Senin, 16 November 2009

Memihak Rakyat



Rasulullah Saw mengatakan, pemimpin adalah khadimul qaum (pelayan bagi kaum-nya). Artinya tugas pemimpin itu memberikan pelayanan yang optimal kepada rakyat dengan memelihara segala urusan, kesejahteraan, dan kemaslahatan rakyatnya.

Rasulullah telah mengingatkan para pemimpin yang tidak amanah bahwa mereka kelak tidak akan pernah mencium wanginya surga. Rasulullah Saw bersabda, “Tidak seorang hamba pun yang diserahi oleh Allah untuk memelihara dan mengurusi kemaslahatan rakyat lalu dia tidak melingkupi rakyat dengan nasihat kecuali ia tidak akan mencium harumnya surga“. (HR. Bukhari).

Dalam riwayat yang lain Rasulullah Saw menegaskan, “Tidak seorang hamba pun yang diserahi Allah memelihara dan mengurus (kepentingan) rakyat, lalu meninggal, sementara ia menipu rakyatnya, kecuali Allah mengharamkan atas dirinya surga.” (HR. Muslim, Ahmad dan Ad-Darimi).

Bahkan, Rasulullah mendo’akan pemimpin yang menyengsarakan rakyatnya agar Allah menimpakan kesengsaraan yang sama kepada mereka. Do’a Rasulullah Saw, “Ya Allah, siapa saja yang memegang urusan umatku dan bersikap memberatkan atau menyulitkan mereka, maka balaslah dengan perlakuan yang sama. Siapa saja yang memegang urusan umatku lalu bersikap lembut kepada mereka, balaslah dengan perlakuan yang sama” (HR. Muslim).

Uraian di atas jelas menunjukkan betapa besar azab dan siksa yang akan diterima oleh para pemimpin yang diberikan amanah untuk mengurusi rakyatnya, tetapi tidak amanah dan membuat kebijakan-kebijakan yang menyengsarakan rakyat.

Kalau kita membaca do’a yang dipanjatkan oleh Rasulullah Saw, maka sesungguhnya negeri Indonesia ini adalah negeri yang mayoritas penduduknya umat-umat nabi Muhammad. Artinya, yang memimpin negeri ini adalah seseorang yang sedang memegang urusan umat Muhammad, maka hendaklah ia ingat do’a Rasulullah Saw tersebut, benar-benar memelihara dan tidak menyengsarakan umatnya jika ia tak ingin sengsara kelak.

Para pemimpin dan wakil rakyat yang diberikan amanah memimpin bangsa ini seharusnya merenungi semua apa yang Rasulullah ajarkan dalam masalah memimpin rakyat. Bahkan, sebaiknya mereka patut berguru kepada kesuksesan Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Beliau seorang pemimpin yang masih muda, tetapi dapat menyejahterakan rakyatnya dalam waktu yang relatif singkat.

Kuncinya, beliau menanamkan pemerintahan yang bersih, menghilangkan fasilitas-fasilitas yang memboroskan kas negera, menutup kebocoran anggaran, mengorbankan harta pribadinya untuk kepentingan rakyat, menegakkan hukum dengan adil dan selalu menasehati rakyatnya untuk selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

Berpihak kepada rakyat dan menjadi pelayan bagi rakyatnya itulah kira-kira nilai-nilai spirit yang melingkupi kepemimpinannya. Rakyat tidak dijadikan objek untuk meningkatkan penghasilan pribadi atau kelompok tertentu, maupun sebagai pembenaran atas kebijakan yang menyengsarakan rakyat.

Kalau kita berbicara pemimpin, maka bukanlah sebatas pemimpin negara, pemimpin-pemimpin yang berada dibawah pemimpin negera yang diangkat untuk membantunya termasuk didalam kategori pemimpin yang diberi wewenang untuk mengurusi rakyat.

Dan sesungguhnya, mereka yang berada paling bawah dalam struktur pemerintahan adalah pemimpin yang paling dekat dengan urusan rakyat sekaligus yang paling berperan untuk melaksanakan program-program yang berpihak kepada rakyat.

Misalnya, yang paling dekat adalah kepala RT dan RW serta kelurahan. Mereka adalah pemimpin yang sangat dekat sekali dengan rakyat. Keluhan-keluhan akan sulitnya birokrasi untuk mendapatkan pelayanan di kelurahan misalnya, adalah hal yang biasa terdengar bahkan sudah terkesan lumrah.

Begitu juga para pemimpin yang berada di sekolah. Hati-hati mengeluarkan kebijakan. Jangan sampai kebijakan yang dikeluarkan tidak berpihak kepada rakyat, mempersulit rakyat untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Seperti yang dikeluhkan para orang tua mengenai besarnya biaya yang harus disiapkan ketika tahun ajaran baru datang.

Para pemimpin rumah sakit. Masih terasa segar di dalam ingatan kita, tentang kasus yang terjadi di rumah sakit OMNI Internasional. Belum lagi, berita-berita lain yang sangat menyayat hati, tentang nasib para pasien yang tidak mampu melunasi tagihan biaya opname di rumah sakit, ada yang bayinya disandera, ada yang diabaikan karena tidak punya uang untuk membayar uang muka.

Menjadi pemimpin adalah suatu kehormatan, sehingga tidak sedikit orang yang menggunakan cara-cara yang melanggar aturan untuk menjadi pemimpin Padahal, menjadi pemimpin dengan cara seperti itu akan menyusahkan dirinya kelak.

Sumber : Buletin Mimbar Jum’at, No. 27 Th. XXIII - 10 Juli 2009
http://mimbarjumat.com/archives/785

Tidak ada komentar:

Posting Komentar