Kamis, 11 Februari 2010
Keteladanan Pemimpin
Ketika Umar bin Abdul Aziz dinobatkan menjadi Khalifah, beliau didatangi tetamu dari tokoh daerah dan wilayah kekhalifahan untuk mengucapkan tahni’ah (ucapan selamat), disamping ada yang mengajukan permohonan bantuan kepada khalifah. Diantara tetamu tersebut ada seorang bocah belasan tahun, ia adalah utusan dari Bani Hasyim di Hijaz. Sang Khalifah keheranan seraya bertanya kepada anak itu: “Adakah orang yang lebih besar dari Anda untuk menghadapku ?”. Dengan lantang anak itu berkata: “Semoga Allah meluruskan sikap Khalifah; ketahuilah, bahwa harga diri seseorang dilihat dari lisan dan hatinya. Sebab jika parameter harga diri dilihat dari usianya, maka ada orang yang lebih berhak dari Anda untuk menjabat khalifah”. Sang Khalifah melanjutkan dialognya, katanya: “Apa keperluanmu wahai anak muda ?”. Jawab anak kecil tersebut: “Kami hanya ingin menyampaikan tahni’ah, lebih dari itu kami bersyukur dianugerahkan Allah seorang pemimpin seperti Anda”. “Berikan kami nasehat wahai anak muda !”, pinta Khalifah. “Ketahuilah wahai Amiril Mukminin, betapa banyak orang lantaran kedudukan dan jabatan, ia diserang penyakit ‘angan-angan panjang’ dan ‘pujian’, akibatnya ia masuk ke jurang kenestapaan. Karenanya, hindarilah dua penyakit ini, jika tidak kelak anda tidak akan dipertemukan dengan hamba-hamba Allah yang shalih”. Setelah selesai berdialog dengannya, Sang Khalifah bertanya dengan berbisik-bisik kepada menterinya: “Siapa anak itu dan berapa kira-kira usianya ?”. Sang menteri menjelaskan, bahwa ia adalah anak keturunan Husein bin Ali bin Abi Thalib, usianya baru 11 (sebelas) tahun. Karena kekagumannya, Sang Khalifah mendo’akan kebaikan untuk anak itu (kisah ini dinukil dari “Bainal ‘Ulama wa al-Umara”, Syeikh Abdul Aziz al-Badri, hal: 12).
Orang suka mudah menganggap baik seseorang, hanya lantaran usia. Dengan mudah percaya kepada orang hanya karena penampilan lahiriyah atau fisiknya. Padahal betapa banyak orang berusia dewasa tetapi masih bersikap ‘kekanak-kanakan’. Tidak sedikit orang berpenampilan ‘necis’ tapi berhati ‘beruang’. Banyak pula orang yang memiliki postur tubuh ‘meyakinkan’, namun siapa yang menyangka, bahwa ia adalah ‘musuh dalam selimut’. Sungguh benar apa yang disabdakan Nabi Muhammad saw: “Sesungguhnya Allah tidak melihat penampilan wajah dan jasmani kalian, tetapi Dia melihat hati kalian, maka perhatikan perilaku dan perbuatan anda”.
Lebih jauh lagi Allah memberikan peringatan dalam pergaulan, agar kita tidak tertipu dengan kepandaian berbicara seseorang dan atau kehebatan penampilan dan kebugaran jasmani. Kadang-kadang orang itu dengan sepele bersumpah bukan hanya atas nama rakyat atau wakil rakyat, tapi atas nama Tuhan. Peringatan Allah agar kaum mukminin berhati-hati dengan orang semacam ini. Firman-Nya: “Diantara manusia ada yang kata-katanya memukau tentang kehidupan dunia, ia mempersaksikan (bersumpah) atas nama Allah, padahal ia adalah musuh paling jahat” (QS. al-Baqoroh: 204). Firman-Nya yang lain: “Jika mereka dinasehati, janganlah kalian berbuat kerusakan, mereka mengaku kami melakukan perbaikan (reformasi), tidak.., ketahuilah mereka orang-orang merusak, tetapi mereka tidak merasa” (QS. al-Baqoroh: 11).
Hanya orang yang berhati bersih dan bertutur kata mulia yang tidak akan terpedaya dengan ujian kedudukan dan jabatan. Angan-angan kosong (fancy) dan pujian merupakan dua penyakit yang biasanya menyerang orang yang mempunyai kedudukan di masyarakatnya, khususnya para pejabat dan pemimpin.
Jika orang suka berangan-angan kosong dan menyukai pujian orang lain, dengan mudah ia akan ‘cinta dunia’, merasa seakan ia hidup kekal di dunia, lupa kehidupan hakiki di akhirat kelak. Saat orang itu ‘berpeluang’, maka ia cenderung berbuat sewenang-wenang, tanpa peduli kemaslahatan orang banyak, yang ia pikirkan dirinya, keluarganya dan kroni-kroninya. Akhirnya bersaranglah penyakit kronis “KKN” (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme). Obatnya adalah taubat dan segera kembali kepada agama yang mengajarkan iman dan takwa. Wallahu A’lam Bish-showab.
Dr. M. Idris Abdul Shamad, MA
http://www.ikadi.org/ibrah/keteladanan-pemimpin-1236067548.htm
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar