Rabu, 17 Februari 2010

INTERPRETASI KARYA AHMAD SADALI DALAM KONTEKS MODERNITAS DAN SPIRITUALITAS ISLAM DENGAN PENDEKATAN HERMENEUTIK



Ahmad Sadali adalah seorang pelukis yang diakui luas memiliki reputasi di tingkat nasional, regional dan Dunia Islam. Dalam sejarah seni rupa modem Indonesia, Ahmad Sadali dikenal sebagai Bapak Seni Lukis Abstrak dan salah seorang perintis seni rupa bernafas Islam. Paduan antara seniman, akademikus, dan aktivis pergerakan Islam merupakan fenomena unik dalam dunia seni rupa modem yang berpijak pada prinsip otonomi seni dan keterpisahan seni dari bidang kehidupan lain seperti politik, moralitas, dan agama. Di pihak lain, dari sudut pandang keislaman, sosok dai dan aktivis Islam yang berpadu dengan pelukis modern sekuler merupakan hal yang tidak lazim. Kondisi yang nampak paradoksal ini menghadirkan permasalahan ilmiah yang menarik untuk diteliti: sebagai seorang seniman yang sepanjang hidupnya memegang teguh nilai-nilai keislaman, apakah karya-karyanya mencerminkan nilai-nilai itu? Bagaimanakah pengaruh kecenderungan personal dan kultural pada bentuk karyanya? Di mana letak otentisitas Ahmad Sadali dalam konteks kemodernan dan keislaman? Bagaimanakah makna dan kontribusi karyanya dikaitkan dengan masalah modernitas dan spiritualitas Islam?

Penelitian ini mencakup hubungan antara karya Ahmad Sadali dengan faktor internal dan eksternal (personal dan kultural). Kajian karya Ahmad Sadali dalam konteks modernitas dan spiritualitas Islam, dan penafsiran makna dan otentisitas karya Ahmad Sadali. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa bentuk kepribadian Ahmad Sadali merepresentasikan kepribadian Muslim modernis yang berpijak pada sumber ajaran kerohanian Islam, Tauhid. Sedang dalam konteks modernitas, karya Ahmad Sadali menjangkau tiga wilayah utama: estetik, kultural, dan intelektual. Pada wilayah estetik, karya Sadali merupakan perwujudan pembaharuan berupa penemuan medium pada prada emas, teknik tekstur, tema gunungan, kaligrafi serta gaya seni abstrak meditatif. Karya Sadali juga menunjukkan kehadiran modernitas estetik yang berbeda dari modernitas estetik Barat yang menjauhkan seni dari nilai spiritualitas. Dalam karya Sadali, nilai spiritualitas menjadi nilai utama yang mampu mengembalikan nilai mitis, ibadah, dan puitis ke dalam ungkapan artistik. Pada wilayah kultural, gaya abstrak meditatif Sadali menjadi aliran seni yang melibatkan tokoh seniman lain, dan mengarus sebagai bentuk budaya keislaman. Sementara itu, secara intelektuai, pemikiran estetika Ahmad Sadali yang menyatukan antara rasa, rasio, dan iman dalam satu kesatuan integral merupakan bentuk pemikiran yang mengoreksi modernisme.

Dalam konteks spiritualitas Islam
, karya Sadali mewujudkan nilai Tauhid, karya seni sebagai pembentuk lingkungan hidup dan pemuliaan martabat benda, nilai keabstrakan, kaligrafi, dan fungsi seni sebagai pengingat hakekat ketuhanan, dzikir, tasbih, dan tahmid. Dengan demikian, baik dalam konteks modernitas maupun spiritualitas Islam, karya Sadali dapat ditafsirkan mengandung makna dan peran tazkiyah, celupan atau penyucian seni modem atau spiritualisasi modernitas. Dari sisi yang lain, is memiliki makna dan peran memodernisasi seni Islam.

Kontribusi ilmiah hasil penelitian mencakup penemuan konsep modernitas yang berbeda dari konsep modernitas yang berlaku selama ini dan teridentifikasikannya keberadaan paradigma seni dan budaya keislaman di Indonesia dengan karya Ahmad Sadali sebagai salah satu tonggak yang penting.

Lukisan Achmad Sadali, “Gunungan Emas”, 1980 ini merupakan salah satu ungkapan yang mewakili pencapaian nilai religiusitasnya. Sebagai pelukis abstrak murni Sadali memang telah lepas dari representasi bentuk-bentuk alam. Namun demikian, dalam bahasa visual semua bentuk yang dihadirkan seniman dapat dibaca dengan berbagai tingkatan penafsiran. Dalam usian peradaban yang ada, manusia telah terbangun bawah sadarnya oleh tanda-tanda yang secara universal bisa membangkitkan spirit tertentu. Warna-warna berat, noktah dan lubang, serta guratan-guratan pada bidang bisa mengingatkan pada citra misteri, arhaik, dan kefanaan. Tanda segi tiga, konstruksi piramida memberikan citra tentang religisitas. Lebih jauh lagi lelehan emas dan guratan-guratan kaligrafi Al Qur’an dapat memancarkan spiritualitas islami. Semua tanda-tanda tersebut hadir dalam lukisan-lukisan Sadali, sehingga ekspresi yang muncul adalah kristalisasi perenungan nilai-nilai religius, misteri dan kefanaan.

Pembacaan tekstual ikonografis itu, telah sampai pada interprestasi imaji dan pemaknaan bentuk. Namun demikian karena Sadali selalu menghindar dengan konsep eksplisit dalam mendeskripsikan proses kreatifnya, maka untuk menggali makna simbolis karya-karyanya perlu dirujuk pandangan hidupnya. Sebagai pelukis dengan penghayatan muslim yang kuat, menurut pengakuannya renungan kreatifitas dalam melukis sejalan dengan penghayatannya pada surat Ali Imron, 190 – 191 dalam Al Qur’an. Ia disadarkan bahwa sebenarnya manusia dianugerahi tiga potensi, yaitu kemampuan berzikir, berfikir, dan beriman untuk menuju “manusia ideal dan paripurna” (Ulul-albab). Menurut Sadali daerah seni adalah daerah zikir. Makin canggih kemampuan zikir manusia, makin peka mata batinnya. Dalam lukisan “Gunungan Emas” ini dapat dilihat bagaimana Sadali melakukan zikir, mencurahkan kepekaan mata batinnya dengan elemen-elemen visual.

http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-yustiononi-28374
http://www.galeri-nasional.or.id/Koleksi.php?subaction=showfull&id=1173960521&archive=&start_from=&ucat=12&

Tidak ada komentar:

Posting Komentar