Rabu, 26 September 2012

Surat Al-Ashr




Surah Al Ashr adalah surat yg sangat dlm dan luas isi kandungannya. Bahkan menurut ahli tafsir Muhammad ‘Abduh, bhw seandainya hanya surat Al-Ashr ini saja yg diturunkan, maka sudah bisa mencakup seluruh kandungan Al-Quran.
Al-Ashri, demikian bunyi ayat pertama dari surah al-Ashr.
Allah bersumpah dgn masa, karena masa itu adalah sesuatu yg sangat penting. Masa itu terus berjalan. Masa tidak pernah berhenti, walaupun sesaat. Masa terus berputar dgn cepat. Masa tidak dapat kita kejar. Jangankan masa 5 atau 10 tahun yg lalu, sedetikpun waktu yg baru lewat tidak dapat kita kejar. Karena itu, kita harus bisa mempergunakan masa dgn sebaik-baiknya. Kalau tidak, kita akan menjadi orang yg merugi.
Dlm ayat selanjutnya, Allah SWT menegaskan bhw semua manusia pada hakekatnya merugi (la fii khusriri). Yg tidak merugi hanya orang2 yg melakukan empat hal.
1.    Aamanuu, yg beriman (beriman kpd Allah, malaikat, kitab2, rasul2, hari akhir, dan takdir dan ketentuanAllah).
2.   Wa ‘amilushshaalihaati, yg beramal shaleh baik sifatnya vertikal maupun horizontal, baik amal2 mahdhah (ritual) maupun amal2 sosial.
3.   Wa tawaashau bil haqqi, saling menasehati kpd kebenaran dgn cara yg benar.
4.   Wa tawashau bishshabri, saling memberi nasehat utk bersikap sabar dgn cara sabar.

Merugi yg dimaksud mencakup arti yg sangat luas, kerugian di dunia dan kerugian di akhirat. Di dunia, hidupnya tidak pernah tentram, walaupun segala keperluannya terpenuhi, dan di akhirat akan menerima azab yg maha dahsyat.

Orang yg beriman tidak akan merugi, sebab ia mempunyai tali utk bergantung, rumah tempat berteduh, dan tempat utk berlindung, yaitu Allah SWT. Orang yg tidak beriman kpd Allah, sama dgn orang yg tidak mempunyai tempat utk berlindung.
Iman harus diikuti dgn amal sholeh. Iman letaknya di dlm hati, harus ditampakkan dgn amal shaleh. Orang yg mengaku beriman, tetapi amal/ tingkah lakunya tidak shaleh, maka belum termasuk orang yg beriman dlm konteks surat Al- Ashr.
Selanjutnya, mereka yg beriman dan beramal shaleh, haruslah saling memberi nasehat, wasiat kpd kebenaran (haq) dgn cara yg benar (ma ‘ruf), dan saling memberi nasehat, wasiat utk senantiasa menjadi orang yg sabar dan dgn cara2 yg sabar pula, tidak gegabah dan emosional.
Semua manusia makhluk Allah SWT, sangat berpotensi berbuat khilaf, siapa pun dia. Nah, mereka yg mau terbuka menerima masukan orang lain, akan terbebas dari belenggu kerugian, karena masukan tsb telah membuat dirinya tidak ber-larut2 dlm kekeliruan yg tidak diketahuinya sebelumnya.


Sumber : Buletin Mimbar Jum’at No. 8 Th. XXIII – 20 Februari 2009


Tidak ada komentar:

Posting Komentar