Rabu, 03 Maret 2010

Menelusuri Eksotika Kota Alexandria


Kesohoran Mesir akan arkeologi dan aset-aset bersejarahnya, terus saja mengundang perhatian pelancong mancanegera dan lokal untuk terjun langsung menelusuri bukti-bukti peradaban itu. Mulai dari ceceran imprerium Persia, Romawi, Islam dan modern saat ini dapat ditemukan di negeri Fir`aun ini.

Jika Anda seorang arkeolog, ilmuwan, sastrawan, ahli medis atau spiritual, maka Mesir merupakan salah satu solusi guna mengoptimalkan spesialisasi yang tengah Anda geluti tersebut. Namun, jika Anda seorang pelancong atau pengemar pariwisata, negeri Kinanah itu juga sangat pas untuk Anda jadikan pilihan untuk berpetualang ria. Mulai dari Piramid, Sping, Mumi Fir`aun, makam para nabi dan ulama, masjid-masjid berumur ribuan serta berbagai aksesories peradaban lainnya akan semakin melengkapi perjalanan Anda ke Delta Nill itu.

Itu barangkali sekelumit prolog yang menarik menurut penulis mengawali tulisan ini. Rangkaian gerbong kalimat ini, akan mencoba membawa rasio Anda terbang sejenak ke sebuah kota yang terletak di ujung utara negeri Seribu Menara. Kota tersebut bernama Alexandria, atau orang Mesir kerap menamainya Iskadariah.

Kawasan di tepian pantai itu pertama kali dibangun oleh Alexnder The great (Iskandar Zulkarnain) dari Imperium Romawi pada 332 SM, dan sempai sekarang kawasan itu dihuni oleh sekitar 3.341.000 orang lebih. Arsitek sangat berjasa merenovasi kota tua ini adalah Denokrates dari Yunani. Atas kemegahannya jugalah, Alexandria dijadikan ibukota Mesir selama 1000 tahun. Sejak itulah kota ini terus mengalami masa-masa keemasannya, tidak ayal kalau banyak sekali aset-aset kebudayaan kuno nangkring di situ.

Selain keindahan pantai Alexandria dan kepadatan aktivitasnya, Anda juga dapat berkunjung ke Montazah Garden. Di taman seluas 115 yard itu, pengunjung juga dapat dengan plongnya menyaksikan lengkungan pantai utara benua Afrika yang sangat menakjubkan itu. Tidak hanya eksotika pantai, di taman yang dikelilingi oleh tembok yang membentang dari timur, barat, selatan serta pantai utara itu, Anda juga dapat singgah dan bercengkrama di istana bernama Salamlek dan Haramlek. Bangunan tersebut merupakan peninggalan Raja Fuad yang dirampungkan pada tahun 1932 M. Sepoian angin di Montazah Park itu kerap menjadi magnet bagi pelancong mancanegara dan pribumi tiap kali mampir ke kota Alexandria.

Disamping wisata alamnya, Anda juga dapat berpetualangan menelusuri gunungan buku di lorong-lorong perpustakaan terbesar di dunia yang berdiri di sentral kota itu. Merujuk ke lembaran sejarahnya, perpustakaan Alexandria pertama kali dibangun oleh Ptolemi I pada tahun 323 SM. Lantaran kecintaian sang panglima militer itu terhadap ilmu, ia pun terus mengumpulkan berbagai buku dari disiplin ilmu. Karena keuletannya itu juga beliau sempat digelari si soter. Akhirnya sampai ke Ptolemi III kurang lebih 700.000 buku dan manuskrip tersimpan di perpustakaan itu.

Namun, perjalanan aset keilmuan itu malah mendapatkan tanjakan pada tahun 48 SM, akibat serangan yang dilancarkan Julius Caesar ke kota Alexandria. Sejarah mencatat tidak lebih dari 400.000 buku ludes dilahap Si Jago Merah saat itu. Insiden itu menjadi luka yang amat mandalam di kalangan di pecinta ilmu saat itu. Tidak lama berselang pasca kejadian itu, akhirnya Caesar pun meminta maaf kepada pemerintahan Mesir. Guna menebus kesalahan itu ia pun menghadiahkan sekitar 200.000 buku kepada Ratu Mesir, Cleopatra. Konon sejak itu asmara dan falling in love antara Cleopatra dan Caesar mulai bersemai.

Sejak pemberangusan tersebut, Perpustakaan yang pernah menjadi ikon utama bagi para ilmuan dunia itu, mulai meredup dan tidak terurus lagi. Singkatnya Pada tahun 1990, atas inisiatif Pemerintahan Mesir dan UNESCO berniat kembali mengeksiskan lokasi pelajar tersebut. Konon katanya ketika itu, Suzane Mubarak, istri sang presiden sampai menjadi presentator di berbagai negara di Eropa, guna mengalang dana perenovasian perpustakaan itu.

Sejak Oktober 2002 Pemerintah Mesir membuka kembali perpustakaan tertua di dunia itu untuk umum. Sekarang perpustakaan Alexandria telah menyimpan jutaan buku dari pelbagai disiplin ilmu. Ruangannya juga dilengkapi 500 komputer yang dapat mengakses semua buku secara digital dan kapasitasnya juga dapat menampung sekitar 1.700 orang.

Setelah memuaskan selera baca di perpustakaan itu, perjalanan Anda juga akan semakin lengkap dengan singgah ke Qait Bay. Qait Bay Citadel adalah sebuah benteng kecil yang menjorok ke arah laut, dan didirikan di atas reruntuhan mercu suar Pharos. Saat itu, mercu suar ini mempunyai tinggi 125 meter serta 300 kamar bawah tanah yang diperuntukkan bagi para pekerja. Namun sekarang, yang tersisa dari mercu suar ini hanya bisa kita lihat di bagian pondasi benteng Qait Bay. Persisnya bangunan yang dipelopori al-Ashraf Saif al-Din Qait Bay pada tahun 1479 M itu berada di utara perpustakaan Alexandria.

Tidak hanya objek keduniaan, tour Anda juga semakin syahdu jika disempatkan menyingahi masjid dan makam Nabi Daniel As. Begitu juga Masjid al-Abbas Al-Mursi yang memiliki empat kubah menjulang ke angkasa, dan sekarang telah menjadi corong tertinggi di kota Alexandria.

Jika telah sampai di Mesir dengan meronggoh kocek sekitar 50-60 pound Mesir, Anda dapat menjajaki kemegahan dan menyaksikan kesibukkan kota Alexandria dari dekat. (Owen Putra)

http://travel.kompas.com/read/2010/03/01/22332073/Menelusuri.Eksotika.Kota.Alexandria

Tidak ada komentar:

Posting Komentar