Rabu, 25 November 2009

Kepemimpinan itu seperti berenang; (Tak bisa dipelajari hanya dengan membacanya)

PERSETERUAN dan perjuangan untuk menjadi seseorang, dengan menjadi pemimpin dalam satu organisasi menjadi penyakit mewabah bagi banyak orang disekitar kita akhir-akhir ini. Panggilan ’ketua’ adalah sesuatu yang membuat bengkak kepala orang sehingga semua orang ingin mendapat sebutan itu.
Disisi lain, stephen covey mengatakan, ”A Leader is the one who climbs the tallest tree, surveys the entire situation, and yell; ’Wrong jungle!’” Stephen Covey menggambarkan bagaimana seorang pemimpin adalah seseorang yang sanggup menaiki pohon tertinggi, mengamati sekeliling dan berteriak, “ini hutan yang salah”.
Pemimpin itu bisa mengarahkan dan menjadi panutan bagi orang-orang yang dipimpinnya. Tetapi jangan salah mengira bahwa berada dipuncak pohon sama dengan berada di puncak organisasi. Kempemimpinan sesungguhnya ada disemua level organisasi.

Ketika kita berfikir bahwa pemimpin adalah orang-orang di posisi puncak, itu adalah kesalahan dan berpotensi mengesampingkan orang-orang lain didalam organisasi yang berpotensi menjadi pemimpin. Banyak orang salah memandang. Mereka berfikir menjadi pemimpin adalah menjadi seseorang yang berkuasa. Bisa mengendalikan dan bisa suka-suka. Itu keserakahan yang menyesatkan. Memimpin adalah tanggungjawab yang tiada henti, melayani dan bukan dilayani. Jika sejarah ada mencatat banyak pemimpin sukses yang dipatuhi oleh pengikutnya, itu terjadi karena sebuah proses yang panjang.
Banyak diantara kita yang ingin menjadi pemimpin untuk menciptakan perbedaan. Sayangnya terlalu banyak membuang waktu hanya untuk mempromosikan diri sendiri dan tidak memiliki cukup waktu untuk mengamati serta membangun jembatan yang menghubungkan diri dengan orang-orang. Padahal dalam konteks kepemimpinan, mendengar adalah bagian penting dan harus dikerjakan terlebih dahulu sebelum masanya seseorang di eluk-elukan.

Orang-orang harus tahu siapa diri si pemimpin dan harus tahu apa yang diperjuangkannya sebelum mereka menyetujui untuk dipimpin. Kepemimpinan adalah kesepakatan. Seseorang memimpin semestinya atas sebuah kesepakatan. Jika seorang pemimpin mengindikasikan citra diri yang tidak konsisten dan tidak menguatkan integritas, biasanya orang-orang akan menolak untuk dipimpin olehnya. Yang menarik adalah dalam beberapa kasus orang-orang menyimpan dalam-dalam rasa tidak setujunya, sehingga kempimpinan yang terjadi adalah sebuah kepalsuan. Rawan penolakan dan pembangkangan.

Rasa hormat, patuh dan segan tidaklah bisa dibeli dengan uang dan ancaman. Rasa itu tumbuh karena usaha keras dari pemimpin dalam melayani.

Memimpin


Nyawa kepemimpinan adalah hubungan antara satu orang dengan banyak orang. Seorang Lord Byron bahkan mengatakan bahwa, “Ketika kita berfikir bahwa kita memimpin, ketika itu juga sebenarnya kita sendang dipimpin”. Pemimpin sejati merasakan apa-apa saja yang mendesak dan penting. Itu menyangkut kemampuan keterlibatan diri kedalam situasi dan orang-orang yang dipimpin, bukanlah sebagai agen perubahan dari luar. Pemimpin hebat bisanya mengalir bersama perubahan, mereka bukan mengaturnya, tetapi seperti peselancar yang tidak menciptakan ombak yang mereka selancari.
Berlaku sebagai pemimpin bukan berarti dia adalah seorang pemimpin.

Saya pernah mendengar bahwa McKinsey –konsultan—ada mengumpulkan banyak jawaban dari banyak orang yang atas sebuah pertanyaan, “Apa yang membuat lingkungan pekerjaan menjadi fantastic?”. Tiga besar atas jawaban itu adalah, satu; jujur dan terbuka; kuncinya adalah rasa percaya kepada pemimpinnya. Kedua; keterlibatan dan nilai diri; seseorang harus merasa terikat dan jika mereka tidak ada, ada rasa bahwa mereka dirindukan. Lalu ketiga; ijin untuk mengambil keputusan; para responden memilih untuk tidak diberi tugas-tugas, tetapi diberi kesempatan untuk memutuskan sesuatu yang berhubungan dengan tanggungjawabnya.

Pendiri VISA –Dee Hock— memberikan tips untuk mengetahui bagaimana menjadi pemimpin ideal sebenarnya mudah-mudah saja, pertama, ingat boss-boss yang anda kenal. Lalu buat daftar hal-hal yang tidak disukai darinya. Kedua, jangan pernah kerjakan itu. Ketiga, buat daftar hal-hal yang anda sukai dari seorang pemimpin yang anda kenal. Keempat, kerjakan itu.

Pemimpin adalah orang biasa yang juga tidak sempurna. Tetapi pemimpin yang baik adalah orang-orang tangguh yang mampu melewati banyak kesulitan, kejatuhan, kegagalan dan bangkit kembali. Bagi pemimpin yang tangguh, membuat kesalahan adalah hal penting, sejauh kesalahan yang tercipta adalah selalu kesalahan yang baru.

Pemimpin Hebat

Ingat, pemimpin bukanlah manajer utama. Tetapi siapapun yang sanggup mengendalikan, dialah pemimpin. Bisa saja ia seorang supervisor, kepala bagian, atau bahkan hanya kepala regu. Pempimpin-pempin sejati ini umumnya tidak menempati posisi-posisi tertinggi didalam sebuah organisasi. Mereka sering menolak promosi tinggi karena alasan integritas. Dan pemimpin hebat bukanlah mereka yang hanya sanggup mengarahkan bawahan, tetapi juga sanggup mempengaruhi atasan.
Dalam hal mempengaruhi atasan, pemimpin hebat, bukanlah raja forum. Pemimpin hebat tidak hanya pandai cakap, presentasi di layar power-point dan berteori, tetapi pemimpin hebat itu juga harus mampu mengerjakannya. Seperti falsafah jawa, ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tutwuri handayani. Dalam situasi ini, boss pada akhirnya akan mengakui ide-ide dari pemimpin (yang secara struktural ada dibawah) setelah melihat dan merasakan perubahan yang ditawarkannya.
Pemimpin-pemimpin yang bernafsu atas posisi lebih mengejar untuk menjadikan dirinya seseorang, bukan mencapai sesuatu. Dan pemimpin yang demikian melihat potensi-potensi dibawahnya sebagai pesaing dan ancaman bagi dirinya. Begitu mereka terserang penyakit ini, mereka tidak lagi menjadi pemimpin, tetapi menjadi pemain tunggal yang ingin menonjol dengan meginjak orang-orang yang mendukungnya. Lalu pastilah pemimpin ini hanya menduduki jabatan tetapi tidak menduduki batin terdalam dari orang-orang yang mendukungnya.

Pemimpin Menciptakan Pemimpin

Yang terakhir, pemimpin hebat bukanlah mereka-mereka yang hanya mampu merekrut pengikut, tetapi mereka-mereka yang sanggup menciptakan pemimpin-pemimpin berikutnya. Pemimpin yang lupa memperkuat pengikutnya serta lupa mempersiapkan pemimpin beriktunya adalah pemimpin yang gagal. Mereka itu adalah pemimpin yang egois dan saya pikir sedikit sakit jiwa.

Pemimpin hebat, tidak pernah takut dengan potensi bawahannya. Pemimpin hebat justru memberikan kesempatan maju bagi pengikutnya. Pemimpin hebat terus berkembang meningkatkan kualitas dirinya. Kemudian mereka terus maju dan tidak pernah menghambat pertumbuhan pengkikutnya.

tulisan ini sudah diterbitkan di harian waspada di halaman ekonomi & bisnis pada tanggal 28 juli 2008.
http://www.cahyopramono.com/2008/07/kepemimpinan-itu-seperti-berenang-tak.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar