Jumat, 02 Oktober 2009
Qadi Zada al-Rumi, Saintis Terkemuka dari Dinasti Timurid
Matematika dan astronomi.
Dua ilmu penting itulah yang dikembangkan Qadi Zada al-Rumi, saintis Muslim terkemuka di era kejayaan Dinasti Timurid – yang berkuasa di kawasan Asia Tengah dan Persia pada abad ke-14 M. Ia bersama Sultan Timurid, Ulugh Beg mendirikan observatorium di Samarkand, Uzbekistan – sebuah pusat studi astronomi termegah sepanjang sejarah Islam.
Qadi Zada, sejatinya, hanyalah nama julukan. Astronom dan matematikus yang terlahir pada 1364 di Bursa , Turki itu bernama Salah al-Din Musa Pasha. Ia dipanggil Qadi Zada yang berarti "anak dari seorang hakim", karena ayahnya memang seorang hakim terkemuka pada masa itu.
Ia tumbuh besar di tanah kelahirannya, kota Bursa, Turki. Qadi Zada menyelesaikan pendidikannya di Basra, salah satu kota pusat kebudayaan dan pendidikan Islam terkemuka. Di kota itu, Qadi Zada mempelajari ilmu geometri dan astronomi.
Guna mengasah dan mengembangkan ilmu pengetahuannya, dia kemudia berguru kepada al-Fanari. Sang guru menyadari potensi dan kecerdasan Qadi Zada. Al-Fanari paham betul bahwa muridnya itu adalah seorang pemuda dengan kemampuan yang sangat luar biasa di bidang matematika dan astronomi.
Al-Fanari menasihati Qadi Zada untuk hijrah ke pusat kebudayaan Kerajaan Khurasan atau Transoxania. Di Khurasan, Qadi Zada akhirnya bisa bertemu dan belajar dari para ahli matematika dan astronomi hebat. Khurasan memang dikenal sebagai kota pendidikan yang banyak disinggahi para ilmuwan yang singgah maupun tmenetap di kota itu.
Tak sekedar mendorong, al-Fanari juga mendukung Qadi Zada dengan sehelai surat rekomedasi. Ia juga dibekali gurunya sebuah kitab berjudul Emmuzeg al-Ulum (Tipe-tipe Ilmu Pengetahuan), sebagai tanda bahwa dia adalah seorang pelajar. Mengikuti nasihat gurunya, Qadi akhirnya belajar matematika dan astronomi di Transoxiana sebagai pusat kebudayaan.
Pada 1383, reputasi Qadi Zada langsung meroket. Ia begitu populer sebagai ahli matematika, lewat bukunya berjudul Risala fi'l Hisab ( Risalah Aritmatika). Buku tersebut berisi pengetahuan kompleks mengenai aritmatika, aljabar, dan pengukuran.
Saat Qadi masih muda, penguasa dan pendiri Dinasti Timurid, Timur Lenk mulai menguasai kawasan Iran, Irak, dan bagian timur Turki. Setelah kematian Timur pada 1405, Dinasti Timurid diperebutkan anak-anaknya. Shah Rukh yang merupakan anak keempat Timur Lenk akhirnya memenangkan perebutan kekuasaan peninggalan Timur Lenk tersebut.
Pada 1407, Shah Rukh mendapatkan kekuasaan secara menyeluruh di sebagian besar kerajaan, termasuk Iran dan Turkistan. Dia juga menguasai Samarkand. Wilayah yang dikuasai Shah Rukh merupakan pusat-pusat kebudayaan di mana Qadi Zada mengembangkan ilmunya. Wilayah tersebut meliputi Herat di Khorasan, Bukhara dan Samarkand di Transoxania.
Pada 1407, Qadi bertualang mengunjungi kota-kota tersebut, termasuk Samarkand. Tidak ada yang mengetahui alasan sang saintis mengunjungi Samarkand. Pada masa mudanya, ia belum sempat mengunjungi kota-kota tersebut. Mungkin, dia masih sibuk dengan astronominya. Saat mengunjungi kota-kota tersebut, Qadi sudah memiliki reputasi yang bagus sebagai seorang ahli matematika.
Dia juga sudah menghasilkan karya berupa sebuah risalah aritmatika yang ditulisnya ketika tinggal di Bursa pada 1383. Buku risalah aritmatika tersebut berisi aritmetika, aljabar dan pengukuran.
Setelah mengunjungi sejumlah kota-kota pusat kebudayaan lainnya, Qadi baru mencapai kota Samarkand sekitar 1410. Setahun sebelumnya, Shah Rukh, telah menguasai kekaisaran Timur ayahnya dan memutuskan untuk menjadikan Herat di Khurasan sebagai ibu kota baru. Shah Rukhmenempatkan putranya Ulugh Beg sebagai penguasa di Samarkand.
Ulugh Beg, saat itu, baru berusia 17 tahun, ketika bertemu dengan Qadi di Samarkand. Saat bertemu dengan Qadi, Ulugh Beg sangat mengagumi kecerdasan dan kehebatan sang saintis dalam bidang matematika dan astronomi. Sehingga, dia meminta agar Qadi mengajariny.
Berkat bimbingan Qadi, akhirnya Ulugh Beg juga menjadi seorang ahli astronomi yang terkemuka. Qadi merupakan seorang ilmuwan yang jauh lebih tertarik kepada ilmu pengetahuan dan kebudayaan dari pada politik atau penaklukan militer. Tetapi bagaimanapun juga, dia menjadi seorang wakil penguasa di seluruh kerajaan, terutama wilayah Mawaraunnahr.
Sehingga meskipun sedikit, dia mau tidak mau terkena arus politik. Tetapi hal itu tidak berlangsung lama. Pertemuannya dengan Ulugh Beg merupakan titik balik bagi kehidupan Qadi Zada. Sehingga dia memutuskan untuk menghabiskan sisa hidupnya dengan bekerja di Samarkand. Dia juga menikah dengan seorang wanita di kota tersebut dan memiliki putra yang bernama Syams al-Din Muhammad.
Qadi menulis sejumlah karya matematika dan astronomi pada tahun pertama menetap di Samarkand. Karya-karyanya ini banyak yang dipersembahkan untuk Ulugh Beg. Hal itu juga menunjukkan reputasi Qadi sebagai seorang guru muda yang brilian dan sangat ahli dalam bidang matematika.
Secara khusus, Qadi menulis komentar tentang Kompendium ahli astronomi al-Jaghmini pada 1412 hingga 1413. Dia juga menulis komentar terhadap karya al-Samarqandi. Komentar yang ditulisnya berupa karya pendek yang hanya terdiri dari 20 halaman. Dalam komentarnya, ia membahas tiga puluh lima dari proposisi Euclid.
Pada 1417, Ulugh Beg membangun madrasah atas dorongan Qadi. Madrasah tersebut digunakan Qadi sebagai pusat pembelajaran yang terletak di depan alun-alun Rigestan di Samarkand. Dengan berdirinya madrasah tersebut, Ulugh Beg mulai mengumpulkan para ilmuwan terkemuka untuk mengajar di madrasahnya, termasuk al-Kashi. Baik Qadi, Ulugh Beg, dan al-Kashi merupakan para astronom terkemuka pada masa itu.
Qadi Zada dan Observatorium Samarkand
Pada 1424, sejarah tertoreh di Samarkand. Seorang penguasa Dinasti Timurid bernama Ulugh Beg berhasil membangun sebuah observatorium untuk penelitian astronomi. Menurut sejarawan sains, Krisciunas, observatorium yang dibangun Ulugh Beg itu merupakan yang termegah di antara tempat pengamatan benda antariksa lainnya yang dimiliki peradaban Islam.
Pembanguna observatorium Ulugh Beg di Samarkand itu tak lepas dari jasa dan ide brilian Qadi Zada. Betapa tidak. Dia adalah guru astronomi Ulugh Beg. Kehebatan Qadi Zada dan Ulugh Beg dituturkan sejawatnya, al-Kashi. Dalam surat kepada ayahnya yang tinggal di Kashan, al-Kashi memuji kemampuan dan kehebatan Ulugh Beg dan Qadi Zada dalam matematika dan astronomi.
Al-Kashi menganggap kedua ilmuwan tersebut merupakan yang paling unggul dibandingkan para ilmuwan lainnya, di zaman itu. Dalam surat tersebut, al-Kashi juga menceritakan bahwa mereka sering mengadakan pertemuan ilmiah yang dipimpin oleh Ulugh Beg dan dihadiri para ilmuwan terkemuka. Saat membahas masalah-masalah dalam astronomi yang cukup sulit, biasanya al-Kashi dan Qadi Zada mampu menyelesaikan masalah tersebut tanpa kesulitan yang berarti.
Karya asli Qadi adalah perhitungan sin 1° dengan tingkat akurasi yang luar biasa. Dia menerbitkan metode perhitungan sin 1° dalam Risalat al-Jayb (Risalah Sinus). Al-Kashi sebagai teman seangkatannya juga menghasilkan sebuah metode untuk memecahkan masalah ini. Namun metode mereka berdua berbeda dan menunjukkan bahwa dua ilmuwan yang luar biasa tersebut sama-sama bekerja pada masalah yang sama di Samarkand.
Qadi menghitung sin 1° mendekati tingat akurasi 10 pangkat minus 12. Pekerjaan utama yang dilakukan Qadi dan sahabat-sahabatnya, baik al-Kashi maupun Ulugh Beg di Observatorium di Samarkand adalah memproduksi Katalog Bintang-bintang. Katalog yang dihasilkan di observatorium tesebut, merupakan katalog bintang pertama yang komprehensif sejak zaman Ptolemeus.
Katalog Bintang itu, menjadi rujukan para astronom hingga abad ke-17 M. Katalog bintang yang diterbitkan pada 1437 itu menjelaskan 992 posisi bintang. Katalog bintang tersebut merupakan hasil dari kolaborasi para ilmuwan yang bekerja di Observatorium tetapi kontributor utamanya adalah Qadi Zada, Ulugh Beg, dan al-Kashi.
Katalog bintang tersebut, selain berisi posisi bintang juga berisi tabel pengamatan yang dilakukan di Observatorium, serta berisi hasil perhitungan kalender trigonometri. Qadi juga menulis komentar terhadap risalah astronomi karya ilmuwan besar Nashir ad-Din al-Tusi. Selain itu, dia juga menulis sebuah risalah mengenai masalah menghadapi Makkah, di mana masalah penting tersebut banyak didiskusikan oleh para astronom dan ahli matematika Muslim.
Setelah wafatnya al-Kashi, Qadi akhirnya menjadi direktur observatorium di Samarkand. Dia terus melakukan pekerjaan utama di Observatorium tersebut dengan memproduksi katalog bintang-bintang. Bahkan katalog bintang yang disebut Zij-i Sultani itu digunakan selama beberapa abad.
Pada 1436, Qadi akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. Namun kontribusinya kepada ilmu astronomi dan matematika yang begitu besar, membuat namanya selalu diingat dan dikenang. Bahkan karya-karyanya masih digunakan, hingga kini. dya/taq
By Republika Newsroom
Rabu, 30 September 2009 pukul 09:13:00
http://www.republika.co.id/berita/78835/Qadi_Zada_al_Rumi_Saintis_Terkemuka_dari_Dinasti_Timurid
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar