Kamis, 19 November 2009
Negeri Akhirat
Negeri akhirat diawali oleh suatu peristiwa dahsyat yang disebut dengan kiamat. Banyak ayat-ayat Al-Quran yang menggambarkan situasi alam ini saat kiamat terjadi, diantaranya di dalam surat Al-Zalzalah 1-6 yang artinya, “Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung) nya, dan manusia bertanya: - Mengapa bumi (jadi begini) ? - , pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia ke luar dan kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka“.Meyakini adanya negeri akhirat adalah salah satu dari rukun iman.
Meyakini adanya negeri akhirat dan segala proses yang terjadi didalamnya membuat seseorang mampu mengendalikan kehidupannya di dunia ini. Dengan keyakinannya tersebut pastilah dia akan hati-hati dalam menjalani hidup dan kehidupan di dunia ini, karena ia yakin bahwa segala perbuatan dan tingkah laku yang dilakukannya di dunia ini kelak pasti akan ada balasannya di sana, sebagaimana lanjutan surat Al-Zalzalah 7-8 di atas, “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah sekalipun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapayang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula“. Di negeri akhirat manusia akan menerima semua balasan dari perbuatan yang dilakukannya di dunia dengan seadil-adilnya, sedikitpun tidak dikurangi atau ditambahi.
Sebaliknya orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat, maka ia akan berbuat sesuka hatinya, menuruti hawa nafsu dan logikanya. Selama perbuatan yang dilakukannya menurut hawa nafsu dan logikanya menguntungkan bagi dirinya maka, dia akan melakukannya walau sebenarnya perbuatan itu bertentangan dengan tuntunan agama dan kelak akan menyengsarakannya di akhirat.
Sebagaimana difirmankan Allah SWT yang artinya, “Dan apabila hanya nama Allah saja yang disebut, kesallah hati orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama sembahan-sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hari“. (QS. Az-Zumar [39]: 45).
Jangankan diajak untuk berbuat baik, mendengar kata Allah saja, orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat akan merasa kesal dan jijik. Mereka akan kegirangan dan gembira jika diajak melakukan suatu perbuatan yang tidak mengingatkannya kepada Allah dan tidak ada menyebut-nyebut nama Allah.
Orang-orang seperti ini tidak akan pernah menghiraukan apa yang dilakukannya, apakah itu akan mengundang murka Allah atau merugikan orang lain, tidak akan pernah timbul rasa penyesalan/taubat di dalam dirinya karena perbuatan yang dilakukannya.
“Orang-orang yang tidak beriman kepada hari kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan mereka yakin bahwa kiamat itn adalah benar (akan terjadi). Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang-orang yang membantah tentang terjadinya kiamat itu benar-benar dalam kesesatan yang jauh“. (QS.Asy-Syura[42]:18).
“. . dan sesungguhnya hari kiamat itupastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur”. (QS. Al-Hajj [22]: 7) Untuk sampai ke negeri akhirat setiap orang harus melalui suatu fase, yaitu fase kematian. Tak seorang pun dapat menghindar dari kematian, di mana pun ia berada kematian pasti mendatanginya, dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam bentengyang tinggi lagi kokoh, ..“. (QS. An-Nisa’ [4]: 78).
“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan“. (QS. Yasiin [36]: 65).
Di dunia, dengan ilmu dan kelihaiannya berbicara, seseorang dapat berkelit dan berargumentasi dihadapan orang lain untuk menutupi kesalahan dirinya. Tetapi kelak di akhirat, sekecil apapun dosa yang dilakukan seseorang, mulutnya takkan mampu berbicara untuk membela dirinya.
Mulutnya terkunci, hanya tanganlah yang berbicara. Tangan akan membeberkan semua perbuatan yang dilakukan. Kalau di dunia tangan hanya menurut kemauan hawa nafsu, mencuri, menganiaya orang lain, menyentuh hal-hal yang haram untuk disentuhnya, di akhirat tangan akan berbicara. Sementara kakinya semasa di dunia hanya menurut ketika dilangkahkan ke tempat-tempat yang dilarang, di akhirat dia akan menjadi saksi, membenarkan apa yang diucapkan tangan.
“Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin, kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)“. (QS. At-Takatsur [102]: 5-8).
Ayat ini mengingatkan, janganlah sampai kita lupa bahwa nanti ada kehidupan lain setelah kehidupan di dunia. Hanya orang-orang yang memiliki pengetahuan dan kemudian dia yakin dengan pengetahuannya itu, yang dapat menyadari bahwa kehidupan dunia ini hanyalah sebuah fase dari perjalanan manusia untuk selanjutnya melangkah kepada fase-fase berikutnya.
Sumber : Buletin Mimbar Jum’at No. 46 Th. XXII - 14 November 2008
http://mimbarjumat.com/archives/195
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar