangkan secara ber angsur-angsur. Proses tumbuh-kembangnya  ibarat zigot (makhluk  bersel tunggal) yang ada di dalam rahim. Memperbanyak diri dengan cara membelah dan tetap mengelompok dalam satu kesatuan. Secara keseluruhan ada yang terus tumbuh dan berkembang,  namun ada pula yang mati. Apabila tidak ada yang mati, maka wujud manusia hanya menjadi segumpal daging seperti bola. Karena ada yang mati inilah maka terbentuklah lobang telinga, hidung, mulut, anus, kaki, tanngan, jari-jemari, dan seterusnya menjadi sang jabang bayi.
         Makhluk hidup bersel tunggal yang ditumbuhkan dari tanah lumpur tadi jumlahnya sangat banyak, masing-masing tumbuh dan berkembang secara berangsur-angsur, atau berevolusi mengarah kepada tujuannya. Sehingga muncul aneka ragam tumbuhan yang masing-masing mempunyai ranting dan daun yang berlainan. Muncul pula aneka binatang yang masing-masing mempunyai bentuk tersendiri. Ada binatang yang berjalan dengan perutnya, ada yang berjalan dengan dua kakinya dan ada juga yang berjalan dengan empat kakinya. Seperti adanya ular, monyet atau kera, buaya, dan lain sebagainya.
Dari sekian banyak makhluk bersel tunggal ini, ada beberapa yang tumbuh dan berkembang mengarah pada makhluk berakal, yaitu manusia. Saat kejadiannya-pun berbeda-beda tergantung tempat dimana dia ditumbuhkan. Beberapa inilah yang menjadikan adanya ras manusia. Namun sebelum menjadi manusia terlebih dahulu melalui tahapan menjadi pra-ma atau makhluk cerdas yang dalam istilah ilmu pengetahuan  dikenal sebagai homo sapiens.
Di dalam rahim pra-ma inilah Allah SWT membentuk manusia sebagai tindak lanjut dari proses sebelumnya. Seperti firmanNya dalam surat Ali-Imran ayat 6:
 Dialah yang membentuk kamu dalam rahim menurut yang Dia kehendaki. Tidak ada Tuhan selain Dia Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.

Karena firman-firman Allah SWT yang terangkum dalam kitab suci AL-Qur’an ditujukan untuk memberi petunjuk dan peringatan kepada manusia,maka yang dimaksud dengan  kata “kamu”  pada ayat tersebut  tentulah manusia.

         Lantas bagaimanakah Allah SWT membentuk manusia didalam rahim pra-ma ini dan bagaimana pula hasil bentukan-Nya?

         Allah SWT membentuk manusia didalam rahim pra-ma dimulai dari mempertemukan sel sperma dengan dengan sel telur hingga membentuk suatu wujud yang siap  berkembang mengarah pada makhluk berakal. Wujud tersebut adalah dzat bersel tunggal berikut perangkatnya yang bisa memunculkan hawa nafsu. Walaupun masih bersel tunggal namun didalamnya terkandung segala unsur yang nantinya bisa berkembang menjadi jaringan dan juga organ-organ tubuh manusia. Seperti halnya segumpal daging,tulang-belulang,jantung,ginjal,hati,paru dan otak manusia(1450 cc), yang secara keseluruhan nantinya akan menyatu menjadi raga manusia. Wujud tersebut secara fisik merupakan suatu kejadian yang sempurna dan siap menjadi makhluk hidup bersel tunggal. Proses kejadiannya diterangkan melalui firman-Nya, dalam surat Sad ayat 72:        

 Kemudian apabila telah Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan ruh Ku kepadanya, maka tunduklah kamu dengan bersujud kepadanya.

         Maksud Ruh pada ayat tersebut adalah Ruh kehidupan yaitu Allah SWT sebagai Ruh yang kekal dan abadi.  Namun  perlu diingat bahwa dengan ditiupkannya Ruh Allah SWT tersebut bukan berarti bahwa manusia itu mempunyai Ruh tersendiri. Manusia sebagai hasil pembentukan didalam rahim pra-ma ini  dapat digambarkan sebagai sebuah botol tanpa tutup yang  berada dalam sebuah ruangan berisi udara,maka akan secara otomatis botol tersebut akan terisi udara dari dalam ruangan itu. Nah sebagai perumpamaan botol itu adalah jasad atau raga manusia dan udara didalam ruangan itulah Allah SWT sebagai Ruh kehidupan.
          Pengertian ini didapat dari penggabungan ke dua firman-Nya,yaitu surat Qaaf ayat 16: 

Dan sungguh,Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya.

dan surat Al-Ikhlash ayat 1:

Katakanlah(Muhammad),Dialah Allah Yang Maha Esa.

Didalam surat Qaaf ayat 16 diterangkan bahwa Allah lebih dekat kepada diri manusia itu sendiri dari pada urat lehernya. Padahal urat leher setiap manusia itu ada didalam diri setiap manusia. Maka dari ayat tersebut juga dapat dikatakan bahwa Allah itu ada didalam diri manusia. Kalau jumlah manusia banyak tentu akan menimbulkan pertanyaan tentang jumlah Allah. Sementara didalam surat Al-Ikhlash ayat 1 jelas diterangkan bahwa Allah itu Sendiri adanya dan tidak ada lainya.
 Kedua ayat tersebut seolah-olah bertentangan. Namun sebagai orang yang beriman kita harus meyakini akan kebenaran kedua ayat itu. Maka apabila dicermati penggabungan kedua ayat tersebut akan dapat memunculkan  tentang pengertian Ruh yang ada didalam diri manusia.
Kembali pada kejadian saat ditiupkannya Ruh kehidupan kedalam diri dzat bersel tunggal maka terciptalah makhluk hidup bersel tunggal. Makhluk tersebut kemudian dikenal dengan nama zigot atau alaqah.
         Namun pada saat ditiupkannya Ruh kehidupan pada proses bertemunya sel sperma dengan sel telur  ternyata justru tercipta dua zigot atau  sepasang zigot. Kejadian ini diterangkan melalui firman-Nya dalam surat Al-Qiyamah ayat 36,37,38 dan 39:

 Apakah manusia mengira dia akan dibiarkan begitu saja
.
Bukankah dia mulanya hanya setetes mani yang ditumpahkan.

Kemudian menjadi sesuatu yang melekat, lalu Allah menciptakannya dan menyempurnakanya.

Lalu Dia menjadikan darinya sepasang laki-laki dan perempuan.

Allah SWT. menjelaskan melalui keempat ayat tersebut bahwa setelah mani ditumpahkan dan bertemu dengan sel telur kemudian menjadi alaqah (sesuatu yang melekat pada dinding rahim). Dalam ilmu pengetahuan disebut zigot (makhluk hidup bersel tunggal). Kemudian Allah SWT. menciptakan satu zigot lagi sehingga menjadi sepasang zigot. Kemudian kedua zigot ini terus tumbuh dan berkembang didalam rahim pra-ma menjadi sepasang janin dengan volume otak telah mencapai 1450 cc.  Inilah saat munculnya akal manusia yang pertama kali  pada proses evolusi . Akal tersebut lebih dikenal dengan nama  Ruh kemanusiaan. Ruh kemanusiaan tersebut menempel pada Ruh kehidupan Ibarat suatu produk yang ditempel label sebagai hak patennya, yaitu  MANUSIA, atau makhluk berakal,yang diawal penciptaan ini dikenal dengan nama ADAM dan HAWA.
         Paham yang meyakini bahwa Hawa tercipta dari tulang rusuk Adam perlu ditata ulang. Karena Hawa juga manusia, maka proses  penciptaannya-pun  tentu sama dengan proses penciptaan Adam.
         Bukan dari tulang rusuk, melainkan dari segumpal daging yang ada dan terlindungi oleh tulang rusuk. Segumpal daging inilah yang bisa memunculkan hawa nafsu, yang tanpa disadari telah melekat pada semua makhluk hidup. Dan disebut sebagai manusia apabila di dalam dirinya terdapat dua unsur yang berapasangan, yaitu akal dan hawa nafsu. Tanpa hawa nafsu, semua makhluk hidup akan statis, diam tak bergerak dan tidak akan tumbuh. Ruh kemanusiaan atau akal tersebut muncul atau tercipta justru untuk mendampingi hawa nafsu yang  adanya lebih dulu. Sehingga dapat dikatakan bahwa adanya hawa (nafsu) lebih dulu dari adam (akal). Pengertian ini didasarkan atas sebutan “ha pada kata “darinya dalam surat An-Nisa ayat 1, namun secara wujud (sebagai manusia), yang ada terlebih dulu adalah Adam. Pengertian ini didasarkan  atas sebutan “hu pada kata  darinya dalam surat Al-Qiyamah ayat 39.
Demikianlah runtutan kisah penciptaan Adam yang ternyata mempunyai saudara kembar bernama Hawa                (ibu asal manusia).
Nama Hawa diambil dari asalnya yaitu hawa (nafsu) yang pada akhirnya  huruf pertama  diganti dengan  ح  dikarenakan konotasi dari hawa nafsu adalah negatif. Terlepas dari semua itu, yang perlu diingat adalah:

Semua hawa nafsu adalah syaithan
kecuali
hawa nafsu yang dirahmati Allah SWT


4 ADAM DAN HAWA BERTEMPAT TINGGAL DI SURGA


PADA awal pembahasan telah dituliskan bahwa Adam dan Hawa ini pernah bertempat tinggal di surga. Tentu saja hal ini akan menimbulkan pertanyaan, karena hampir semua orang tahu kalau surga itu adanya di alam akhirat. Lantas  dimana dan seperti apa surga yang pernah ditinggali oleh Adam dan Hawa pada saat itu?

Untuk menjawab pertanyaan di atas marilah  kita  terlebih dahulu mengetahui seluk-beluk  tentang surga itu sendiri, yang batasan dan pengertiannya dapat ditetapkan dengan menggabungkan firman-firmanNya yang ada dalam surat   Al-Ahqaf ayat 13, 14 dengan surat Yasin ayat 55, 56, 57.

Surat Al-Ahqaf ayat 13  dan 14 :

 Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Tuhan kami adalah Allah, kemudian mereka tetap istiqamah, tidak ada rasa khawatir pada mereka, dan mereka tidak (pula) bersedih hati.

Mereka itulah para penghuni surga, kekal di dalamnya, sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.

Kedua ayat tersebut menerangkan bahwa para penghuni surga itu tidak mempunyai rasa khawatir dan rasa sedih. Kemudian marilah kita simak firmanNya dalam Surat Yasin ayat 55, 56, dan 57  :

 Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan.

Mereka dan para istri mereka ada di tempat yang teduh sambil bertelekan di atas dipan-dipan.

Disana mereka mendapatkan buah-buahan dan apa yang mereka minta.        
Ke tiga ayat tersebut menerangkan bahwa surga adalah suatu tempat yang bisa memberikan apa saja yang diminta, termasuk buah-buahan. Namun buah  yang dimaksud bukan dalam artian fisik, melainkan dalam arti kiasan, sebagai gambaran untuk menjelaskan suatu keadaan. Seperti yang kita ketahui bahwa buah merupakan asupan yang baik dan bermanfaat bagi tubuh. Apabila mengkonsumsinya, apalagi buah yang segar maka tubuh akan menjadi segar dan sehat. Dengan sehat keadaannya akan menjadi selalu nyaman. Kenyamanan ini akan berakibat pada rasa senang yang dapat mensugesti pada rasa bahagia. Dalam kondisi bahagia maka apapun yang didapatkan akan menjadi sesuatu yang menyenangkan. Sesuatu yang “menyenangkan inilah maksud dari buah-buahan tersebut. Sehingga dari uraian ini, apabila dihubungkan dengan kedua ayat dari surat Al-Ahqaf tadi dapat ditarik kesimpulkan bahwa, “SURGA adalah :

suatu tempat yang dapat memberikan rasa bahagia atau memberikan semua kesenangan-kesenangan yang dibutuhkan penghuninya tanpa menimbulkan ketakutan/kekhawatiran dan kesedihan.

         Allah SWT. juga menjelaskan bahwa surga tersebut berjumlah 4 (empat). Seperti yang diterangkan melalui firmanNya dalam Surat Ar-Rahman ayat 46:

Dan bagi siapa yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga.

Dan ayat 62:

Dan selain dua surga itu ada dua lagi.

Kedua ayat tersebut  sama-sama menerangkan tentang jumlah surga. Masing-masing menyebut adanya 2 (dua) surga. Maka dalam penggabungan kedua ayat tersebut  tentu  akan didapatkan bahwa  surga itu berjumlah 4  (empat).

KE EMPAT SURGA TERSEBUT ADALAH :

1. SURGA ALAM RAHIM atau JANNATUR RAHIIMU
Merupakan surga dengan kurun waktu rata-rata 9         (sembilan) bulan. Sebagai surganya para jabang bayi sebelum terlahir ke dunia. Keberadaannya  ada di dalam rahim sang ibu. Ditempat ini semua kesenangan-kesenangan yang dibutuhkan para jabang bayi selalu dipenuhi sehingga mendatangkan kenikmatan-kenikmatan  tersendiri. Pelayanan  yang selalu diberikan (lahum maa yadda’uuna) lah, maka surga ini populer berada dibawah telapak  kaki  ibu, yang   mengandung   makna    pengajaran kepada setiap ibu hamil, agar selalu melangkahkan kakinya kearah yang baik, karena selain menambah kenikmatan bagi calon jabang bayi  juga akan ikut menentukan bobot, bibit, dan bebet jabang bayi. Surga alam rahim ini merupakan salah satu surga yang pernah ditinggali oleh semua manusia termasuk Adam dan Hawa.

2. SURGA AL-A’RAAF atau JANNATI GHURAFAN
Al-A’raaf ini secara fisik merupakan surga yang pernah ditinggali oleh Adam dan Hawa. Namun Adam yang dimaksud adalah Adam yang mempunyai satu garis keturunan dengan Nabi Nuh, keluarga Nabi Ibrahim dan keluarga Imran. Dan secara fisik pula  Al-A’raaf ini tidak pernah ditinggali oleh semua keturunan Adam, termasuk Adam yang lain.
Al-A’raaf ini merupakan surga dengan kurun waktu sejak Adam dan Hawa diperintahkan oleh Allah SWT untuk tinggal (surat Al-Baqarah ayat 35 dan surat Al-A’raaf ayat 19) hingga Adam dan Hawa diperintahkan untuk turun bersama-sama karena keduanya berbuat dosa (Al-Baqarah ayat 38, Al-A’raaf ayat 24 Thaahaa ayat 123).
Al-A’raaf secara non fisik adalah surga yang pernah dinikmati oleh semua manusia,karena surga ini  merupakan kenikmatan-kenikmatan yang pernah dirasakan oleh hati setiap manusia dalam  kurun waktu sejak terlahir hingga kemudian dia berbuat dosa untuk yang pertama kalinya.


3. SURGA DUNIA ATAU JANNATID DUNYAA
Merupakan Surga sesaat, yang keberadaannya di alam dunia. Gambarannya adalah berupa tempat berdiam yang dapat memberikan semua kesenangan-kesenangan yang dibutuhkan tanpa menimbulkan kekhawatiran dan kesedihan. Bisa jadi tempat ini berupa kamar tidur atau rumah kita, masjid, kampus atau bahkan Mall yang mulai banyak muncul dikota-kota. Namun  yang jelas, pada saat berada ditempat itu selalu mendapatkan kesenangan-kesenangan yang dibutuhkan, serta terbebas dari kekhawatiran dan kesedihan.
Karena dunia ini sifatnya fana atau tidak kekal maka terbebaskannya-pun tentu hanya dalam batas kurun waktu. Bisa satu detik, satu menit, satu jam atau satu hari bahkan satu minggu atau berminggu-minggu. Tempat dan kurun waktu tersebut tiap-tiap orang berbeda.
Sebagai contoh, walau di suatu tempat kita telah  mengantongi sejumlah uang yang bisa untuk mendapatkan semua kesenangan-kesenangan yang diinginkan, namun apabila kita masih merasakan adanya kekhawatiran dan kesedihan, maka tempat itu tentu bukanlah Surga dunia. Hal tersebut bisa saja terjadi karena ditempat itu banyak musuh.
Sebaliknya, walau tanpa uang sama sekali, namun ditempat itu justru bisa mendapatkan semua kesenangan-kesenangan (dalam kurun waktu tertentu)  tanpa khawatir dan bersedih, maka tempat itulah surga dunia. Hal tersebut bisa saja terjadi karena ditempat itu banyak kawan.
Demikianlah gambaran surga dunia, sebagai surga yang pernah ditinggali Adam dan Hawa setelah keduanya berbuat dosa. Dan surga ini tentu pernah dirasakan oleh semua manusia, hanya saja dengan  kurun waktu yang berbeda-beda.
Dan perlu diingat bahwa, semakin besar prosentase seseorang dalam merasakan surga dunia, maka sebesar prosentase itu pula kemungkinannya akan merasakan surga yang kekal dan abadi.

4. SURGA ABADI  atau JANNATUL KHULDI
Merupakan Surga kekal dan abadi, yang keberadaannya di alam akhirat, disediakan sebagai balasan bagi orang-orang yang menjalani kehidupan dunia ini dengan iman dan penuh  ketakwaan kepada Allah SWT. Seperti firmanNya dalam surat Al-Furqan ayat 15:

 Katakanlah (Muhamad),Apakah (azab) seperti itu yang baik, atau surga yang kekal yang dijanjikan  kepada orang-orang yang bertakwa sebagai balasan, dan tempat kembali bagi mereka?.

Surga abadi ini wujud fisiknya bertingkat-tingkat. Masing-masing tingkat disediakan sebagai balasan yang sesuai dengan tingkat ketaqwaan penghuninya. Semakin besar ketaqwaan sesoorang dalam menjalani kehidupan di dunia, maka akan ditempatkan pada level atau tempat yang lebih tinggi, baik dalam segi posisi maupun kualitas.
 Gambaran tentang surga abadi tersebut diterangkan di dalam surat Az-Zumar ayat 20:

 Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya, mereka mendapat kamar-kamar (di surga), di atasnya terdapat pula kamar-kamar yang dibangun (bertingkat-tingkat), yang mengalir  di bawahnya sungai-sungai.  (itulah) janji Allah, Allah tidak akan memungkiri janji (Nya).

Demikianlah pengertian dan gambaran tentang adanya surga. Untuk selanjutnya marilah mengikuti runtutan kisah kejadiannya sehingga Adam dan Hawa bisa bertempat tinggal di surga, sekaligus menjawab pertanyaan tentang dimana dan seperti apa surga yang pernah ditinggali keduanya.

Seperti manusia kembar pada umumnya, Adam dan Hawa pun  setelah merasakan surga alam rahim juga terlahir ke dunia ini sebagai bayi. Masing-masing terlahir bersama dengan temannya (qariin) yang berujud  jin.
Jin tersebut sangat patuh kepada Sang Penguasa (Allah SWT),seolah-olah menjadi kepanjangan tanganNya. Karena fungsi dan kepatuhannya pada Sang Penguasa tersebut, maka  diberilah  nama mallak. Dan dalam jumlah lebih dari satu atau banyak disebut malaikat.
Malaikat sebagai qariin tersebut bertugas mencatat   amal perbuatan Adam dan menyampaikan petunjuk. Sebagai pencatat amal, malaikat tersebut dikenal dengan nama malaikat saksi. Keberadaannya ada pada disebelah kanan dan kiri Adam juga Hawa  (manusia), seperti yang diterangkan firmanNya, dalam surat Qaaf ayat  17:

 (ingatlah) ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya), yang satu duduk disebelah kanan dan yang lain disebelah kiri.

Keberadaan malaikat saksi tersebut sangat erat hubungannya dengan kebebasan manusia dalam memilih dan menentukan langkah-langkahnya.
Sedangkan malaikat yang menyampaikan petunjuk disebut sebagai malaikat pengiring. Hal tersebut diterangkan oleh Allah SWT melalui firmanNya, dalam surat Qaaf ayat 21:

 Setiap jiwa akan datang bersama (malaikat) pengiring dan      (malaikat) saksi.

Bersama malaikat saksi, malaikat pengiring ini bersemayam dalam diri setiap manusia. Keduanya hadir dan menjadi variable atas bersinerginya akal dan hawa nafsu yang kemudian melahirkan amal perbuatan manusia. Malaikat pengiring ini ibarat sebuah antena yang dapat menerima  pancaran sinyal. Pancaran sinyal tersebut berupa petunjuk-petunjuk yang dipancarkan oleh Al-Hadii (Yang Maha Pemberi Hidayah). Penerima petunjuk yang kemudian meneruskan kepada akal disebut ruhul qudus,sedangkan penerima petunjuk yang kemudian meneruskan kepada hawa nafsu dikenal dengan nama syaithan. 
Ruhul qudus dan syaithan yang ada pada Adam dan hawa pada awalnya selalu patuh pada Al-Hadii. Keduanya selalu bahu-membahu memandu bersinerginya akal dan hawa nafsu,sehingga Adam dan Hawa selalu dapat melahirkan amal perbuatan yang baik dan dirahmati Allah SWT. Maka Adam dan Hawa diberi gelar sebagai manusia dalam bentuk sebaik-baiknya,atau lebih dikenal dengan “ insana fi ahsani taqwim “.
Bersama malaikat pengiring dan malaikat saksi Adam dan Hawapun terus tumbuh dan berkembang kearah yang lebih dewasa. Dan seiring dengan berjalannya waktu,keduanya semakin pandai, sehingga dapat mengenali, memahami, menamai semua benda-benda yang ada disekitarnya, bahkan mampu menafsirkan lingkungan beserta pengalamannya. Maka mulai saat itu lahirlah   kebudayaan manusia, dan disaat itu pulalah dimulainya  sebuah zaman yang dikenal dengan sebutan “ZAMAN SEJARAH.
         Atas prestasi tersebut, serta gelar  insana fi ahsani taqwim yang telah diterimannya, maka Allah SWT. membuatkan taman (raudhlah) sebagai tempat tinggal keduanya. Tempat tersebut dipagari dengan pohon keabadian  (syajaratil khuldi), hingga menjadi suatu lingkungan yang dikenal dengan nama taman surga   (raudhlatiil jannati). Pada bagian tengahnya ditinggikan, yang kemudian dikenal dengan nama Al- A’raaf.
Al-A’raaf ini adalah surga (jannati ghurafan) yang pernah ditinggali hanya oleh Adam dan Hawa. Lokasi surga tersebut berada di Semenanjung Sinai atau lebih tepatnya di Bukit Sinai. Tempat tersebut banyak menghasilkan Buah Tin dan Buah Zaitun. Pemahaman ini didasarkan pada sumpah Tuhan pada saat penciptaan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya atau pada saat Adam dan Hawa belum berbuat dosa, seperti firmanNya dalam   surat At-Tin ayat 1, 2, 3, dan 4:

Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun

Demi bukit sinai

Dan demi negeri yang aman ini

Sungguh Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya.

Pemahaman ini juga diperkuat oleh firmanNya dalam surat Ath-Thuur ayat 1, 2, 3, dan 4:
Artinya :

Demi bukit (Sinai)

Dan demi kitab yang ditulis

Pada lembaran yang terbuka

Demi tempat yang makmur.

Keempat ayat tersebut memperkuat pemahaman bahwa di bukit (Sinai) yang makmur inilah Adam dan Hawa menjalani kehidupannya. Beliau mulai menuliskan kejadian-kejadian yang dialami pada zaman yang masih terbuka lebar. Inilah alasan kenapa penulis menyebut zaman Adam ini sebagai awal zaman sejarah, bahkan ZAMAN SEJARAH YANG PERTAMA KALI.

 Di Surga Al-A’raaf (jannati ghurafan) inilah, Adam pada awalnya diperintahkan tinggal bersama Hawa, seperti firmanNya dalam surat Al-Baqarah ayat 35:

 Dan Kami berfirman, Wahai Adam! Tinggalah engkau dan pasanganmu di dalam surga dan makanlah dengan nikmat       (berbagai makanan) yang ada disana sesukamu. (Tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim’.”

Dan juga firmanNya dalam surat Al-A’raf ayat 19:

 Dan (Allah berfirman), ‘Wahai Adam! Tinggalah engkau bersama pasanganmu dalam surga dan makanlah apa saja yang kamu berdua sukai. Tetapi janganlah kamu berdua dekati pohon yang satu ini, (apabila didekati ) kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim’.”

Pada kedua ayat tersebut, penulis menafsirkan kata  azwaja sebagai pasangan, bukan sebagai istri. Sebagai contoh yang dimaksud dengan pasangan disini antara lain adalah: besar dan kecil, tinggi dan pendek, gemuk dan kurus, kaya dan miskin, siang dan malam, termasuk laki-laki dan perempuan, seperti firmanNya dalam surat An-Najm ayat 45:

Dan sesungguhnya Dialah yang menciptakan pasangan laki-laki dan perempuan.

Atas perintah dari Allah SWT. Adam dan Hawa pun kemudian tinggal di Al-A’raaf. Adam dan Hawa tinggal ditemani oleh malaikat, termasuk malaikat pengiring yang pada pembahasan sebelumnya telah diberi nama dengan ruhul qudus dan syaithan.
Kemudian atas perintah Allah SWT, malaikat memberi hormat kepada Adam. Berbeda dengan syaithan yang dengan sombongnya membangkang perintah Allah SWT, karena merasa dirinya lebih baik dari Adam. Maka sejak saat itu, akibat ketidak-patuhannya syaithan juga mendapat julukan iblis         (jin atau mallak yang tidak patuh), sekaligus diperintahkan turun dari Al-A’raaf dan keluar dari lingkungan surga. Seperti firmanNya dalam Surat Al-A’raaf ayat 13:

 “(Allah) berfirman, maka turunlah kamu darinya (dari Al-A’raaf) karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah! (keluar dari surga) sesungguhnya kamu termasuk makhluk yang hina.”

Akibat kesombongan dan kedurhakaannya, iblis harus menerima kenyataan untuk turun dari Al-A’raaf dan keluar dari surga (jannah). Setelah terusir, ia (iblis) menjadi sakit hati kepada Adam dan Hawa, ia lalu berjanji dan bertekad akan menggelincirkan keduanya dari tempat yang tertinggi (Al-A’raaf), mengajak keluar dari tempat yang penuh dengan kenikmatan (jannah) hingga menjadi makhluk sesat dan pembangkang seperti dirinya. Niat dan tekad iblis ini pun diizinkan oleh Allah SWT. yang tidak pernah pilih kasih.
Adam dan Hawa menjalani perintah Allah SWT. dengan senang hati. Keduanya menjalani hidup bersama di Surga Al-A’raaf tanpa didampingi oleh iblis atau syaithan. Apa pun yang diinginkan selalu dipenuhi, kecuali mendekati pohon keabadian (syajaratil khuldi). Tidak diperkenankan mendekati pohon keabadian, karena sebagai pembatas tidak berupa pagar masif, namun  lebih merupakan pagar transparan yang masih terdapat banyak celah untuk masuknya bisikan iblis atau syaithan.
Bahkan Allah SWT. juga memberikan jaminan kepada Adam apabila tetap berada di dalam surga, keduanya tidak akan merasakan kelaparan dan tidak akan merasa telanjang. Seperti firmanNya dalam Surat Thaahaa ayat 118:

 “Sungguh, ada (jaminan) untukmu disana, engkau tidak akan kelaparan dan tidak akan telanjang.”

Ayat tersebut memberi gambaran bahwa betapa nikmatnya berada di dalam surga. Seperti yang digambarkan pada saat merasakan berbagai kenikmatan di dalam surga alam rahim. Dan dikatakan tidak telanjang, karena masih diselimuti rahim sang ibu, bahkan selalu penuh kehangatan dan penuh kasih sayang. Demikian juga yang dirasakan oleh Adam dan Hawa saat berada di dalam surga Al-A’raaf ini. Apapun yang diinginkan selalu dipenuhi Allah SWT. Keduanya juga tidak merasakan telanjang karena memang masih kecil, masih kanak-kanak, telanjang dan mandi bersamapun belum muncul rasa malunya, masih polos atau masih dalam kesucian.
Kenikmatan-kenikmatan yang diperoleh Adam dan Hawa di dalam surga tentu saja mendatangkan kebahagiaan, kedamaian, dan ketenteraman tersendiri. Keadaan ini menjadikan iblis semakin dengki dan iri hati. Atas dasar dengki dan rasa iri hati inilah syaithan selalu mengatur strategi untuk melancarkan tipu dayanya. Syaithan selalu mencoba untuk melakukan komunikasi dengan Adam dan Hawa melalui celah-celah yang terdapat pada pagar pembatas, baik dari depan maupun belakang, kanan maupun kiri, sekaligus membisikkan bujukan-bujukannya. Walaupun bujukannya masih saja gagal, namun tidak membuatnya putus asa karena syaithan       meyakini bahwa kegagalannya bukan disebabkan oleh kehebatan Adam dan Hawa, melainkan kesucian dan petunjuk Allahlah yang selalu menjadi benteng pertahanan keduanya. Petunjuk yang datang karena doa-doa yang selalu dipanjatkan oleh Adam dan Hawa kepada Allah SWT. sebelum memulai kegiatan. Inilah hal baik yang perlu untuk selalu diingat dan diamalkan oleh anak cucu Adam dan Hawa agar selamat,yaitu:


                                                       
mensucikan hati setiap saat
mengingat Allah dalam setiap niat
insya Allah selamat dunia akhirat





5 PERZINAAN ADAM DAN HAWA



SEJALAN dengan bujukan syaithan yang selalu datang setiap saat, maka Adam dan Hawa pun semakin tumbuh dan berkembang menuju pada ke kedewasaan. Doa-doa keduanya selalu beriringan dengan petunjuk-petunjukNya, sehingga menjadi benteng pertahanan yang tak tergoyahkan. Namun setelah Adam dan Hawa mencapai tingkat kedewasaan yang sempurna (aqil baligh), yang ditandai dengan mimpi basah dan datang bulan, ternyata ada yang dilupakan oleh Adam. Yaitu lupa melakukan mandi junub agar dirinya kembali suci, sehingga doa-doa yang dipanjatkan bagaikan terhalang kabut tebal, menjadikan petunjuk Allah SWT. tidak datang menyertai dalam kehidupannya. Kelupaan Adam ini dijelaskan melalui firmanNya, dalam  Surat Thaahaa ayat 115:

 Dan sungguh telah Kami pesankan kepada Adam dahulu, tetapi dia lupa, dan kami tidak dapati kemauan yang kuat padanya.

Inilah saat yang ditunggu-tunggu oleh syaithan, saat di mana Adam dan Hawa lupa untuk bersuci, sehingga petunjuk Allah tidak dapat datang menyertai dalam kehidupan keduanya, menjadikan benteng pertahanan melemah, sebaliknya menjadikan bujuk rayu dan tipu daya syaithan semakin kuat dan tajam menghunjam ke dalam hati. Walaupun dari jarak yang cukup jauh dan hanya melalui celah-celah pagar pembatas namun bujuk rayu syaithan ini dapat menembus benteng pertahanan Adam dan Hawa. Benteng pertahanan Adam dan Hawa pun porak-poranda dan hancur berantakan. Bujuk rayu syaithan ini diterangkan melalui firmanNya dalam Surat Al-A’raaf ayat 20:

 “Kemudian syaithan membisikan pikiran jahat kepada mereka  agar menampakkan aurat mereka (yang selama ini) tertutup. Dan (syaithan) berkata, Tuhanmu hanya melarang kamu berdua mendekati pohon ini agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal dalam surga.
Ayat ini menggambarkan kecerdikan syaithan dalam merealisasi tekadnya untuk mengeluarkan Adam dari surga. Syaithan sudah menunggu waktu yang tepat untuk melancarkan tipu daya ini, yaitu dengan perkiraan saat nafsu birahi sedang timbul diantara Adam dan Hawa. Dibujuknya mereka untuk menanggalkan pakaiannya. Agar supaya keduanya menampakkan aurat masing-masing. Dengan cara dikagumi perkembangan  bentuk tubuhnya. Seolah-olah  ingin mencontoh bagaimana cara membentuk tubuh dalam waktu yang relatif sangat singkat. Sambil berkata bahwa, yang dilarang oleh Allah hanyalah mendekati pohon keabadian. Dengan radius tertentu dan hanya melalui celah-celah pohon keabadian, syaithan dapat melakukan komunikasi dengan Adam dan Hawa sambil melancarkan aksi tipu dayanya, yang diperkuat dengan sumpah-sumpahnya. Seperti firmanNya dalam surat Al-A’raaf ayat 21 :

 Dan dia (syaithan) bersumpah kepada keduanya,’ sesungguhnya aku ini benar-benar termasuk para penasehatmu’.”

Dikarenakan benteng pertahanan sudah tidak ada, serta kerja keras dan kegigihan syaithan, akhirnya Adam dan Hawa pun terbujuk menanggalkan pakaiannya, seperti firmanNya dalam  surat Al-A’raf ayat 22:

Dia (syaithan) membujuk mereka dengan tipu daya. Ketika mereka mencicipi pohon itu, tampaklah oleh mereka auratnya, maka mulailah mereka menutupinya dengan daun-daun surga. Tuhan menyeru mereka, ‘Bukankah Aku telah melarang kamu dari pohon itu dan Aku telah mengatakan bahwa sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua’.”

Ayat ini menjelaskan tentang keberhasilan syaithan dalam membujuk Adam dan Hawa untuk mencicipi pohon. Namun pohon yang dimaksud bukanlah pohon dalam artian fisik, melainkan sebagai simbol dari runtutan  kejadian. Seperti      yang kita ketahui bahwa pohon adalah termasuk tumbuhan  yang tumbuh runtut dan berturutan. Diawali dengan tumbuh akar, kemudian tumbuh batang, dahan, ranting, daun, bunga, hingga sampai pada tumbuh buahnya. Demikian juga dengan pengertian pohon yang dimaksud dalam ayat ini.                Pohon tersebut menggambarkan kejadian awal hingga ke kejadian akhir. Diawali dengan tumbuhnya komunikasi antara Adam dan Hawa dengan syaithan, kemudian diikuti           dengan tumbuhnya bujukan syaithan. Bujukan inilah yang   ditelan atau dicicipi oleh Adam dan Hawa sehingga berakibat pada keduanya untuk menanggalkan pakaian. Kemudian Adam dan Hawa-pun bersama-sama menampakkan auratnya. Sehingga memunculkan nafsu syahwat yang tidak pada tempatnya. Dan dengan dorongan hawa nafsu syahwat keduanya, maka mimpi basahpun menjadi kenyataan. Terjadilah PERZINAAN ADAM DAN HAWA.
Inilah dosa atau kesalahan fatal yang telah dilakukan oleh keduanya. Dosa yang telah disamarkan dengan makan         buah Khuldi tersebut nyaris tidak terungkap  dari umat ke umat, dari generasi ke generasi berikutnya,bahkan sampai dengan dituliskannya buku ini.

Fitnah atau kebenaran?.

         Apabila fitnah maka penulis pantas untuk dihukum cambuk sebanyak delapan puluh kali dan tidak perlu dipercaya untuk selama – lamanya, sebagaimana firman Allah SWT. dalam surat An-Nuur ayat 4 :

Dan orang-orang yang menuduh perempuan –permpuan  yang baik ( berzina ) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka delapan puluh kali, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka untuk selama-lamanya. Mereka itulah orang yang fasik.

      Namun penulis dalam membeberkan pemikiran ini sangat yakin bahwa ayat-ayat didalam Al-Qur’an merupakan kesaksian Allah SWT yang jauh lebih bisa dipertanggung-jawabkan ketimbang kesaksian empat orang.
Yakinlah kebenaran itu datangnya dari Allah SWT, seperti firmanNya dalam surat Ali ‘Imran ayat 60 :

Kebenaran itu dari Tuhanmu,karena itu janganlah engkau termasuk orang-orang yang ragu.

         Agar supaya para pembaca yakin seyakin-yakinnya,marilah kita simak kesaksian Allah SWT melalui firmanNya dalam surat Al-A’raaf ayat 27 :
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh syaithan sebagaimana dia (syaithan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga,dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya(sehingga keduanya menerima keburukan akibat keduanya saling memperlihatkan aurat). Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaithan-syaithan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

Ayat tersebut mengingatkan kepada anak cucu Adam,     laki-laki dan perempuan yang belum berstatus suami-istri agar tidak terbujuk syaithan untuk telanjang bersama dan  saling memperlihatkan aurat,karena akan mengarah pada perbuatan buruk dan terlarang untuk didekati (perzinaan), seperti yang telah dilakukan oleh Adam dan Hawa.
 Kesulitan dalam mengungkap kebenaran dosa Adam dan Hawa ini disebabkan karena salah dalam menafsirkan kata azwaja di dalam dalam Surat Al-Baqarah ayat 35, Surat  Al-A’raaf 19 , juga Surat Thaahaa ayat 117, di mana kata azwaja  (pasangan) ditafsirkan sebagai zaujatun (istri).     Padahal pasangan belum tentu suami-istri. Bisa menjadi suami-istri apabila telah melalui proses pernikahan. Dengan  kata lain, suami-istri adalah pasangan (hidup), tetapi pasangan belum tentu suami-istri.

Selain menafsirkan  kata azwaja sebagai istri pada ketiga ayat tersebut,membantah memang sudah menjadi tabiat dari manusia. Walaupun sudah berulang-ulang diberi penjelasan melalui Al-Qur’an, tetap saja berkeyakinan dengan  dasar keyakinan yang tidak pasti (di luar Al-Qur’an). Hal tersebut juga dijelaskan melalui firmanNya, dalam Surat Al-Kahfi ayat 54:

Dan sesungguhnya Kami telah menjelaskan berulang-ulang kepada manusia dalam Al-Qur’an ini dengan bermacam-macam perumpamaan. Tetapi manusia adalah memang yang paling banyak membantah.






 
“ Dan sesungguhnya Kami telah menjelaskan berulang-ulang
 kepada manusia dalam Al-Qur’an ini dengan
bermacam-macam perumpamaan.
Tetapi manusia adalah memang yang paling banyak 
membantah “


6 ADAM DAN HAWA TURUN DARI SURGA



SEPERTI pepatah yang mengatakan bahwa penyesalan selalu belakangan memang benar adanya. Sama halnya yang terjadi dengan Adam-Hawa. Setelah mereka mendapatkan kepuasan, maka muncullah kesadaran atas apa yang telah dilakukan. Segeralah mereka memohon ampunan dan berjanji untuk tidak  mengulangi kesalahan yang mereka perbuat dengan TAUBAT NASUHA. Dan Allah benar-benar Maha Penerima taubat, maka diampunilah kesalahan Adam dan Hawa, seperti firmanNya dalam Surat Al-Baqarah ayat 37:

“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima taubatnya. Sungguh Allah Maha Penerima Taubat, Maha Penyayang.”

Yang dimaksud dengan menerima beberapa kalimat dari Tuhannya dalam ayat ini adalah ijab kabul antara Adam dan Hawa, sehingga resmi menjadi suami-istri. Dan saat itu pula Allah SWT. menerima taubatnya. Namun tetap dengan konsekuensi turun dari Al-A’raaf dan keluar dari surga dan kembali berkumpul dengan jin pembangkang yang disebut iblis atau syaithan yang telah berubah menjadi makhluk jahat.
Adam dan Hawa kembali menjalani kehidupan dunia ini bersama ruhul qudus dan juga syaithan. Ruhul qudus selalu membisikkan pikiran-pikiran baik, sebaliknya syaithan selalu membisikkan pikiran-pikiran jahat. Ruhul qudus dan syaithan ini bagaikan musuh dalam selimut yang selalu bersemayam dalam diri Adam dan Hawa. Inilah awal perselisihan manusia. Syaithan adalah sumber yang menjadi penyebab munculnya perselisihan diantara Adam dan Hawa dan juga semua manusia. Walaupun Adam dan Hawa sudah resmi menjadi suami-istri, namun dalam mengarungi rumah tangga masih sering terjadi perselisihan atau permusuhan. Maka, apabila sesama manusia saling bermusuhan bahkan saling membunuh, itu hanyalah wujud secara lahiriah saja, karena pada hakekatnya mereka adalah iblis atau syaithan. Seperti yang diterangkan oleh Allah SWT. pada saat memerintahkan Adam dan Hawa turun dari Al-A’raaf, melalui firmanNya dalam      Surat Al-A’raaf ayat 24:
 “(Allah) berfirman, turunlah kamu! Kamu akan saling bermusuhan satu sama lain. Bumi adalah tempat kediaman dan kesenanganmu sampai waktu yang telah ditentukan.”

Bersamaan dengan perintah “turunlah kamu!”, maka Al-A’raaf segera ditiadakan. Pohon keabadian sebagai pembatas dicabut kembali, ditenggelamkan ke dalam rekahan tanah akibat gempa dalam skala yang  sangat besar, sehingga terjadi prahara tsunami yang dahsyatnya melebihi tsunami Aceh tahun 2004 atau setara dengan air bah jaman nabi Nuh, seperti firmanNya dalam surat Ath-Thuur ayat 4, 5, 6, dan 7:

 Demi tempat yang di makmurkan.

Demi atap yang ditinggikan.

Demi lautan yang penuh gelombang.

Sungguh, azab Tuhanmu pasti terjadi.


Keempat ayat tersebut diatas menerangkan bahwa Semenanjung Sinai yang awalnya berupa daerah yang dimakmurkan berubah menjadi daerah bencana. Diawali dengan letusan dahsyat sebuah gunung. Semburan debu dan pasirnya bagaikan atap hitam yang memayungi semenanjung sinai dan sekitarnya. Ibarat sebuah atap yang sangat tinggi. Sebagai penjelasan betapa besar letusannya. Letusan tersebut juga disusul gempa dalam skala besar dan diikuti dengan bencana tsunami. Memunculkan riak-riak gelombang dilautan  dalam jumlah sangat banyak, yang menjadikan air laut seakan-akan mendidih. Gelombang laut inilah yang telah  menghancur-luluhkan tempat tertinggi yang pernah dimakmurkan. Azab yang telah disediakan oleh Allah SWT. pun mereka dapatkan, sebagai balasan perbuatan buruk Adam dan Hawa. Azab tersebut juga memusnahkan makhluk hidup di daerah yang lebih rendah, termasuk makhluk yang mengandung, melahirkannya, menyusui, merawat dan yang membesarkannya. Inilah kezaliman yang dimaksudkan dalam Surat Al-A’raaf ayat 19, selain menzalimi diri sendiri juga menzalimi makhluk yang lain. Dikarenakan keduanya tidak bisa mengelola hawa nafsunya dengan baik, bahkan akalnya pun
telah dikuasai dan diperbudak oleh syaithan lewat hawa nafsunya.
PERZINAAN ” sebagai dosa Adam dan Hawa inilah yang mengantarkan keduanya ke dunia yang sekarang ini. Yang kemudian ikut berperan dalam menurunkan manusia di muka bumi secara turun-temurun hingga akhir zaman.
Sejak saat itu, kejadian semua manusia setelah Adam  dan Hawa lebih dikenal berasal dari air yang hina, seperti firmanNya dalam Surat  As-Sajdah ayat 8:

 “Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air  yang  hina  (air mani).”

Disebut sebagai air yang hina, karena dilakukan tanpa proses pernikahan. Bahkan air mani inilah yang menghinakan Adam dan Hawa. Dari manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (insana fi ahsani taqwim), sehingga layak tinggal di Al-A’raaf, kemudian harus kembali ke tempat yang serendah-rendahnya (tsuma radadnaahu asfala safilin) karena berbuat zina.
Demikianlah gambaran kisah secara fisik yang dirangkum dari ayat-ayat muhkamat (ayat yang terang dan tegas, serta mudah dipahami maksudnya) yang terdapat di dalam Al-Quran, yang dapat melatar-belakangi perzinaan Adam dan Hawa, sebagai dosa yang sebenarnya. Namun penulis menyadari bahwa tidak ada yang bisa menafsirkan ayat-ayatNya dengan benar yang sebenar-benarnya benar, kecuali Allah sendiri mendatangkan kebenaranNya. Maka untuk kebenaran yang sebenar-benarnya benar, mohon dikembalikan kepada yang Maha Benar (Al-Haq).




7 HIKMAH DI BALIK PERZINAAN ADAM DAN HAWA




WALAUPUN orang tua Adam dan Hawa dalam memperanakkan keduanya tidak melalui proses pernikahan, namun Adam dan Hawa tetap tidak bisa disebut sebagai anak haram (hasil perzinaan). Hal tersebut dikarenakan prosesi pernikahan hanya diwajibkan bagi manusia, dan kewajiban tersebut untuk yang pertama kalinya telah dilakukan oleh Adam dan Hawa di bawah naungan salah satu kalimat Tuhannya (Surat Al-Baqarah ayat 37). Maka, tidaklah pantas apabila kita menyalahkan Adam dan Hawa melalui paham “dosa bawaan”, karena selain dosa keduanya telah diampuni, anak Adam dan Hawa pun sudah terlahir dari hubungan suami-istri yang sah, sehingga terbebas dari predikat “anak haram”. Ambil hikmahnya dari peristiwa-peristiwa yang dijalani Adam dan Hawa. Hendaklah kita dapat mengambil pelajaran dari dosa Adam dan Hawa ini tanpa harus mengalaminya sendiri, sehingga tetap menjadi insana fi ahsani taqwim, selalu berkesempatan merasakan surga dunia, sekaligus berpeluang besar untuk bisa tinggal di surga yang kekal dan abadi. Untuk mewujudkan rasa syukur sekaligus balas budi kepada leluhur, marilah kita selalu mengingat firman Allah SWT, seperti yang telah disebutkan didepan,yaitu Surat Al-A’raaf ayat 27:

“Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh syaithan sebagaimana halnya dia (syaithan) telah mengeluarkan ibu-bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian-pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya (sehingga keduanya menerima keburukan akibat keduanya saling memprlihatkan aurat). Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaithan-syaithan itu pemimpin, bagi orang-orang yang tidak beriman.”

Di dalam ayat tersebut, Allah SWT. mengingatkan kepada semua manusia keturunan Adam, pasangan laki-laki dan perempuan yang bukan suami-istri, agar tidak terbujuk syaithan untuk bersama-sama saling memperlihatkan auratnya, karena dapat mengarah pada perzinaan seperti yang telah dilakukan oleh Adam dan Hawa.
Dan berkaitan dengan dosa Adam dan Hawa ini, marilah tunduk dan patuh pada larangan Allah SWT. seperti yang difirmankan dalam Surat Al-Israa’ayat 32:
 
 “Dan janganlah kamu mendekati zina, (zina) itu sungguh perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.”

Zina dikatakan sebagai perbuatan keji seperti yang telah dikemukakan di bab sebelumnya, bahwa betapa dahsyat akibat yang ditimbulkan dari perzinaan Adam dan Hawa. Zina juga merupakan jalan yang buruk karena dapat menimpakan rasa cemas dan sedih pada saat yang bersamaan, yang lebih dikenal dengan nama musibah.
Bila tidak segera disadari dan tidak segera melakukan pertaubatan, cepat atau lambat namun pasti, kita akan mendapat balasan yang setimpal akibat perbuatan buruk kita. Kita bisa kehilangan harta benda, keluarga atau jiwa, serta segala sesuatu yang bersifat menyenangkan, seperti yang pernah dimiliki oleh Adam dan Hawa saat bertempat tinggal di Al-A’raaf. Dengan kata lain, zina sesungguhnya adalah salah satu jalan menuju musibah.
Ambilah hikmah dari dosa Adam dan Hawa ini. Pencegahan tentu akan menjadi lebih baik. Namun pencegahan terhadap perbuatan zina dibutuhkan niat, tekad dan tindakan yang  sungguh-sungguh. Seperti yang dilakukan Yusuf saat dirayu  oleh Zulaikha dalam suasana sepi dan bebas dari pandangan orang. Dengan mengucapkan MA’AADZALLAAH! (aku berlindung kepada Allah.


PENUTUP

KESIMPULAN
 

         Lauh MAHFUZ adalah sebuah kitab terpelihara yang ditulis malaikat. Memuat transformasi gagasan atau ide Tuhan Allah SWT. Sang Pencipta kedalam tulisan. Berupa kalimat-kalimat  sebagai alternatif pilihan langkah dengan jumlah yang tak terhingga. Kesemuanya  bebas dipilih dan dijalani oleh semua makhluk hidup ciptaanNya berdasarkan hukum sebab-akibat (berdasar ketetapan awal atau qadha). Menjadikan hidup adalah sebuah   pilihan yang dapat terjadi dengan ijinNya (berdasar Ketetapan akhir atau qadar). Secara keseluruhan menjadi satu kesatuan sebagai sistem yang mengerucut kepada hari akhir. Inilah yang memandu secara nyata semua peristiwa-peristiwa dan kejadian di jaga raya ini. Termasuk didalamnya adalah kejadian awal manusia berikut dosanya.
Manusia awal (pertama kali) tidak terjadi dengan proses seketika. Kejadiannya bertahap dan merupakan evolusi dari makhluk hidup bersel tunggal yang ditumbuhkan dari bumi, akibat perpaduan tanah dan air yang kemudian berkembang menjadi pasangan makhluk berakal dengan nama Adam dan Hawa.
Proses penciptaan Adam dan Hawapun  sama dengan proses penciptaan Isa dan semua manusia di dunia ini. Terlahir dari rahim sang ibu dan pernah menjadi makhluk dalam bentuk yang sebaik-baiknya (insana fi ahsani taqwim), sehingga sempat merasakan bertempat tinggal di surga Al-A’raaf, walau pada akhirnya harus kembali turun ke tempat yang serendah-rendahnya (tsuma radadnahu asfala safilin), karena keduanya berbuat zina.


SARAN

Alhamdulillah! Walaupun dengan keterbatasan pemahaman tentang keagamaan, khususnya agama Islam, namun dengan niat dan tekad akhirnya terwujudlah rangkuman kisah tentang “dosa Adam dan Hawa”, yang selama ini tersamarkan. Pemahaman tersebut didasarkan pada terjemahan dan tafsir dalam buku-buku yang tersebut dalam sumber rujukan, juga penafsiran pribadi.
Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia (Surat Al-Baqarah ayat 185), yang terdiri dari 114 surat dan 6236 ayat, secara keseluruhan tentu merupakan satu kesatuan di mana satu surat dengan surat lainnya saling memperkuat dan satu ayat dengan ayat lainnya saling mengikat sebagai sistem. Namun dalam rangka penulisan buku ini, ternyata sempat mendapati dua ayat dari dua surat yang keselarasannya sulit untuk dipahami, yaitu:
Surat  Al-Anbiyaa’ ayat 30:

 “Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya, dan Kami jadikan sesuatu yang hidup berasal dari air, maka mengapa mereka tidak beriman?”


Dengan Surat An-Nuur ayat 45:
Artinya:
Dan Allah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian ada yang berjalan di atas perutnya, dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Kalimat “Kami jadikan sesuatu yang hidup berasal dari air” pada Surat Al-Anbiyaa’ ayat 30 di atas dijadikan sebagai dasar atas penjelasan tentang penciptaan manusia (sebagai sesuatu yang hidup). Di mana proses penciptaanNya dimulai dari tanah (bahan baku) yang disiram dengan (dijadikan dengan) air, sehingga muncul makhluk hidup bersel tunggal yang terus tumbuh secara berangsur-angsur dan menjadi manusia. Atas dasar pemahaman ini, maka kata “jadikan” pada Surat Al-Anbiyaa’ ayat 30 dianggap tepat dan sangat mendukung. Namun tidak selaras dengan kata ciptakan” pada Surat An-Nuur ayat 45, dengan alasan bahwa “semua jenis hewan” juga termasuk dalam “sesuatu yang hidup”.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, ternyata kebingungan dan kebimbangan ini terhapus setelah membaca firmanNya dalam surat  Al-Furqaan ayat 54 :
  
 Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan keturunannya dari hubungan pernikahan (musaharah) dan Tuhanmu adalah maha kuasa.

Dalam ayat tersebut diterangkan bahwa Allah SWT. menciptakan manusia dari air. Namun yang dimaksud adalah air mani, yaitu cairan yang membawa sel-sel sperma (benih). Air (mani) pada ayat tersebut adalah sama dengan air yang dimaksud dalam surat An-Nuur pada ayat 45 diatas. Bahkan  melalui air (mani) ini pula Allah SWT menciptakan makhluk yang melahirkan Adam dan Hawa, walaupun pada akhirnya  air (mani) ini mendapatkan sebutan yang berbeda. Air (mani)    yang menjadikan Adam dan Hawa tidak disebut sebagai air hina, sedangkan air (mani) yang menjadikan keturunan Adam dan Hawa disebut sebagai air yang hina (As-Sajdah ayat 8). Perbedaan sebutan ini dikarenakan larangan  Allah  tentang perzinaan, (Al-Israa’ ayat 32) hanya berlaku bagi manusia (termasuk Adam dan Hawa), namun tidak berlaku bagi makhluk  yang melahirkan Adam dan Hawa.
Berkaitan dengan pengalaman dalam mencoba  memahami ayat-ayat muhkamat yang ada di dalam  Al-Qur’an, terutama yang berkaitan dengan Adam dan Hawa, maka sangat disarankan agar supaya selalu membaca  berulang-ulang dan mencari tahu tentang maksud dari firman-firman Allah SWT., sekurang-kurangnya seperti ayat-ayatNya yang telah disampaikan didepan. Dan jangan terjebak dengan pemahaman-pemahaman yang bertentangan dengan Al-Qur-an serta belum bisa dipertanggung-jawabkan kebenarannya. Seperti halnya  proses penciptaan Adam dari tanah yang terjadi dengan seketika, penciptaan Hawa  dari tulang rusuk Adam, juga Adam seorang nabi yang berdosa karena makan buah khuldi.
Allah SWT menciptakan segala sesuatunya tentu tidak ada yang sia-sia, termasuk penciptaan akal manusia. Untuk itu marilah dengan akal kita dekati firman-firmanNYa, agar semakin jelas titik sambungnya dan jangan justru menjauh karena mitos-mitos yang menyesatkan.
Demikianlah semoga bermanfaat, apabila ada                    “perbedaan” penafsiran tentang ayat-ayat yang di sampaikan, janganlah menimbulkan perselisihan, apalagi perpecahan. Hendaklah dapat menjadikan pendorong untuk pendalaman firman-firmanNya, sehingga semakin memperluas wawasan keagamaan khususnya agama Islam. Amiin !.


SUMBER RUJUKAN


BUKU
Al-Qur’an dan Terjemahan, Hadiah dari Khadim al Haramain asy syarifain (Pelayanan kedua Tanah Suci) Raja Fahd ibn al’Aziz Al Sa’ud.
Al-Qur’annulkarim Terjemahan Per-Kata Type Hijaz.
Buku Iqro’, As’ad Human, Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an (1 s/d 5).
Doa Dalam Al Qur’an Dan Penjelasannya, Drs. M. Thalib.
Sejarah Hidup Nabi-Nabi, H.Salim Bahreisy.
Qur’an Karim Dan Terjemahan Artinya (Uii Press).

INTERNET
www.dunia astro.blogspot.com,sel manusia
www.eramuslim.com
www.Indonesiaindonesia.com
Hwww.yuwielunet.wordpress.com,palasenta-sumber-        kehidupan-janin
www.quranexplorer.com
www.wikipedia Berbahasa Indonesia, Adam dan Hawa



Tidak ada komentar:

Posting Komentar