Surah Al Ashr
adalah surat yg sangat dlm dan luas isi kandungannya. Bahkan menurut ahli
tafsir Muhammad ‘Abduh, bhw seandainya hanya surat Al-Ashr ini saja yg diturunkan,
maka sudah bisa mencakup seluruh kandungan Al-Quran.
Al-Ashri, demikian
bunyi ayat pertama dari surah al-Ashr.
Allah bersumpah dgn
masa, karena masa itu adalah sesuatu yg sangat penting. Masa itu terus
berjalan. Masa tidak pernah berhenti, walaupun sesaat. Masa terus berputar dgn cepat.
Masa tidak dapat kita kejar. Jangankan masa 5 atau 10 tahun yg lalu, sedetikpun
waktu yg baru lewat tidak dapat kita kejar. Karena itu, kita harus bisa
mempergunakan masa dgn sebaik-baiknya. Kalau tidak, kita akan menjadi orang yg merugi.
Dlm ayat
selanjutnya, Allah SWT menegaskan bhw semua manusia pada hakekatnya merugi (la
fii khusriri). Yg tidak merugi hanya orang2 yg melakukan empat hal.
1.
Aamanuu, yg beriman (beriman kpd Allah,
malaikat, kitab2, rasul2, hari akhir, dan takdir dan ketentuanAllah).
2.
Wa ‘amilushshaalihaati, yg beramal shaleh baik sifatnya
vertikal maupun horizontal, baik amal2 mahdhah (ritual) maupun amal2 sosial.
3.
Wa tawaashau bil haqqi, saling menasehati kpd kebenaran dgn
cara yg benar.
4.
Wa tawashau bishshabri, saling memberi nasehat utk bersikap
sabar dgn cara sabar.
Merugi yg dimaksud
mencakup arti yg sangat luas, kerugian di dunia dan kerugian di akhirat. Di
dunia, hidupnya tidak pernah tentram, walaupun segala keperluannya terpenuhi,
dan di akhirat akan menerima azab yg maha dahsyat.
Orang yg beriman tidak
akan merugi, sebab ia mempunyai tali utk bergantung, rumah tempat berteduh, dan
tempat utk berlindung, yaitu Allah SWT. Orang yg tidak beriman kpd Allah, sama dgn
orang yg tidak mempunyai tempat utk berlindung.
Iman harus diikuti dgn
amal sholeh. Iman letaknya di dlm hati, harus ditampakkan dgn amal shaleh.
Orang yg mengaku beriman, tetapi amal/ tingkah lakunya tidak shaleh, maka belum
termasuk orang yg beriman dlm konteks surat Al- Ashr.
Selanjutnya, mereka
yg beriman dan beramal shaleh, haruslah saling memberi nasehat, wasiat kpd kebenaran
(haq) dgn cara yg benar (ma ‘ruf), dan saling memberi nasehat, wasiat utk senantiasa
menjadi orang yg sabar dan dgn cara2 yg sabar pula, tidak gegabah dan
emosional.
Semua manusia
makhluk Allah SWT, sangat berpotensi berbuat khilaf, siapa pun dia. Nah, mereka
yg mau terbuka menerima masukan orang lain, akan terbebas dari belenggu kerugian,
karena masukan tsb telah membuat dirinya tidak ber-larut2 dlm kekeliruan yg tidak
diketahuinya sebelumnya.
Sumber : Buletin Mimbar Jum’at No. 8 Th. XXIII – 20 Februari
2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar