Rabu, 21 Januari 2015

GALAU, Menurut Pandangan Ilmiah dan Syariah



Galau adalah  kata yang sangat popular akhir-akhir ini, di mana kata-kata itu menandakan seseorang tengah dilanda rasa kegelisahan, kecemasan, serta kesedihan pada jiwanya. Tak hanya laku di facebook atau twitter saja, bahkan di media televisi pun orang-orang seakan-akan dicekoki dengan kata-kata “galau” tersebut. kata galau ini nampaknya telah meraja-lela entah berkat apa. Mari kita kupas galau itu apa sih? menurut kamus besar Bahasa Indonesia galau dalam konteks ini artinya kacau tidak karuan. Jadi saya mengartikan bahwa kebanyakan orang Indonesia saat mengatakan galau itu mengacu pada perasaan galau. Dimana artinya perasaan mereka sedang tidak karuan yang akhirnya menuju pada penderitaan batin.

Manusia dalam hidupnya sering mengalami penderitaan, namun jarang yang bertanya-tanya apa sih penderitaan itu? kebanyakan dari kita hidup yah jalani saja. Kita sering tidak peduli dengan apa asal dari perasaan tidak enak yang saya hadapi ini. Penderitaan nampaknya merupakan sesuatu yang sudah ter-install dalam diri kita dan tidak dapat dihilangkan. Bahkan Eric Cassell seorang ahli medis mengatakan bahwa walaupun tugas seorang ahli kesehatan adalah mengurangi/menangani penderitaan pasiennya, sangat jarang sekali penelitian yang berkenaan dengan topik ini.


U Kyaw Min seorang ahli Abhidhamma (ilmu yang mempelajari tentang pikiran manusia) membuat formulasi matematika yang dapat mengukur tingkat penderitaan.

Bila hasilnya lebih dari satu maka anda mengalami kepuasaan, bila hasilnya dibawah satu maka kita mengalami penderitaan.


Misalnya .......
jumlah keinginan adalah 70 dan jumlah keinginan yang terpenuhi adalah 50. Maka 50/70= 0.71 maka artinya kita menjadi menderita. Untuk mendapatkan kepuasaan maka kita bisa meningkatkan jumlah keinginan yang terpenuhi menjadi 70 atau kita bisa mengurangi total dari seluruh keinginan menjadi 50. Saat itu salah satu dari dua hal tersebut terjadi anda akan mengalami kebahagiaan setidaknya sampai anda memiliki keinginan baru yang ingin dipenuhi.

Anda mungkin sudah menyadarinya bahwa apa yang saya maksud dengan penderitaan diatas adalah penderitaan batin. V. E. Frankl seorang ahli psikologi membagi penderitaan menjadi beberapa kategori yaitu
1. Penderitaan fisik
2. Penderitaan batin
3. Penderitaan spiritual

Penderitaan fisik dikatakan adalah penderitaan yang tidak dapat dihindari. Saya juga menyarankan untuk tidak menghindari sakit fisik. Alasan saya menggunakan kata sakit disini adalah karena sakit belum tentu menderita. Saat kita mengalami sakit kita bisa saja hanya merasakan sakit tersebut dan tidak menderita karena sakit tersebut.

Tentunya sebagai hypnotherapist saya tahu bahwa perasaan sakit dapat dihilangkan dengan cara tertentu. Hypnotherapy memiliki banyak teknik yang dapat meredakan rasa sakit fisik ini. Lalu mengapa tidak dihilangkan?

Pasalnya karena rasa sakit merupakan sinyal adanya sesuatu yang tidak beres. Rasa sakit memberikan sinyal pada diri untuk memperbaiki sesuatu. Untuk itulah rasa sakit menjadi penting. Bagi hypnotherapist yang aktif menerapi orang saat anda melakukan terapi anestesia sebaiknya selalu didampingi seorang ahli medis kecuali bila anda sendiri terlisensi untuk melakukan kegiatan medis.

Penderitaan lainnya adalah penderitaan batin dan spiritual. Ketiga penderitaan ini dapat dibantu dengan mengetahui apa hal yang menyebabkan orang yang menderita semakin menderita. Shizen Young seorang pengajar Buddhist membuat sebuah formula matematika untuk menjelaskan hal ini:

Penderitaan = Sakit X Perlawanan (Suffering = Pain X Resistance)

Aplikasinya.....
Mari kita masukkan angka untuk menjelaskan rumus diatas. Anggaplah anda sedang merasakan sakit, dari skala 1 sampai 100 berapakah rasa sakit anda? anggaplah 70. Lalu sekarang kita ukur seberapa anda menahan rasa sakit tersebut, anggaplah anda menahannya dengan level sekitar 50. Maka penderitaan yang anda alami adalah 70 dikali 50 yaitu 3500. Sekarang anggap anda mengalami sakit sebesar 70 dan anda tidak menahan atau melawan rasa sakit tersebut. Alhail 70 dikalikan 0 adalah 0. Tidak ada penderitaan.
Konklusinya adalah rasa sakit adalah sesuatu yang pasti, tidak ada orang yang hidup tidak merasakan rasa sakit. Namun kita bisa memilih untuk menderita atau tidak. Dan cara untuk menjadi bahagia adalah bukan dengan melawan rasa sakit tersebut. Tetapi dengan menerima rasa sakit itu, mendengar rasa sakit itu, menyadari rasa sakit itu dan membiarkan rasa sakit itu pergi. Alhasil anda tidak akan pernah menderita lagi.
Dengan mengetahui apa itu penderitaan kita, maka seharusnya kita menjadi sadar atas apapun penderitaan yang kita rasakan. Dan dari situ kita mulai berfokus dimasa kini dan menikmati hidup yang ada sambil menuju pada impian/keinginan yang membangun. 

 Galau Dilihat dari pandangan Islam dan Al-Quran 

Jangan Galau, Innallaha Ma’ana!
Allah Ta’ala berfirman, “Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kami” (QS. At Taubah: 40)

Ayat di atas mungkin dapat menjadikan kita agar lebih merenungi lagi terhadap setiap masalah apapun yang kita hadapi. Dalam setiap persoalan yang tak kunjung terselesaikan, maka hadapkanlah semua itu kepada Allah Ta’ala. Tak ada satupun manusia yang tak luput dari rasa sedih, tinggal bagaimana kita menghadapi kesedihan dan kegalauan tersebut.

    ...Allah telah memberikan solusi kepada manusia untuk mengatasi rasa galau yang sedang menghampiri jiwa...

Adakalanya, seseorang berada pada saat-saat yang menyenangkan, tetapi, ada pula kita akan berada pada posisi yang tidak kita harapkan. Semua itu sudah menjdai takdir yang telah Allah Ta’ala tetapkan untuk makhluk-makhluk Nya.

Tetapi, Allah Ta’ala juga telah memberikan solusi-solusi kepada manusia tentang bagaimana cara mengatasi rasa galau atau rasa sedih yang sedang menghampiri jiwa. Karena dengan stabilnya jiwa, tentu setiap orang akan mampu bergerak dalam perkara-perkara positif, sehingga dapat membuat langkah-langkahnya menjadi lebih bermanfaat, terutama bagi dirinya lalu untuk orang lain.

Berikut ini adalah kunci dalam mengatasi rasa galau;

1. Sabar


Hal pertama yang dilakukan oleh Nabi Muhammad ketika menghadapi cobaan yang tiada henti adalah dengan meneguhkan jiwa dalam bingkai kesabaran. Karena dengan kesabaran itulah seseorang akan lebih bisa menghadapi setiap masalah berat yang mendatanginya.
Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar” (Qs. Al-Baqarah 153).

Selain menenangkan jiwa, sabar juga dapat menstabilkan kacaunya akal pikiran akibat beratnya beban yang dihadapi.

2. Adukanlah semua itu kepada Allah

Ketika seseorang menghadapi persoalan yang sangat berat, maka sudah pasti akan mencari sesuatu yang dapat dijadikan tempat mengadu dan mencurahkan isi hati yang telah menjadi beban baginya selama ini. Allah sudah mengingatkan hamba-Nya di dalam ayat yang dibaca setiap muslim minimal 17 kali dalam sehari:
“Hanya kepada-Mulah kami menyembah, dan hanya kepada-Mulah kami meminta pertolongan” (QS. Al Fatihah 5).

    ...ketika keluhan itu diadukan kepada Sang Maha Pencipta, maka akan meringankan beban berat yang kita derita...

Mengingat bahwa manusia adalah makhluk yang banyak sekali dalam mengeluh, tentu ketika keluhan itu diadukan kepada Sang Maha Pencipta, maka semua itu akan meringankan beban berat yang selama ini kita derita.

Rasulullah shalallahi alaihi wasallam ketika menghadapi berbagai persoalan pun, maka hal yang akan beliau lakukan adalah mengadu ujian tersebut kepada Allah Ta’ala. Karena hanya Allah lah tempat bergantung bagi setiap makhluk.

3. Positive thinking

Positive thinking atau berpikir positif, perkara tersebut sangatlah membantu manusia dalam mengatasi rasa galau yang sedang menghinggapinya. Karena dengan berpikir positif, maka segala bentuk-bentuk kesukaran dan beban yang ada pada dalam diri menjadi terobati karena adanya sikap bahwa segala yang kesusahan-kesusahan yang dihadapi, pastilah mempunyai jalan yang lebih baik yang sudah ditetapkan oleh Allah Ta’ala. Sebagaimana firman-Nya;
“Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Qs Al-Insyirah 5-6).

4. Dzikrullah (Mengingat Allah)

Orang yang senantiasa mengingat Allah Ta’ala dalam segala hal yang dikerjakan. Tentunya akan menjadikan nilai positif bagi dirinya, terutama dalam jiwanya. Karena dengan mengingat Allah segala persoalan yang dihadapi, maka jiwa akan menghadapinya lebih tenang. Sehingga rasa galau yang ada dalam diri bisa perlahan-perlahan dihilangkan. Dan sudah merupakan janji Allah Ta’ala, bagi siapa saja yang mengingatnya, maka didalam hatinya pastilah terisi dengan ketenteraman-ketenteraman yang tidak bisa didapatkan melainkan hanya dengan mengingat-Nya.

    ...Bersabar, berpikir positif, ingat Allah dan mengadukan semua persoalan kepada-Nya adalah solusi segala persoalan...
Sebagaimana firman-Nya:

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tenteram” (Qs Ar-Ra’du 28).

Berbeda dengan orang-orang yang lalai kepada Allah, yang di mana jiwa-jiwa mereka hanya terisi dengan rasa kegelisahan, galau, serta kecemasan semata. Tanpa ada sama sekali yang bisa menenangkan jiwa-Nya.

Tentunya, sesudah mengetahui tentang faktor-faktor yang dapat mengatasi persoalan galau, maka jadilah orang yang selalu dekat kepada Allah Ta’ala. Bersabar, berpikir positif, mengingat Allah, serta mengadukan semua persoalan kepada-Nya merupakan kunci dari segala persoalan yang sedang dihadapi. Maka dari itu, Janganlah galau, karena sesungguhnya Allah bersama kita. [voa-islam.com ]


http://suryaafrilian.blogspot.com/2012/08/galau-menurut-pandangan-ilmiah-dan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar