Selasa, 20 Januari 2015

Abu Bakar Razi, Ilmuan Muslim yang Sangat Dermawan

 

Abu Bakar Razi adalah potret gemilang peradaban Islam, yang sulit terulang kembali dalam sejarah. Ia adalah seorang ahli kedokteran, ilmuwan, guru dan seorang hamba shaleh yang menghabiskan seluruh hidupnya untuk melayani Islam, ilmu dan kemanusiaan.

Abu Bakar Muhammad bin Yahya bin Zakaria ar-Razi (hidup antara 250 H/864 M sampai 5 Sya’ban 311 H / 19 Nopember 923 M) dilahirkan di kota Ray, Khurasan (Iran saat ini). Ia adalah salah seorang dokter terbesar sepanjang sejarah manusia, seperti yang diungkapkan Sigrid Hunke dalam bukunya “Unser Arabisches Erbe”, dimana Razi telah menulis sebuah buku yang mencakup semua pengetahuan tentang medis sejak kejayaan Yunani sampai tahun 925. Buku ini terus menjadi referensi utama di Eropa selama empat ratus tahun sejak tahun tersebut.

Razi mempelajari matematika, kedokteran, filsafat, astronomi, kimia, logika dan sastra. Para sejarawan kedokteran dan ilmu pengetahuan abad pertengahan bersilang pendapat saat menuliskan biografi ilmuwan besar, Abu Bakar Muhammad bin Yahya bin Zakaria Razi, seorang dokter sekaligus filosof yang memiliki keistimewaan dalam karya-karyanya, dimana sebagian bukunya ditulis dalam bahasa Arab, dengan orisinalitas dan kevalidan argumentasinya. Razi dilahirkan di kota Ray, dekat kota Teheran sekarang. Menurut pendapat yang lebih kuat, ia dilahirkan pada tahun 251 H/865 M. Salah satu ide ar-Razi yang menarik, para pelajar seharusnya mempelajari ilmu kedokteran di kota-kota yang padat penduduknya, di kota seperti itulah banyak pasien berdatangan, sehingga akan mengasah kemampuan dan profesionalitas para dokter. Karena itu, ia menghabiskan masa mudanya di Madinah as-Salam dan mempelajari kedokteran di kota Baghdad.

Setelah Razi menyelesaikan pendidikan kedokterannya di Bagdad, ia kembali ke Ray atas undangan penguasanya, Manshur bin Ishaq, untuk menduduki jabatan direktur rumah sakit Ray. Lalu Razi menulis sebuah buku untuk penguasa itu dengan nama “al-Manshuri fi ath-Thibb” kemudian buku “ath-Tibb ar-Ruhâni” yang keduanya saling melengkapi. Buku pertama berkaitan dengan penyakit fisik, sedang yang kedua berkaitan dengan penyakit kejiwaan. Nama Razi mulai terkenal di kota Ray. Selanjutnya, ia pindah ke Baghdad untuk memimpin rumah sakit al-Mu’tadhid, yang didirikan oleh Khalifah al-Mu’tadhid Billah (279-289 H / 892-902 M).

Razi tidak hanya mengajar dan menguji untuk menyebarkan ilmu, akan tetapi, ia sangat memperhatikan bidang lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu penulisan buku. Ia adalah seorang ilmuwan yang produktif menulis dan mengkodifikasi pengetahuan kedokteran, bahkan, Ibnu Nadim mencatat dalam bukunya al-Fihrisat 113 buku dan 28 artikel. Suatu jumlah yang sangat menakjubkan, terutama karena semuanya berisi pengetahuan kedokteran.

Karyanya yang paling monumental adalah “al-Hâwi fi ‘Ulûm at-Tadâwi”, yang merupakan ensiklopedia kedokteran yang lengkap, mencakup semua informasi kedokteran populer hingga zaman Razi. Di dalamnya Razi mengumpulkan semua riset medis yang ia ketahui, semua kondisi penyakit yang ia sembuhkan. Dalam buku ini terlihat jelas kecerdasan seorang Razi, kecermatan penelitiannya, keluasan ilmunya dan kekuatan analisanya.

Buku ini telah diterjemahkan ke berbagai bahasa di Eropa, pertama kali dicetak di Brescia, Italia Utara, tahun 891 H / 1486 M dan merupakan kitab tertebal pertama yang dicetak beberapa saat setelah mesin cetak ditemukan. Buku ini dicetak dalam 25 jilid dan beberapa kali dicetak ulang di Italia pada abad 10 Hijriyah (abad 16 masehi). Sejarawan Max....bahwa pada tahun 1500 Masehi, ada lima cetakan untuk buku al-Hâwi secara lengkap, beserta puluhan cetakan lain yang berisi bagian-bagiannya.

Dari sekian bukunya, ia menulis buku berjudul al-Manshuri, dinamakan demikian sebagai nisbah kepada Manshur bin Ishaq, penguasa kota Khurasan. Di dalamnya ia membahas tema-tema medis mengenai penyakit-penyakit dalam, operasi dan mata. Dalam buku ini, Razi memaparkan tema-tema tersebut secara ringkas, sehingga tebalnya buku hanya sepuluh jilid saja! Karena itulah, para ilmuwan Eropa sangat intens untuk menterjemahkannya kedalam berbagai macam bahasa, di antaranya bahasa Latin, Inggris, Jerman dan Ibrani. Buku ini terbit pertama kali di Milan, tahun 1481 M, dan tetap menjadi rujukan utama para dokter Eropa hingga abad ke 17 masehi.

Salah satu buku terbaiknya adalah buku “al-Jadari wa al-Hishbah” (cacar dan campak), melalui buku ini, Razi menempatkan dirinya sebagai orang pertama yang membedakan antara cacar dengan campak. Ia mengkodifikasi berbagai penelitian dengan sangat teliti dan akurat untuk membedakan antara kedua penyakit ini. Buku ini dicetak ulang di Eropa sebanyak empat kali antara tahun 903-1283 H / 1498-1869 M.

Buku yang lain, “al-Asrâr fi al-Kimiya”, yang sekian lama menjadi referensi utama materi kimia di sekolah-sekolah Timur dan Barat.

Buku penting lainnya adalah “ath-Thibb ar-Ruhâni, di dalamnya, ia menyebutkan tujuan penulisan buku ini untuk memperbaiki perilaku manusia. Buku ini berisi penghormatan terhadap akal, pengekangan hawa nafsu, pentingnya menjauhi tabiat yang buruk dan pelatihan agar jiwa terbiasa melakukannya. Buku-buku Razi telah diterjemahkan ke bahasa Latin, terutama dalam bidang fisika, kimia, sebagaimana bagian terakhirnya telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa Eropa sekarang, dipelajari di berbagai universitas Eropa, terutama di negri Belanda, dimana buku-buku Razi menjadi rujukan primer di universitas-universitas Belanda hingga abad ke 17.

Akan tetapi, yang membuat Razi berbeda adalah perhatiannya dalam dimensi akhlak. Razi terkenal dengan keteguhannya memegang amanah ilmiah dalam karya-karyanya. Ia tidak pernah menyinggung suatu penemuan yang tidak ia temukan, kecuali ia cantumkan nama asli penemu tersebut. Karena itulah, buku-bukunya penuh dnegan nama-nama Galenus, Hippocrates, Ermancos dan lain-lain, sebagaimana ia menyebutkan nama-nama dokter modern pada zamannya, seperti Yahya bin Maswayh dan Hunain bin Ishaq. Razi juga menekankan murid-muridnya untuk mengikuti tradisi menulis dan mengarang, ia berkata pada mereka, “jika seorang murid mengumpulkan banyak buku, lalu ia memahami apa yang di dalamnya, maka ia harus menulis sebuah buku untuknya yang mencakup materi-materi buku yang ia lupakan.”

Ia juga menasehati murid-muridnya untuk mencatat informasi-informasi yang mereka temukan sepanjang pembelajarannya dan praktek mereka mengobati pasien –yang belum disebutkan dalam buku sebelumnya-, dengan demikian, orang-orang setelahnya bisa mengambil manfaat dari ilmu dan karyanya.

Razi bukan hanya sekedar ilmuwan, akan tetapi seorang manusia yang sangat moralis. Ia terkenal sebagai orang yang baik dan dermawan, menghargai sahabat dan pengetahuannya, lembut terhadap kaum fakir, terutama orang sakit, ia kerap memberikan mereka sedekah dari harta pribadinya, bahkan terkadang ia memberikan santunan tetap.

Ia juga berwasiat kepada murid-muridnya bahwa tujuan utama mereka adalah menyembuhkan orang sakit, bukan memperoleh upah, ia juga berpesan agar memberikan pengobatan terhadap orang sakit dengan perhatian yang sama ketika mengobati para pejabat dan orang-orang kaya. Bahkan, saking perhatiannya terhadap kaum fakir, ia menulis sebuah buku khusus yang dinamai “Thibb al-Fuqara”. Dalam buku itu, ia mendeskripsikan berbagai macam penyakit dan gejalanya, kemudian menjelaskan cara-cara pengobatannya dengan mengkonsumsi nutrisi dan rerumputan yang murah sebagai ganti dari obat-obatan yang mahal atau komposisi yang sukar dicari.

Di antara bukti keseriusannya dalam bidang akhlak, ia menulis buku khusus, “Akhlâq ath-Thabîb (etika dokter)”. Di dalamnya ia menjelaskan hubungan kemanusiaan antara dokter dengan pasien dan dokter dengan dokter, selain itu ia juga menjelaskan etika interaksi antara pasien dengan dokter.


Dibawah ini kami sebutkan beberapa penemuannya dalam bidang kedokteran dan ilmu pengetahuan:

1. Razi adalah orang yang pertama kali memasukkan obat pencahar dalam farmakologi, ia adalah orang yang pertamakali menyebutkan bahwa demam adalah gejala bukan penyakit.
2. Ia adalah orang yang pertama kali menemukan metode uji klinis dan pengawasan intensif terhadap pasien serta mencatat gejala-gejala yang ditampakkan pasien, untuk mengambil kesimpulan perkembangan penyakit pasien.
3. Razi memiliki metode penting dalam uji coba medis, seperti yang tercantum dalam buku al-Hâwi, misalnya, ia pernah memberikan air raksa, didihan hasyis atau obat-obatan tertentu kepada seekor kera, kemudian ia mengawasi efek yang ditimbulkan dan mencatatnya.
4. Razi sangat memeprhatikan penyakit kejiwaan dan pengaruhnya terhadap kesehatan secara umum.
5. Ia adalah orang yang pertama kali menjahit luka operasi di perut dengan menggunakan senar kecapi.
6. Ia adalah orang yang pertama kali mengobati luka dengan bunga tulip.
7. Ia memiliki beberapa penemuan penting dalam bidang kimia, di antaranya asam belerang yang ia sebut dengan Zait az-Zaj (minyak Vitriol)
8. Ia adalah orang yang pertama kali mengekstrak zat gula dan tepung difermentasi untuk menghasilkan alkohol.
9. Razi menghabiskan waktunya untuk menentukan berat jenis benda-benda liquid dan menerapkan standar bakunya yang ia beri nama al-Mizan ath-Thabi’i.

Ilmuwan Jenius ini menghabiskan saat-saat terakhir hidupnya dalam keadaan fakir, namun ketenarannya telah menembus langit dan namanya tetap kekal dalam catatan sejarah. Kita bisa melihat, raja Perancis, Louis XI, telah mengirimkan emas permata yang sangat banyak, dengan hati yang tulus, ia meminta agar para dokternya menyalin karya Razi, yaitu al-Hâwi, sebagai referensi jika suatu saat ia terserang penyakit. Penyair kuno Inggris, Geoffrey Chaucer, menyebutkan Razi dalam salah satu puisinya yang termasyhur dalam buku The Canterbury Tales. Universitas Preston bahkan meletakkan nama Razi pada salah satu bangunan sayapnya yang terbesar sebagai bentuk penghormatan. Sedangkan di fakultas kedokteran, Universitas Paris, kita bisa melihat patung memoriam Razi beserta gambarnya di jalan Saint German. 

Demikian pula namanya banyak tercantum di berbagai rumah sakit dan auditorium pendidikan di berbagai negara Arab.

Hal yang perlu diperhatikan, pada akhir kisah singkat mengenai salah satu ilmuwan peradaban Arab-Islam, salah seorang tokoh jenius yang namanya kekal dicatat dalam peradaban manusia, bahwa nama Razi banyak menghiasi buku-buku barat dan dikenal dalam bahasa asing dengan nama Rhazes.
Ilmuwan ini meninggal saat menginjak usia 60 tahun, pada bulan Sya’ban 311 H/Nopember 923 M.



http://www.taqrib.info/indonesia/index.php?option=com_content&view=article&id=894:abu-bakar-razi-ilmuan-muslim-yang-sangat-dermawan&catid=44:mirase-moshtarak&Itemid=145

Tidak ada komentar:

Posting Komentar