1. Istighfar
dan taubat
Nabi Nuh ‘alaihis salam
berkata: “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha
Pengampun—Niscaya Dia akan mengirimkan hujan lebat kepadamu, membanyakkan harta
dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun serta mengadakan (pula di
dalamnya) sungai-sungai untukmu.”
(QS.
Nuh: 10-11)
Ibnu Abbas berkata tentang tafsir ayat diatas
“Jika kalian mau bertaubat kepada Allah dan
mena’ati-Nya, maka Alllah akan memperbanyak rezeki, menurunkan hujan dari
langit karena ia (langit) diberkahi dan menumbuhkan tanaman-tanaman karena bumi
diberkahi”.
2. Takwa (menjalankan
perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya).
Allah berfirman: “Barang
siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar
(solusi)—Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.”
(QS. Ath Thalaq: 2).
Sehingga, secara umum taqwa adalah salah satu pintu rezeki, sebaliknya maksiat adalah salah satu sebab terhalangnya rezeki.
Sehingga, secara umum taqwa adalah salah satu pintu rezeki, sebaliknya maksiat adalah salah satu sebab terhalangnya rezeki.
3. Tawakkal
kepada Allah.
Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:
“Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.”
(QS. Ath Thalaq: 3)
Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kalau sekiranya kamu bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, tentu kamu akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki, berangkat pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore dalam keadaan kenyang.”
Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:
“Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.”
(QS. Ath Thalaq: 3)
Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kalau sekiranya kamu bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, tentu kamu akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki, berangkat pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore dalam keadaan kenyang.”
(HR. Tirmidzi, ia
mengatakan, “Hadits hasan shahih.”)
Perlu diketahui bahwa Tawakkal itu tidaklah
seperti yang dipahami oleh orang-orang yang jahil (tidak mengerti) terhadap
Islam, yang mengartikan tawakkal adalah membuang jauh-jauh sebab dan
tidak beramal serta ridha dan rela terhadap kerendahan. Bahkan tidak demikian.
Tawakkal adalah sebuah ketaatan kepada Allah dengan menjalankan sebab.
Tawakkal adalah sebuah ketaatan kepada Allah dengan menjalankan sebab.
Oleh karena itu, seseorang tidaklah berharap
untuk memperoleh sesuatu kecuali menjalankan sebab-sebabnya. Adapun tercapai
atau tidaknya dia serahkan kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala sambil berharap
semoga yang dicita-citakannya tercapai, karena hanya Dia-lah yang mampu mendatangkan
hasilnya. Betapa banyak orang yang menjalankan sebab, namun ternyata tidak
memperoleh hasil apa-apa.
4. Menyempatkan diri untuk
beribadah
Misalnya mengerjakan amalan sunat setelah amalan yang wajib. Baik yang berupa ibadah lisan seperti dzikr, membaca Al Qur’an dan mengajarkannya, dsb. maupun yang berupa perbuatan seperti shalat-shalat sunah dsb.
Misalnya mengerjakan amalan sunat setelah amalan yang wajib. Baik yang berupa ibadah lisan seperti dzikr, membaca Al Qur’an dan mengajarkannya, dsb. maupun yang berupa perbuatan seperti shalat-shalat sunah dsb.
Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: Tuhanmu berfirman, “Wahai anak Adam! Sempatkanlah beribadah
kepada-Ku, niscaya Aku akan penuhi hatimu dengan rasa cukup dan Aku akan
memenuhi tanganmu dengan rezeki. Wahai anak Adam! Janganlah menjauh dari-Ku.
Jika demikian, Aku akan memenuhi hatimu dengan kefakiran dan Aku akan memenuhi
tangan-Mu dengan kesibukan.”
(HR. Hakim, dan dishahihkan Syaikh
Al Albani dlm Shahihut Targhib wat Tarhib)
5. Berhajji dan berumrah
Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sertakanlah
hajji dengan umrah, karena keduanya menghilangkan kefakiran dan dosa-dosa.
Sebagaimana kir menghilangkan kotoran besi, emas dan perak. Haji yang mabrur
tidak ada balasannya selain surga.”
(HR. Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu
Hibban, Syaikh Al Albani menghasankannya dalam Shahihut Targhib wat Tarhib)
6. Menyambung
tali silaturrahim
Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya maka sambunglah tali silaturrahim.” (HR. Bukhari)
Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya maka sambunglah tali silaturrahim.” (HR. Bukhari)
Silaturrahim adalah
sebuah istilah untuk sikap ikhsan (berbuat baik) kepada kerabat yang memiliki
hubungan baik karena nasab (keturunan) maupun karena ash-har (perkawinan),
bersikap lemah lembut kepada mereka, memberikan kebaikan dan menghindarkan
keburukan semampunya yang menimpa mereka, serta memperhatikan keadaan mereka
baik agama maupun dunianya
7. Berinfak
Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman: “Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.”
Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman: “Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.”
(QS.
Saba’: 39)
Rasulullah
shallalllahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda: Allah berfirman,
“Berinfaklah wahai anak Adam! Niscaya Aku akan berinfak kepadamu.”(HR.
Bukhari)Juga bersabda: “Tidak ada satu hari pun, di mana seorang hamba
melalui pagi harinya kecuali dua malaikat turun, yang satu berkata, ‘Ya Allah,
berilah ganti kepada orang yang berinfak ‘, sedangkan malaikat yang satu lagi
berkata, ‘Ya Allah, timpakanlah kerugian kepada orang yang bakhil.’ ”
(Muttafaq ‘alaih)Dan bersabda: “Sedekah tidaklah mengurangi harta, dan Allah
tidaklah menambahkan hamba-Nya yang sering memaafkan kecuali kemuliaan.
Demikian juga tidaklah seseorang bertawadhu’ karena Allah, kecuali Allah akan
meninggikannya.”
(HR. Muslim)
8. Berbuat
baik kepada kaum dhu’afa’
(kaum lemah seperti kaum fakir-miskin)
Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bukankah kamu dibela dan diberi rezeki karena (berbuat ihsan) kepada kaum dhu’afa kamu.”
Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bukankah kamu dibela dan diberi rezeki karena (berbuat ihsan) kepada kaum dhu’afa kamu.”
(HR.
Bukhari)
9. Hijrah
Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman: “Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak.”
Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman: “Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak.”
(QS. An Nisaa: 100)
Hijrah secara syara’ artinya meninggalkan sesuatu yang dibenci Allah menunju hal yang dicintai Allah dan diridhai-Nya.Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Orang muslim adalah orang yang bisa menjaga lisan dan tangannya dari mengganggu muslim lainnya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah dari perbuatan yang dilarang Allah.”
(HR. Bukhari)
Termasuk
ke dalam hal ini adalah berhijrah dari negeri kafir (negeri
tempat merajalelanya kesyirkkan atau syi’ar-syi’ar kekufuran) dan dirinya tidak
mampu menjalankan ajaran-ajaran Islam di sana, menuju negeri Islam (negeri di
mana syi’ar Islam nampak seperti azan, shalat berjama’ah, shalat Jum’at dan
shalat hari raya). Kecuali jika ia tidak mampu berhijrah atau ia berniat dakwah
di sana, maka tidak mengapa tinggal di negeri kafir.
10. Bersyukur
terhadap nikmat Allah
Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:”Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih“.
Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:”Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih“.
(QS. Ibrahim: 7)
Bersyukur kepada Allah adalah dengan mengakui nikmat yang didapatkan berasal dari-Nya, memuji-Nya dan menggunakan nikmat itu untuk ketaatan kepada-Nya.
Sumber :
Penulis: Marwan Hadidi (di edit seperlunya)
Penulis: Marwan Hadidi (di edit seperlunya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar