Rabu, 21 Januari 2015

4 Kisah Sarat Hikmah dalam Surat Al-Kahfi

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dansalam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Salah satu amal khusus pada hari Jum’at adalah membaca surat Al-Kahfi, baik pada malam atau siang harinya. Kesempatan membacanya dimulai sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis. Kesempatan ini berakhir sampai terbenamnya matahari pada hari Jum’atnya.

Dari Abu Sa'id al-Khudri Radhiyallahu 'Anhu, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

مَنْ َقَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ

"Siapa membaca surat al-Kahfi pada malam Jum’at, maka dipancarkan cahaya untuknya sejauh antara dirinya dia dan Baitul 'Atiq." (HR. Al-Darimi, no. 3273. Juga diriwayatkan al-Nasai dan Al-Hakim serta dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Targhib wa al-Tarhib, no. 736 dan Shahih al-Jami’, no. 6471)

Masih dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu 'Anhu,

مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ أَضَآءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ

"Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi di hari Jum’at, maka akan dipancarkan cahaya untuknya di antara dua Jum'at." (HR. Al-Hakim: 2/368 dan Al-Baihaqi: 3/249. Ibnul Hajar mengomentari hadits ini dalam Takhrij al-Adzkar, “Hadits hasan.” Beliau menyatakan bahwa hadits ini adalah hadits paling kuat tentang anjuran membaca surat Al-Kahfi. Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam Shahih al-Jami’, no. 6470)

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu 'Anhuma, berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ سَطَعَ لَهُ نُوْرٌ مِنْ تَحْتِ قَدَمِهِ إِلَى عَنَانِ السَّمَاءَ يُضِيْءُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَغُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ

"Siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan memancar cahaya dari bawah kakinya sampai ke langit, akan meneranginya kelak pada hari kiamat, dan diampuni dosanya antara dua Jum'at.

Al-Mundziri berkata: "Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Bakr bin Mardawaih dalam tafsirnya dengan isnad yang tidak apa-apa." (Dari kitab at-Targhib wa al- Tarhib: 1/298)

. . . Kesempatan membacanya dimulai sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis. Kesempatan ini berakhir sampai terbenamnya matahari pada hari Jum’atnya. . .
Imam al-Munawi berkata: Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Amali-nya berkata: Demikian riwayat-riwayat yang ada menggunakan kata “Yaum al-Jum'ah” dan dalam beberapa riwayat lain “lailah al-Jum'ah”Jum’at. Lalu dikompromikan bahwa maksud hari di sini adalah dengan malamnya dan Maksud malam di sini adalah dengan siang harinya." (Faidhul Qadir: 6/199)

Al-Munawi berkata lagi, "Maka disunnahkan membacanya (surat al-Kahfi) pada hari Jum'at dan begitu juga pada malamnya sebagaimana yang dinashkan oleh al-Syafi'i Radhiyallahu 'Anhu." (Faidhul Qadir: 6/198)

Imam Al-Syafi'i rahimahullah dalam Al-Umm menyatakan bahwa membaca surat al-Kahfi bisa dilakukan pada malam Jum'at dan siangnya berdasarkan riwayat tentangnya. (Al-Umm, Imam al-Syafi'i: 1/237).

DR Muhammad Bakar Isma’il dalam Al-Fiqh al Wadhih min al Kitab wa al Sunnah menyebutkan bahwa di antara amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan pada malam dan hari Jum’at adalah membaca surat al-Kahfi berdasarkan hadits di atas. (Al-Fiqhul Wadhih minal Kitab was Sunnah, hal 241).

Keutamaan Membaca Surat Al-Kahfi di Hari Jum’at

Tentang keutamaanya, pembacanya akan diberikan cahaya (disinari). Dan cahaya ini diberikan pada hari kiamat, yang memanjang dari bawah kedua telapak kakinya sampai ke langit. Dan hal ini menunjukkan panjangnya jarak cahaya yang diberikan kepadanya, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ

"Pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka.” (QS. Al-Hadid: 12)

Balasan kedua bagi orang yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at berupa ampunan dosa antara dua Jum’at. Dan boleh jadi inilah maksud dari disinari di antara dua Jum’at. Karena nurr (cahaya) ketaatan akan menghapuskan kegelapan maksiat, seperti firman Allah Ta’ala:

إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ

"Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (QS. Huud: 114)


4 Kisah di Dalam Surat Al-Kahfi

Keutamaan surat Al-Kahfi tidak lepas dari isi yang terkandung di dalamnya. Di antaranya kisah-kisah sarat hikmah yang dibicarakan di dalamnya. Paling tidak ada empat kisah yang diterangkan sampai beberapa ayat.

Pertama, Kisah Ashabul Kahfi. Kisah ini diawali dari ayat ke-9 sampai ayat ke 26. Yaitu kisah sekumpulan pemuda muslim yang hidup di negeri kafir. Mereka bertekad hijrah untuk mempertahankan agama. Ini dilakukan setelah mereka mendakwahi kaumnya lalu mendapatkan penolakan, tekanan, dan intimidasi.
Mereka menghadapi fitnah dien dalam dakwah dan perjuangan dari kaumnya. Lalu Allah melindungi dan mejaga mereka melalui gua dan sinar matahari. Maka saat mereka terbangun dari tidur panjangnya, mereka mendapati kaumnya telah berubah. Negeri tempat tinggal mereka dahulu menjadi negeri yang penduduknya beriman kepada Allah.
. . . Setelah iman, mereka memiliki sahabat atau teman seperjuangan yang shalih. Allah berkahi dakwah mereka dengan keimanan generasi berikutnya. . .
Apa yang bisa membuat mereka teguh dan istiqomah sehingga datang pertolongan Allah tanpa mereka duga-duga sebelumnya? Setelah iman, mereka memiliki sahabat atau teman seperjuangan yang shalih. Allah berkahi dakwah mereka dengan keimanan generasi berikutnya.

Kedua, Pemilik dua kebun. Tertera pada ayat 32 - 44. Ini kisah tentang seseorang yang Allah karuniakan kebun. Ia lupa dengan pemberi nikmat. Sehingga dirinya melampaui batas. Ia tanggalkan prinsip-rinsip keimanan dengan celaan dan keraguan. Ia tidak pandai bersyukur kepada nikmat Allah. Ujung dari kekufuran dan kesyirikannya tersebut, hancurlah tanaman dan buah-buahan di kebunnya. Ia diliputi penyesalan mendalam saat tak berguna penyesalannya tersebut.
Kisah ini menerangkan tentang bahaya fitnah dunia berupa harta dan anak. Sehingga membuatnya berbangga diri dan terus mengejar dunia untuk memperbanyak kekayaan dan keturunan.

Solusi dari fitnah ini adalah dengan memahami hakikat dunia yang diterangkan diawal surat, “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.” (QS. Al-Kahfi: 7)

Ketiga, Kisah Nabi Musa dan Khidzir. Diawali dari ayat 60 sampai 82. Ini berbicara tentang fitnah ilmu. Yani saat Musa ditanya, “Siapa penduduk bumi yang paling ‘alim (pandai)? Lalu ia wajab, “Saya”. Kemudian Allah mengabarkan kepadanya, di sana ada manusia yang lebih ‘alim dari dirinya.

Kemudian Musa pergi untuk belajar kepadanya. Dan ternyata Nabi Musa benar-benar paham ada hikmah Ilahiyah yang Allah berikan kepada selainnya. Sehingga dirinya kemudian tersadar. Ini merupakan penyakit orang yang berilmu, terlalu bangga dengan ilmunya dan merasa paling 'alim sedunia. Solusinya, dengan menanamkan sikap tawadhu' dalam diri.  

. . . penyakit orang yang berilmu, terlalu bangga dengan ilmunya dan merasa paling 'alim sedunia. Solusinya, dengan menanamkan sikap tawadhu' dalam diri. . .

Keempat, Kisah Dzulqornain. Kisah yang berbicara tentang raja mulia yang menguasai ilmu dan kekuatan ini dimulai dari ayat ke 83 sampai 101. Ia mengelilingi dunia ini dan menebarkan kebaikan di muka bumi. Ia menolong manusia di atasnya. Ia mampu membendung kejahatan Ya'juj dan Ma'juj dengan membangun tembok raksasa (benteng) yg mengurung makhluk perusak tersebut. Kemampuan istimewanya yang lain, Dzulqornain verkomunikasi dan mengorganisi kekuatan kaum yg hampir-hampir mereka tak kuasa memahami perkataan manusia lain dan tak bisa memahamankan mereka dengan tutur katanya.

Kisah ini mengabarkan ujian kekuasaan. Sehingga tidak sewenang-wenang, berbuat aniaya, dan membuat kerusakan di muka bumi.

Dzulqornain sosok penguasa yang tidak terfitnah dengan kekuasaan dan kekuatannya. Ia gunaan karunia Allah tersebut dengan untuk mencari akhirat dengan membuat perbaikan di muka bumi dan menolong manusia-manusia lemah di atasnya.
Resep agar lurus saat menjadi penguasa adalah dengan menanamkan sifat ikhlas dalam diri dan senantiasa mengingat negeri akhirat. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com] 



Oleh: Badrul Tamam


Tidak ada komentar:

Posting Komentar