Minggu, 29 November 2009

Napoleon Bonaparte Seorang Muslim


Siapa yang tidak mengenal Napoleon Bonaparte, seorang Jendral dan Kaisar Prancis yang tenar kelahiran Ajaccio, Corsica 1769. Namanya terdapat dalam urutan ke-34 dari Seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah yang ditulis oleh Michael H. Hart.

Karier militer Napoleon menyuguhkan paradoks yang menarik. Kegeniusan gerakan taktiknya amat memukau, dan bila diukur dari segi itu semata, bisa jadi dia bisa dianggap seorang jendral terbesar sepanjang jaman. Sebagai seorang yang berkuasa dan berdaulat penuh terhadap negara Prancis sejak Agustus 1793, seharusnya ia merasa puas dengan segala apa yang telah diperolehnya itu. Tapi rupanya kemegahan dunia belum bisa memuaskan batinnya, agama yang dianutnya waktu itu ternyata tidak bisa membuat Napoleon Bonaparte merasa tenang dan damai.

Akhirnya pada tanggal 02 Juli 1798, 23 tahun sebelum kematiannya ditahun 1821, Napoleon Bonaparte menyatakan ke-Islamannya di hadapan dunia Internasional. Namanya berubah menjadi ‘Aly (Ali) Napoleon Bonaparte’.

Apa yang membuat Napoleon ini lebih memilih Islam daripada agama lamanya, Kristen ?

Berikut penuturannya sendiri yang pernah dimuat di majalah Genuine Islam, edisi Oktober 1936 terbitan Singapura.

"I read the Bible; Moses was an able man, the Jews are villains, cowardly and cruel. Is there anything more horrible than the story of Lot and his daughters?"

"The science which proves to us that the earth is not the centre of the celestial movements has struck a great blow at religion. Joshua stops the sun! One shall see the stars falling into the sea... I say that of all the suns and planets,..."

" Saya membaca Bible; Musa adalah orang yang cakap, sedang orang Yahudi adalah bangsat, pengecut dan jahat. Adakah sesuatu yang lebih dahsyat daripada kisah Luth beserta kedua puterinya ? " (Lihat Kejadian 19:30-38)

"Sains telah menunjukkan bukti kepada kita, bahwa bumi bukanlah pusat tata surya, dan ini merupakan pukulan hebat terhadap agama Kristen. Yosua menghentikan matahari (Yosua 10: 12-13). Orang akan melihat bintang-bintang berjatuhan kedalam laut.... saya katakan, semua matahari dan planet-planet ...."

Selanjutnya Napoleon Bonaparte berkata :

"Religions are always based on miracles, on such things than nobody listens to like Trinity. Yesus called himself the son of God and he was a descendant of David. I prefer the religion of Muhammad. It has less ridiculous things than ours; the turks also call us idolaters."


"Agama-agama itu selalu didasarkan pada hal-hal yang ajaib, seperti halnya Trinitas yang sulit dipahami. Yesus memanggil dirinya sebagai anak Tuhan, padahal ia keturunan Daud. Saya lebih meyakini agama yang dibawa oleh Muhammad. Islam terhindar jauh dari kelucuan-kelucuan ritual seperti yang terdapat di dalam agama kita (Kristen); Bangsa Turki juga menyebut kita sebagai orang-orang penyembah berhala dan dewa."

Selanjutnya :
"Surely, I have told you on different occations and I have intimated to you
by various discourses that I am a Unitarian Musselman and I glorify the prophet Muhammad and that I love the Musselmans."


"Dengan penuh kepastian saya telah mengatakan kepada anda semua pada kesempatan yang berbeda, dan saya harus memperjelas lagi kepada anda di setiap ceramah, bahwa saya adalah seorang Muslim, dan saya memuliakan nabi Muhammad serta mencintai orang-orang Islam."

Akhirnya ia berkata :
"In the name of God the Merciful, the Compassionate. There is no god but God, He has no son and He reigns without a partner."

"Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tiada Tuhan selain Allah. Ia tidak beranak dan Ia mengatur segala makhlukNya tanpa pendamping."

Napoleon Bonaparte mengagumi Al-Quran setelah membandingkan dengan kitab sucinya terdahulu, Alkitab. Akhirnya ia menemukan keunggulan-keunggulan Al-Quran, juga semua cerita yang melatar belakanginya.

Dalam buku yang berjudul ‘Bonaparte et I'Islarn oleh Cherlifs, Paris, halaman 105’, Napoleon Bonaparte berkata sebagai berikut: "I hope the time is not far off when I shall be able to unite all the wise and educated men of all the countries and establish a uniform regime based on the prinsiples of the Qur'an wich alone can lead men to happiness.”

“Saya meramalkan bahwa tidak lama lagi akan dapat dipersatukan semua manusia yang berakal dan berpendidikan tinggi untuk memajukan satu kesatuan kekuasaan yang berdasarkan prinsip--prinsip ajaran Islam, karena hanyalah Qur'an itu satu-satunya kebenaran yang mampu memimpin manusia kepada kebahagiaan.”

Beberapa sumber lain yang menyatakan ke-Islaman beliau:

* Buku ‘Satanic Voices - Ancient and Modern’ dengan penulis David M. Pidcock (1992 ISBN: 1-81012-03-1), pada hal. 61
* Surat kabar Perancis ‘Le Moniteur’, yang menulis bahwa beliau masuk Islam pada tahun 1798.
* Buku ‘Napoleon And Islam’ dengan penulis C. Cherfils (ISBN: 967-61-0898-7).

Islam hadir tidak hanya mayoritas di suatu negara tapi juga sebagai minoritas khususnya di benua Eropa dan Amerika. Napoleon Bonaparte adalah salah satu contoh dari pribadi muslim yang sukses sebagai minoritas di Perancis.
Meskipun pada akhirnya Napoleon dimakamkan secara Kristen di Perancis pada tgl 15 Desember 1840 di gereja Paris, namun sepertinya hal tersebut sebagai sesuatu untuk mengaburkan fakta bahwa beliau adalah seorang Muslim. Sama halnya di Indonesia, Pattimura yang seorang muslim bahkan cicitnya menyatakan mereka adalah muslim, lalu tiba-tiba menjadi Thomas Mattulesi Pattimura.

Terlepas dari semua hal tersebut, kiranya kita mesti merenungkan ucapan beliau tidak lama setelah mempelajari isi Al-Quran dan sebelum masuk Islam; yang pertama menguntungkan kaum muslimin dan yang kedua membahayakan mereka. Ucapan yang keluar dari mulut politikus besar ini dan menguntungkan kaum muslimin adalah, "Aku telah belajar dari buku ini, dan aku merasa bahwa apabila kaum muslimin mengamalkan aturan-aturan komprehensif buku ini, maka niscaya mereka tidak akan pernah terhinakan."

Adapun kata-kata yang membahayakan kaum muslimin adalah, "Selama Al-Quran ini berkuasa di tengah-tengah kaum muslimin, dan mereka hidup di bawah naungan ajaran-ajarannya yang sangat istimewa, maka kaum muslimin tidak akan tunduk kepada kita, kecuali bila kita pisahkan antara mereka dengan Al-Quran."
( http://www.semuabisnis.com/articles/10353/1/Napoleon-Bonaparte-adalah-Seorang-Muslim/Page1.html )


Kita sudah banyak mendengar atau membaca tentang nama-nama besar yang menjadi Muslim; mulai dari Laksamana Cheng Ho dari China hingga penyanyi Cat Stevens dari Inggris, yang menjadi Yusuf Islam. Baru-baru ini kita juga mendengar Michael Jackson menjadi Muslim. Di dunia olah raga, diawali petinju Mohammad Ali, disusul Mike Tyson; dan kini para atlet sepak bola Eropah serta atlet basket AS, berduyun-duyun memeluk Islam. Biasanya mereka menjadi Islam setelah melihat contoh perilaku dan gaya hidup rekan mereka yang Muslim.

Bagi Napoleon Bonaparte, jenderal yang strategi perangnya menjadi pegangan para komandan hingga saat ini, Islam memberinya jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya di masa itu. Dalam buku Satanic Verses – Ancient and Modern, karya David M. Pidcock (1992), dikisahkan proses Napoleon menjadi Islam. Buku ini mengutip suratkabar resmi Perancis pada masa itu, Le Moniteur, yang memberitakan masuknya Napoleon ke dalam Islam (1798). Dalam berita itu disebutkan pula nama Islam Napoleon, yaitu Aly (Ali) Napoleon Bonaparte. Ini dilakukan ketika Napoleon menginvasi Mesir dan tinggal di negeri itu selama beberapa waktu.
Tak berhenti di situ, Napoleon juga meng-Islam-kan salah seorang jendralnya, Jacques Menou, yang kemudian berganti nama menjadi Jendral Abdullah-Jacques Menou. Jendral Menou menikahi Sitti Zoubeida, putri Mesir yang memiliki darah keturunan Nabi Muhammad SAW.

Napoleon adalah manusia cerdas, genius, sehingga tidak mengherankan bila dia melihat keutamaan Hukum Syariah. Banyak di antaranya diterapkannya di Perancis dan Eropah pada masa itu, namun belakangan digantikan dengan hukum yang lebih sekuler. Namun ketika terjadi insiden yang mengakibatkan tewasnya Putri Diana (1997), sisa-sisa hukum Napoleon diterapkan. Menurut hukum yang berlaku umum, para paparazzi bisa luput dari hukuman atas insiden itu; namun berdasarkan hukum yang dirujuk dari Hukum Syariah, para paparazzi itu dijerat hukuman karena “tidak menolong orang yang sedang ditimpa kemalangan/kecelakaan”. Aturan ini diilhami dari Hukum Syariah Imam Malik (David M. Pidcock, 1998). Kisah lebih lanjut tentang Napoleon dapat dibaca di buku Napoleon dan Islam, karya C. Cherfils.

Di tahun-tahun belakangan ini, jumlah pemeluk agama Islam di negara-negara Eropah, bahkan Amerika Serikat, semakin meningkat. Justru peristiwa 9/11 di tahun 2001, dimana umat Islam menjadi kambing hitam, membuat banyak orang ingin tahu ajaran Islam. Dan ketika mereka telah mempelajarinya, mereka menemukan kebenaran. Yvone Ridley, wartawati Inggris yang disandera oleh kaum Taliban di pegunungan Afghanistan, juga melalui proses yang sama.

“Saya terkesan pada para penangkap saya yang berperilaku amat sopan, menjaga kehormatan saya sebagai perempuan. Ketika Taliban dibombardir oleh AS, mereka malah mengkuatirkan dimana dan bagaimana saya dapat menjemur celana dalam dengan aman,” tulis Ridley dalam bukunya. Saya sendiri beruntung sempat berkenalan dengan Yvone Ridley ketika tinggal di Inggris tahun 2002 itu. Setelah dilepaskan oleh Taliban dengan selamat, Ridley kemudian belajar AlQuran, dan menemukan banyak hal yang mencerahkan baginya. Misalnya tentang kedudukan perempuan dalam Islam. Saat ini Yvone Ridley adalah salah seorang pendakwah yang disegani di daratan Eropah. Dia tak henti-hentinya membalikkan opini dunia tentang ajaran Islam dan kaum Muslim, yang kerap dikelirukan potretnya di media internasional.

Kita kaum Muslim di Indonesia, yang mayoritas menjadi Muslim karena keturunan, tradisi, lingkungan, mesti malu dengan saudara-saudara kita nun jauh di sana. Mereka belajar Islam sendiri, seringkali tanpa dukungan keluarga dan lingkungannya, dan mereka menjadi Muslim yang baik. Lebih malu lagi kita mestinya, karena banyak pedagang mengurangi timbangan, dan sebagian besar pejabat dan wakil rakyat yang ditangkap KPK adalah Muslim.

Di tengah-tengah sholat lima waktunya dan kebiasaan berhaji setiap tahun, rupanya dosa-dosa tetap saja dikerjakan: korupsi uang rakyat, berselingkuh, mengkhianati keluarga, melupakan hak anak yatim dan kaum dhuafa. Orang-orang ini jelas bukan penganut ajaran Islam yang baik, persis seperti kata sastrawan besar George Bernard Shaw: “Islam is the best religion, but Moslems are the worst followers.” Artinya, Islam adalah ajaran yang paling baik bagi umat manusia di dunia, namun sayang, kaum Muslim adalah penganut agama yang terburuk. Banyak orang mengaku Muslim tetapi kelakuannnya sehari-hari tidak mencerminkan ajaran Islam.

Sirikit Syah, 19 Maret 2009
Sumber: sirikitsyah.wordpress.com
http://islamkitasemua.wordpress.com/2009/03/23/napoleon-bonaparte-seorang-muslim/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar