Saat mencermati fase
hidup manusia, kita tidak bisa terus berada di satu fase. Ya, fase demi fase
tentu mau tidak mau akan ditempuh. Mulai dari fase kanak-kanak penuh keceriaan
dan semangat belajar, fase dewasa yang menuntut kita untuk produktif dan
tanggung jawab, dan fase orang tua dimana kita mungkin sudah tidak bisa bekerja
lagi seperti saat fase dewasa.
Dari tiap fase, ada tuntutan untuk mempersiapkan diri sebelum menginjak fase berikutnya. Misalnya, saat sudah tua, tubuh sudah tidak sekuat dulu saat masih muda. Tubuh menjadi lebih mudah lelah. Sehingga, untuk bekerja pun mulai mengalami gangguan. Produktifitas menurun kemudian mengakibatkan pendapatan ikut menurun. Karenanya, sebelum mencapai fase orang tua atau saat berada di fase muda atau dewasa, kita disarankan untuk mempersiapkan bekal untuk masa tua. Sehingga, masa tua kelak bisa dijalani tanpa kekhawatiran keuangan.
Dari tiap fase, ada tuntutan untuk mempersiapkan diri sebelum menginjak fase berikutnya. Misalnya, saat sudah tua, tubuh sudah tidak sekuat dulu saat masih muda. Tubuh menjadi lebih mudah lelah. Sehingga, untuk bekerja pun mulai mengalami gangguan. Produktifitas menurun kemudian mengakibatkan pendapatan ikut menurun. Karenanya, sebelum mencapai fase orang tua atau saat berada di fase muda atau dewasa, kita disarankan untuk mempersiapkan bekal untuk masa tua. Sehingga, masa tua kelak bisa dijalani tanpa kekhawatiran keuangan.
Masa Muda, Masa
Bekerja
Ada di masa muda atau
dewasa menjadikan kita harus lebih produktif. Karena dimasa ini, kita memiliki
ketrampilan terlatih. Fisik masih kuat untuk melakukan rutinitas, dan tubuh
lebih kebal sehingga jarang terserang penyakit. Sehingga, di fase ini kita bisa
saja bekerja sekeras apapun serta mengumpulkan pendapatan sebanyak apapun.
Pekerjaan dan pendapatan yang besar itupun tidak bisa didapatkan kalau kita
tidak terdidik dan terlatih. Di fase sebelumnya, yaitu fase kanak-kanak itulah
kita mendapatkan pendidikan. Kita disekolahkan dan kita diajarkan untuk
terampil. Lantas, bagaimana kita bersikap di fase dewasa agar fase tua kita
lebih baik?
Di fase muda atau dewasa, manusia bisa bekerja setiap hari. Siang dan malam kita tak henti membanting tulang. Tujuannya satu, demi mendapatkan uang yang berlimpah. Mendapatkan pendapatan yang jumlahnya harus bertambah setiap harinya. Tapi ketika usia menua, kita sudah tidak bisa membanting tulang setiap hari. Fisik sudah rapuh dan mudah cepat lelah. Dan ini akan berakibat pada pendapatan menurun dan terus menurun. Karenanya, mumpung masih muda dan masih bisa mengumpulkan banyak uang, alangkah baiknya jika menyisihkan sebagian hasil dari banting tulang tersebut untuk dinikmati di hari tua kelak.
Menabung Pangkal
Kaya? Belum Tentu...
Caranya bisa dengan
menabung. Kita buka rekening tabungan atau deposito di bank, kemudian sedikit
demi sedikit penghasilan bulanan dimasukkan ke rekening tabungan tersebut. Jika
anda takut uang anda habis dimakan biaya administrasi bank, ada solusinya,
yaitu pilih aja rekening yang bebas administrasi. Uang anda akan tetap aman
bahkan tiap bulannya akan bertambah karena penghasilan bunga, meskipun bunganya
berjumlah sedikit, tapi yang penting bertambah. Namun tabungan itu masih bisa
digerogoti inflasi. Nah, jika anda takut uang di tabungan habis karena dimakan
inflasi, solusinya jangan taruh uang anda di rekening tabungan. Taruhlah uang
anda di salah satu instrumen investasi.
Maksud uang habis karena dimakan inflasi itu begini. Jika saat ini usia anda 25 tahun dan punya uang 25 juta yang ditabungkan, dengan uang itu anda bisa berangkat umroh. Tapi saat usia anda 50 tahun, uang 25 juta yang ditabungkan tadi belum tentu bisa memberangkatkan umroh. Karena, bisa saja biaya umroh 25 tahun yang akan datang sudah naik 2 kali lipat, 3 kali lipat atau bahkan sudah naik 4 kali lipat. Uang 25 juta saat ini, belum tentu nilainya sama dengan uang 25 juta 25 tahun kemudian. Dan jika anda takut seperti itu, maka investasi bisa jadi solusinya.
Investasi bisa diartikan kita membeli salah satu instrumen investasi dan mengharapkan adanya keuntungan dimasa yang akan datang. Instrumen investasi bisa dalam bentuk logam mulia atau emas 24 karat, tanah atau properti, obligasi atau surat hutang (bond), atau ekuitas (investasi saham). Dari masing–masing instrumen investasi tersebut, tentunya memiliki sisi keuntungan dan kerugian berbeda-beda.
Investasi Saham
Strategi Terbaik
Obligasi atau surat
hutang memiliki risiko yang minim. Asal perusahaan penerbit obligasi tidak
bangkrut atau gagal bayar, maka membeli obligasi nyaris tidak ada ruginya.
Karena risiko minim, tingkat keuntungannya pun minim, yaitu prosentasenya hanya
sedikit lebih tinggi dari suku bunga acuan Bank Indonesia.
Lain halnya dengan properti atau tanah. Karena kebutuhan lahan untuk pemukiman semakin banyak, sedangkan luas tanah yang bisa dimanfaatkan semakin sempit, maka harga properti atau tanah makin lama makin naik. Bisa saja uang 25 juta tadi dibelikan tanah seluas 1 Ha. 25 tahun kemudian, tanah tersebut dijual. Bukan tidak mungkin tanah tersebut bisa terjual 2 kali lipat, 3 kali lipat, 4 kali lipat atau berlipat–lipat. Namun, investasi properti atau tanah bukanlah investasi yang likuid. Artinya, jika kelak kita butuh dana dadakan, kita tidak bisa menjual properti atau tanah tersebut secepat kita menjual kacang. Butuh pembeli pada harga tertentu, dan biasanya untuk menemukan pembeli tersebut memakan waktu lama. Inilah positif dan negatifnya kalau kita berinvestasi di properti atau tanah.
Nah kalau investasi saham atau ekuitas, asalkan memilih saham likuid seperti saham dalam daftar saham LQ45, maka ketika butuh dana secepatnya dan saat itu pasar modal sedang terbuka (open), maka saat itu juga kita bisa jual saham yang dimiliki. Soal keuntungan, tergantung kondisi ekonomi, investasi saham bisa saja memberikan keuntungan yang lebih besar daripada investasi properti atau tanah.
Misalnya saja di awal tahun 2014 ini kita menaruh investasi saham PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk (Kode saham AISA). Awal tahun, kita cukup mengeluarkan uang Rp 143.000,- saja untuk mendapatkan 1 lot atau 100 lembar saham AISA. Karena pada awal tahun 2014, harga saham AISA di level Rp 1.430,- per lembarnya. Kalau saham AISA dijual sekarang, umpamakan bisa menjualnya pada harga Rp 2.465, maka total dana yang didapatkan sebesar Rp. 246.500,-. Atau, selama Januari hingga Mei, investasi kita di saham AISA menghasilkan keuntungan 72%.
Namun untuk meraih keuntungan menggiurkan, kita perlu hati-hati akan risiko investasi saham. Misalnya, awal tahun kita menginvestasikan dana di saham PT Cipaganti Cipta Graha, Tbk (Kode saham CPGT). Saat itu harga per lembar sahamnya di harga Rp 270,-, maka cukup dengan uang Rp 27.000,- sudah bisa mendapatkan satu lot saham CPGT. Jika sekarang kita butuh dana dan akan menjual saham CPGT, maka bisa menjualnya di harga Rp 123,-, atau akan mendapatkan dana Rp 12.300,-, yang berarti rugi 54%.
Perlu disadari bahwa risiko investasi selalu ada. Risiko investasi obligasi adalah bila perusahaan penerbitnya bangkrut atau gulung tikar. Risiko investasi tanah atau properti adalah kesulitan untuk mencairkan dana yang terikat aset tersebut. Sedangkan risiko investasi saham adalah penurunan nilai saham yang mungkin terjadi karena faktor-faktor tertentu. Oleh karena itu, investasi saham perlu perhitungan yang matang.
Investasi saham menawarkan keuntungan yang menggiurkan. Namun bersamaan dengan keuntungan itu, investasi saham juga mengandung risiko investasi yang menciutkan nyali. Namun jika tahu bagaimana caranya berinvestasi saham secara cerdas, maka risiko tersebut bisa diminimalkan.
Jadi, untuk mempersiapkan fase tua yang lebih baik, tertarik investasi saham? Dan mau tau cara cerdas investasi saham strategi terbaik? Nantikan artikel kami selanjutnya.
Selamat berinvestasi.
Investasi untuk hari esok yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar