Minggu, 07 Februari 2010
Apa Itu Dua Kalimat Syahadat?
Dua kalimat syahadat adalah berbunyi"Syahadatu an laa ilaaha illallah wa anna Muhammadan Rasulullah"(Kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasulullah). Keduanya adalah kunci Islam yang tidak mungkin seseorang masuk Islam kecuali dengan keduanya. Maka dari itu Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam menyuruh Mu'adz bin Jabal Radhiyallahu Anhu ketika diutus ke Yaman untuk menjadikan sasaran dakwah pertama yang harus diserukan adalah bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah."
Kalimat yang pertama ,"Laa ilaaha illallah" berarti manusia mengakui dengan lisan dan hatinya bahwa tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah, karena Tuhan seharusnya dituhankan dan di sembah. Artinya tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata. Kalimat ini mencakup penolakan dan penetapan. Penolakannya adalah kata "tidak ada Tuhan" sedangkan penetapannya adalah kalimat "kecuali Allah ". Sedangkan lafal Allah disebut lafal jalalah, sebagai pengganti dari khabar huruf laa yang dibuang. Lengkapnya adalah "Laa ilaaha haqqun illallah" adalah penetapan dengan lisan- setelah beriman dalam hati- bahwa tidak ada zat yang berhak disembah kecuali Allah. Hal ini menuntut adanya keikhlasan beribadah kepada Allah semata dan penolakan ibaadah kepada selain-Nya.
Dengan meletakkan kata haqqun (yang haq) jelaslah jawaban terhadap problem yang banyak dipertanyakan manusia, yaitu bagaimana Anda mengatakan, "Tidak ada Tuhan selain Allah"sementara di sana banyak sekali tuhan-tuhan yang disembah selain Allah, yang kadang-kadang juga dinamakan Allah dan penyembahnya juga menyebutnya dengan Allah, seperti yang difirmankan Allah, "Dan Kami tidaklah menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri, karena itu tiadalah bermanfaat sedikitpun kepada mereka sembahan-sembahan yang mereka seru selain Allah, di waktu azab Tuhanmu datang. dan sembahan-sembahan itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali kebinasaan belaka."(Hud:101)
Di tempat lain Allah berfirman, "Dan janganlah kamu Mengadakan Tuhan yang lain di samping Allah."(Al-Isra:39)
Kemudian Allah berfirman, "Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah."(Al-Qashash:88)
Allah juga berfirman,"Kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, Sesungguhnya Kami kalau demikian telah mengucapkan Perkataan yang Amat jauh dari kebenaran".(Al-Kahfi:14)
Bagaimana mungkin kita mengatakan "Laa ilaaha illallah" padahal kata "ilah" juga digunakan untuk menyebut tuhan-tuhan lain selain Allah Subhanahu wa Ta'ala ? Mungkinkah kita menetapkan ketuhanan kepada selain Allah, sementara para rasul berkata kepada kaum mereka, "Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya." Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat)."(Al-A'raf:59)
Jawaban terhadap masalah ini akan menjadi jelas setelah kita meletakkan khabar pada kalimat "Laa ilaaha illallah". Kami katakan bahwa memang tuhan-tuhan yang disembah selain Allah itu disebut tuhan, tetapi semua itu adalah tuhan-tuhan yang batil, bukan tuhan yang benar dan tidak mempunyai hak sesembahan. Pernyataan ini ditegaskan dalam firman Allah, "Demikianlah, karena Sesungguhnya Allah, Dia-lah yang hak[1185] dan Sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah Itulah yang batil; dan Sesungguhnya Allah Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha besar."(Luqman:30)
Juga firman Allah, "Maka Apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) mengaggap Al Lata dan Al Uzza, Dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)?Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan?Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil.Itu tidak lain hanyalah Nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengadakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah) nya. mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan Sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka."(An-Najm:19-23)
Begitu juga firman Allah tentang Yusuf Alaihi –Salam, "Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) Nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang Nama-nama itu. keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."(Yusuf:40)
Jadi makna "Laa ilaaha illallah" adalah tiada sesembahan yang benar (haq) kecuali Allah. Sedangkan sesembahan-sesembahan lain selain-Nya, yang ketuhananannya dianggapkan oleh penyembahnya sendiri adalah sesembahan yang tidak benar, atau ketuhanannya batil, tetapi ketuhanan yang benar hanyalah ketuhan Allah semata.
Sedangkan makna kesaksian "bahwa Muhammad adalah utusan Allah" adalah ketetapan dengan lisan dan keimanan dalam hati bahwa Muhammad bin Abdullah Al-Quraisyi Al-Hasyimi adalah utusan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada semua makhluk baik jin maupun manusia, seperti yang difirmankan Allah, "Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang Ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk".(Al-A'raaf:158).
Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berifirman, "Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam."(Al-Furqon:1).
Konsekuensi logis dari syahadat itu adalah bahwa Anda harus percaya kepada apa yang dikabarkan Rasulullah, melaksanakan apa yang diperintahkannya, menjauhi larangan-larangannya, dan tidak menyembah Allah kecuali dengan cara yang disyariatkan. Konsekuensi lain dari syahadat ini adalah jangan percaya bahwa Rasulullah mempunyai hak ketuhanan dan hak untuk mengatur alam semesta atau hak ibadah. Tetapi Rasulullah adalah hamba yang tidak boleh di sembah, utusan yang tidak didustakan, tidak dapat memberikan manfaat atau bahaya, baik kepada dirinya sendiri maupun orang lain kecuali atas kehendak Allah, seperti yang difirmankan-Nya, "Katakanlah: aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?" Maka Apakah kamu tidak memikirkan(nya)?"(Al-An'am:50).
Beliau adalah hamba yang disuruh untuk diikuti apa yang diperintahkan kepadanya, seperti yang difirmankan Allah, "Katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak Kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatanpun kepadamu dan tidak (pula) suatu kemanfaatan".Katakanlah: "Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorangpun dapat melindungiku dari (azab) Allah dan sekali-kali aku tiada akan memperoleh tempat berlindung selain daripada-Nya". (Al-Jin:21-22).
Juga firman Allah, "Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. dan Sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman".(Al-A'raaf:188).
Itulah makna kesaksian "Laa ilaaha illallah wa anna Muhammadan Rasulullah".
Dengan makna seperti ini Anda tahu bahwa Rasulullah dan orang-orang lainnya dari kalangan makhluk, tidak berhak untuk disembah, karena ibadah tidak lain hanyalah milik Allah semata. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Katakanalah,'Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah iuntuk Allah, Tuhan semesta alam tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri(kepada Allah)'."(Al-A'raf: 162 – 163).
Sedangkan hak Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam adalah didudukkan seperti kedudukan yang telah ditetapkan Allah kepadanya, yaitu bahwa dia adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, semoga shalawat dan salam Allah tetap terlimpahkan kepadanya.
Sumber: Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin, Fatawa arkaanil Islam atau Tuntunan Tanya Jawab Akidah, Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji, terj. Munirul Abidin, M.Ag. (Darul Falah 1426 H.), hlm. 44 -47
http://alislamu.com/index.php?option=com_content&task=view&id=914&Itemid=31
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar