Senin, 15 Februari 2010

Kenapa Nikmat itu Menghilang?



Bentuk syukur adalah tidak hanya sekedar mengucap “Alhamdulillah”..

Seorang pedagang minuman es merasa nikmat kalau saja setiap harinya cuaca cerah, panas, agar dagangannya laku keras sehingga rizki yang didapat lebih banyak.


Berbeda lagi dengan seorang ibu yang berjualan minuman hangat dan roti bakar, akan merasa nikmat jika cuaca mendung saja atau bahkan hujan, karena dagangannya akan lebih laku dan mendapatkan rizki yang lebih banyak di saat cuaca seperti itu.

Jika kita melihat lagi, seseorang yang kehilangan kakinya selalu berangan-angan agar dapat kembali lagi memiliki kaki yang utuh seperti orang lain, sehingga dapat menikmati nikmatnya berjalan. Kemudian di sisi lain seseorang yang memiliki sepasang kaki yang indah namun tak merasa nikmat tapi justru bersedih karena tidak memiliki sepasang sepatu yang cantik.

Semua orang memiliki style yang berbeda-beda dalam menikmati hidupnya, namun di balik itu semua, tahukah sahabat bahwa ada dua kenikmatan yang kita miliki dan itu bisa memperdaya kita semua?

Rasulullah SAW .bersabda: “Ada dua kenikmatan yang membuat banyak orang terpedaya yakni nikmat sehat dan waktu senggang.” (HR. Bukhari)

Nikmat yang besar yang Allah berikan kepada kita adalah nikmat sehat, coba anda bayangkan ketika anda sakit gigi apakah anda merasa nikmat saat makan? tentu saja tidak, tidur pun sangat tidak nyenyak, kemudian jika anda terkena flue, apakah anda merasa nikmat saat bernafas? tidak bukan? padahal oksigen gratis anda bisa menghirup sebanyak-banyaknya, tapi tetap saja anda tidak merasa nikmat karena anda sedang tidak sehat.

Lalu bagaimana nikmat sehat ini bisa memperdaya kita ya ?,
coba kita sejenak renungkan apa saja yang kita lakukan ketika kita sedang sehat? Seringkali kita mengeluh karena kita menilai diri kita ada kekurangannya.

Tatkala sakit selalu mengeluh juga.
Padahal jika kita mau merenungi, adakah kekurangan fasilitas hidup yang telah Allah SWT turunkan di muka bumi ini ?

Saat kita sehat kita lupa bahwa sehat itu juga nikmat dari Allah SWT.  Namun kita memanfaatkan waktu kita hanya untuk berbuat maksiat dan kalau tidak begitu sering hanya berorientasi dunia.

Dunia boleh kita raih tapi jangan sampai melupakan akhIrat.
Untuk meraihnya justru semestinya adalah diwaktu kita sehat seperti ini.
Namun tak sedikit manusia baru sadar perlunya memanfaatkan waktu untuk ibadah tatkala dia sedang sakit, dalam sakit inginnya ibadahnya ditingkatkan namun ketika sudah sehat kembali lagi melupakannya.

Dan juga waktu senggang, kita sepertinya sudah terbiasa hanya ngobrol sana-sini untuk menghabiskan waktu daripada memanfaatkan waktu tersebut untuk beribadah.

Sungguh beruntunglah orang yang setiap waktunya di sibukkan dengan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada akherat, kepada tujuan akhir setiap manusia. Setiap waktunya dimanfaatkan untuk menyiapkan masa hidup sesudah kematiannya.

Oleh karena itu betapa pentingnya kita untuk selalu menjaga dua nikmat tersebut agar menjadi nikmat yang sebenarnya. Suatu nikmat akan benar-benar menjadi nikmat jika nikmat tersebut telah di syukuri.

Bentuk syukur adalah tidak hanya sekedar mengucap “Alhamdulillah”, tetapi perlu dibuktikan dalam bentuk-bentuk lainnya seperti kewajiban zakat infaq dan memanfaatkan nikmat tersebut semaksimal mungkin untuk berjuang ibadah dan beramal shaleh mendekatkan diri kepada Allah. Say No untuk maksiyat!

Nikmat yang Allah berikan kepada kita dapat saja hilang, bagaimana nikmat yang telah diberikan dapat hilang?

Pertama, Perbuatan maksiat dan dosa, membalas nikmat dengan hal yang membuat Allah subhanahu wata’ala menjadi murka.

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ


"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS. ar-Rum: 41).

Kedua, Bila kamu menisbatkan nikmat tersebut kepada selain Allah subhanahu wata’ala, Sang Pemberi nikmat.

قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا وَلا يُسْأَلُ عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ


Karun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku". dan Apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. (QS. al-Qashash: 76).

Ketiga, Bila seorang hamba ditimpa sifat Ghurur (percaya diri yang berlebihan) atau sombong dan congkak terhadap makhluk lain karena memiliki harta yang banyak, property, ilmu, kedudukan dan sebagainya.

وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ .الَّذِي جَمَعَ مَالا وَعَدَّدَهُ .يَحْسَبُ أَنَّ مَالَهُ أَخْلَدَهُ


1. kecelakaanlah bagi Setiap pengumpat lagi pencela,
2. yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung[1600],
3. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya,
(Q.S Al Humazah: 1-3)

Keempat, Nikmat yang tidak diamalkan. Bila kita memiliki ilmu, maka kita harus mengajarkannya; jika kita memiliki harta, maka kita harus menginfakannya.

وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ .لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ


"Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)." (QS. al-Ma'arij: 24-25)

Semoga bermanfaat bagi semua

(iRm@)

http://www.percikaniman.org/detail_artikel.php?cPub=Hits&cID=615

Tidak ada komentar:

Posting Komentar