Minggu, 16 September 2012

Nikmat Kesempatan Hidup Masih Tersedia


Orang-orang yang malas mengelola kesempatan, selalu bersembunyi di balik tawakal. “Nggak perlu persiapan, tawakal ajalah,” begitulah mungkin kilah mereka.

Saat itulah, orang-orang yang meyakini hal itu sedang terjebak dalam kebodohannya sendiri. Islam tidak pernah memposisikan tawakal sebagai legitimasi kemalasan.

Siapakah hamba Allah yang paling tawakal selain Rasulullah saw.

Beliau bersusah payah mencari penghasilan sebelum memasuki gerbang pernikahan. Beliau menanam Mush’ab bin Umair di Madinah sebelum kaum muslimin Mekah hijrah ke sana. Beliau memerintahkan para sahabat untuk berlatih kemiliteran sebelum memasuki arena peperangan.

Sekecil apa pun perencanaan, setidaknya, ia akan menjadikan seseorang siap menghadapi rumitnya hari esok. Karena kumpulan hari-hari esok tak lain adalah ladang ujian. Semakin banyak hari esok yang kita lalui, akan banyak dan meningkat pula ujian yang akan kita hadapi.

Hidup bagaikan meniti anak tangga. Semakin banyak anak tangga yang kita lalui, semakin berat beban yang kita bawa, dan semakin besar risiko jatuh. Dengan begitu, semakin jauh hari esok yang kita rencanakan, semakin matang perhitungan-perhitungan yang mesti kita siapkan.

Penyesalan selalu datang kemudian. la bisa menghapus segala nikmat kesempatan yang telah berlalu. Dan rasanya begitu menyakitkan. Jika penyesalan tak segera berubah perencanaan, maka penyesalan akan selalu muncul di hari esok. Tak ada kata terlambat buat melawan penyesalan selama nikmat kesempatan hidup masih tersedia.

Seorang mukmin tak patut merundung penyesalan yang berkepanjangan. la harus bangkit, siap menyongsong kasih sayang Allah selanjutnya.

Inilah ucapan Nabi Ya’qub kepada anak-anaknya yang diabadikan Al-Quran dalam Surah Yusuf ayat 87.

“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.”


Rabbanaa ‘alaika tawakkalnaa wa ilaika anabnaa wa ilaikal masiiru” (Q.S. al-Mumtahanah [60]: 4)

Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkau kami bertawakal dan hanya kepada Engkau kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali.” 


Allaahumma innii a’uuzubika min zawaali ni’matika wa tahawwuli ‘aafiyatika wa fujaa ‘ati niqmatika wa jamii’i sakhatika” (H.R. Muslim)

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari lenyapnya kenikmatan dari-Mu, berubahnya (hilangnya) kesejahteraan dari-Mu, siksa-Mu yang datang dengan tiba-tiba, dan dari segala kebencian-Mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar