Mengingkari Seorang Rasul Berarti Mengingkari Semua Rasul
Iman kepada semua rasul yang diutus oleh Allah swt adalah kewajiban yang tidak dapat ditawar-tawar. Artinya bahwa mengingkari seorang rasul saja merupakan pengingkaran kepada semua rasul. Allah swt berfirman:
كَذَّبَتْ قَومُ نُوْحٍ الْمُرْسَلِيْنَ
“Kaum Nuh telah mendustakan para rasul.” (As-Syu’ara (26): 105)
كَذَّبَتْ عَادٌ الْمُرْسَلِيْنَ
“Kaum ‘Aad telah mendustakan para rasul.” (As-Syu’ara (26): 123).
كَذَّبَتْ قَوْمُ لُوْطٍ الْمُرْسَلِيْنَ
“Kaum Luth telah mendustakan rasul-rasul.” (As-Syu’ara (26): 160).
Sudah sama-sama kita ketahui bahwa ummat Nabi Nuh as hanya memiliki seorang Nabi yaitu Nabi Nuh as, namun pembangkangan mereka kepada Nabi Nuh as dianggap oleh Allah swt sebagai pendustaan terhadap semua rasul alaihimussalam. Begitu pula kaum ‘Aad yang mendustakan Nabi Hud as dianggap mendustakan semua rasul as, dan ummat Nabi Luth hanya mendustakan Nabi Luth tapi dinyatakan oleh Allah bahwa mereka telah mendustakan seluruh rasul alaihimussalam.
Mengapa?
1. Karena semua rasul adalah pembawa risalah dan ajaran yang satu yaitu risalah tauhid (pengesaan terhadap Allah swt dan larangan menyekutukan-Nya dengan apapun atau siapapun).
2. Juga karena rasul yang diutus lebih awal memberikan kabar gembira akan datangnya rasul sesudahnya, sedangkan rasul yang diutus belakangan selalu membenarkan apa yang disampaikan rasul sebelumnya.
Sehingga pengingkaran kepada seorang rasul saja berarti pengingkaran kepada semua rasul alaihimussalam.
Kekafiran Orang Yang Mengingkari Seorang Rasul dan Ancaman Azab Baginya
Dengan demikian maka orang yang mengaku beriman kepada rasul namun mengingkari atau mendustakan rasul yang lain berarti:
1. Mendustakan Allah swt yang telah mengutus rasul yang diingkarinya.
2. Mendustakan rasul yang ia imani sendiri, karena rasul tersebut membawa misi yang sama dengan rasul yang didustakan, dan karena rasul tersebut membenarkan rasul yang didustakan atau memberi kabar gembira akan kedatangannya.
Allah swt berfirman tentang Nabi Isa as:
وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ
Dan (ingatlah) ketika Isa Ibnu Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” Maka tatkala Rasul itu (Muhammad) datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata.” (As-Shaf (61): 6).
Nabi Isa alaihissalam sendiri menolak apa yang diyakini oleh orang-orang Nasrani yang menuhankan dirinya:
وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ. مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلَّا مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua Tuhan selain Allah?”. Isa menjawab: “Maha suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha mengetahui perkara yang ghaib-ghaib”. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: “Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu”, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan Aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. (Al-Maidah (5): 116-117).
Tentang vonis kafir terhadap mereka yang mengaku beriman kepada sebagian rasul saja Allah swt berfirman:
إِنَّ الَّذِيْنَ يَكْفُرُوْنَ بِاللهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيْدُوْنَ أَن يُّفَرِّقُوْا بَيْنَ اللهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُوْلُوْنَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَّنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَّيُرِيْدُوْنَ أَن يَّتَّخِذُوْا بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيْلاً أُولئِكَ هُمُ الْكَافِرُوْنَ حَقّاً وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: “Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)”, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan. (An-Nisa (4): 150-151).
Ada tiga kelompok manusia terkait iman kepada para rasul:
Pertama, mereka yang beriman kepada Allah swt dan semua rasul yang diutus oleh-Nya. Merekalah orang-orang yang diakui keimanannya oleh Allah swt.
Kedua, mereka yang mengingkari Allah dan semua rasul utusan Allah. Mereka adalah orang-orang kafir yang atheis yang hanya mempercayai materi dan kehidupan di dunia saja.
Ketiga, mereka yang mengaku beriman kepada Allah dan mengaku beriman kepada sebagian rasul-rasul Allah swt namun mengingkari rasul tertentu yang diutus oleh Allah swt, seperti orang-orang Yahudi yang mengingkari kerasulan Isa dan Muhammad alaihimassalam dan orang-orang Nasrani yang mengingkari kerasulan Muhammad saw. Mereka merasa dengan bersikap demikian telah mengambil jalan tengah antara iman dan kafir dan jalan tengah ini dapat menyelamatkan mereka dari azab Allah swt. Padahal harapan mereka hanyalah angan-angan belaka, karena Allah dengan tegas memvonis mereka dengan kekafiran yang sebenar-benarnya.
Perintah Allah kepada Ummat Islam untuk Mengumumkan Keimanan Mereka yang Menyeluruh Kepada Semua Nabi dan Rasul
dakwatuna.com – Ummat Islam adalah satu-satunya ummat yang diakui keimanan mereka oleh Allah swt karena ummat Rasulullah saw ini beriman kepada semua Nabi dan Rasul alaihimussalam. Keimanan mereka yang benar dan lurus ini diperintahkan oleh Allah swt untuk dideklarasikan kepada seluruh ummat manusia dalam bentuk dakwah islamiyah yang menjadi rahmat bagi alam semesta.
قُولُوا آَمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
Katakanlah (hai orang-orang mukmin): “Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”. (Al-Baqarah (2): 136)
Dan Allah menegaskan bahwa orang yang mendapat petunjuk adalah orang yang beriman seperti keimanan ummat Islam yakni beriman kepada Nabi Muhammad dan seluruh nabi dan rasul yang diutus oleh Allah swt :
فَإِنْ آَمَنُوا بِمِثْلِ مَا آَمَنْتُمْ بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوْا
Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu (ummat Islam) telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk. (Al-Baqarah (2): 137).
Sebaliknya, jika ada orang yang berpaling dari iman seperti keimanan ummat Islam maka ia telah menyimpang dari jalan yang lurus.
وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا هُمْ فِي شِقَاقٍ فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللَّهُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-Baqarah (2): 137).
Pujian Allah swt kepada Nabi Muhammad dan Ummatnya Karena Beriman dengan Seluruh Nabi dan Rasul
Keimanan ummat Islam kepada seluruh Nabi dan Rasul dipuji oleh Allah swt dengan firman-Nya:
آَمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آَمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat.” (Mereka berdoa): “Ampunilah Kami Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.” (Al-Baqarah (2): 285).
Balasan yang Besar dan Ampunan Allah bagi Orang yang Beriman dengan Seluruh Nabi dan Rasul
وَالَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَلَمْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ أُولَئِكَ سَوْفَ يُؤْتِيهِمْ أُجُورَهُمْ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Orang-orang yang beriman kepada Allah dan para rasul-Nya dan tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, kelak Allah akan memberikan kepada mereka pahalanya. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
http://www.dakwatuna.com/2010/kewajiban-beriman-kepada-semua-rasul-bagian-ke-1/
http://www.dakwatuna.com/2010/kewajiban-beriman-kepada-semua-rasul-bagian-ke-2/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar