Jumat, 13 November 2009

Pohon Yang Kehilangan Roh

Kali ini, cerita tentang salah satu kebiasaan yang ditemui pada penduduk di sekitar kepulauan Solomon, yang letaknya di Pasifik Selatan. Penduduk primitif yang tinggal di sana punya sebuah kebiasaan yang menarik yakni meneriaki pohon.

Kebiasaan ini untuk apa ?, ternyata kebiasaan yang mereka lakukan terjadi apabila terdapat pohon dengan akar-akar yang sangat kuat dan sulit untuk dipotong dengan kapak.

Inilah yang mereka lakukan, jadi tujuannya supaya pohon itu mati. Caranya adalah, beberapa penduduk yang lebih kuat dan berani akan memanjat hingga ke atas pohon itu. Lalu, ketika sampai di atas pohon itu bersama dengan penduduk yang ada di bawah pohon, mereka akan berteriak sekuat-kuatnya kepada pohon itu. Mereka lakukan teriakan berjam-jam, selama kurang lebih empat puluh hari.

Dan, apa yang terjadi sungguh menakjubkan. Pohon yang diteriaki itu perlahan-lahan daunnya akan mulai mengering. Setelah itu dahan-dahannya juga mulai akan rontok dan perlahan-lahan pohon itu akan mati dan dengan demikian, mudahlah ditumbangkan.

Kalau kita perhatikan apa yang dilakukan oleh penduduk primitif ini sungguh aneh. Namun kita bisa belajar satu hal dari mereka. Mereka telah membuktikan bahwa teriakan-teriakan yang dilakukan terhadap mahkluk hidup tertentu seperti pohon akan menyebabkan benda tersebut kehilangan rohnya.

Akibatnya, dalam waktu panjang, makhluk hidup itu akan mati. Nah, sekarang, apakah yang bisa kita pelajari dari kebiasaan penduduk primitif di kepulauan Solomon ini ? O, sangat berharga sekali! Yang perlu diingat bahwa setiap kali anda berteriak kepada mahkluk hidup tertentu, sama artinya anda sedang mematikan rohnya.

Pernahkah anda berteriak pada anak anda? “Ayo cepat! Dasar leletan. Bego banget sih. Hitungan mudah begitu aja nggak bisa dikerjakan? Ayo, jangan main-main disini. Berisik! Bising !”

Atau pernahkah anda berteriak kepada orang tua anda karena merasa mereka membuat anda jengkel? “Kenapa sih makan aja berceceran? Kenapa sih sakit sedikit aja mengeluh begitu? Kenapa sih jarak dekat aja minta diantar? Mama, tolong nggak usah cerewet, boleh nggak?”

Atau, mungkin anda pun berteriak balik kepada pasangan hidup anda karena anda merasa sakit hati? “Ih! Saya nyesal kawin dengan orang seperti kamu tahu nggak! Bodoh banget jadi laki nggak bisa apa-apa! Aduh. Perempuan kampungan banget sih!”

Atau bisa jadi ada seorang guru berteriak pada anak didiknya, “Dasar tolol. Soal mudah begitu aja nggak bisa. Kapan kamu mulai akan jadi pinter?”

Atau seorang atasan berteriak pada bawahannya saat merasa kesel, “Karyawan kayak kamu tuh kalo pergi aku tidak bakal nyesel! Ada banyak yang bisa gantikan kamu? Sial! Kerja gini aja nggak becus?”

Ingatlah! Setiap kali anda berteriak pada seseorang karena merasa jengkel, marah, terhina, terluka ingatlah dengan apa yang diajarkan oleh penduduk kepulauan Solomon ini. Mereka mengajari kita bahwa setiap kali kita mulai berteriak, kita mulai mematikan roh pada orang yang kita cintai.

Kita juga mematikan roh yang mempertautkan hubungan kita. Teriakan-teriakan, yang kita keluarkan karena emosi-emosi kita perlahan-lahan, pada akhirnya akan membunuh roh yang telah melekatkan hubungan kita.

Jadi, ketika masih ada kesempatan untuk berbicara baik-baik, cobalah untuk mendiskusikan mengenai apa yang Anda harapkan. Coba kita perhatikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Teriakan, hanya kita berikan tatkala kita bicara dengan orang yang jauh jaraknya, bukan?

Nah, tahukah Anda mengapa orang yang marah dan emosional, mengunakan teriakan-teriakan padahal jarak mereka hanya beberapa belas centimeter. Mudah menjelaskannya. Pada realitanya, meskipun secara fisik mereka dekat tapi sebenarnya hati mereka begituuuu jauhnya. Itulah sebabnya mereka harus saling berteriak !

Selain itu, dengan berteriak, tanpa sadar mereka pun mulai berusaha melukai serta mematikan roh pada orang yang dimarahi kerena perasaan-perasaan dendam, benci atau kemarahan yang dimiliki. Kita berteriak karena kita ingin melukai, kita ingin membalas.

Jadi mulai sekarang ingatlah selalu. Jika kita tetap ingin roh pada orang yang kita sayangi tetap tumbuh, berkembang dan tidak mati, janganlah menggunakan teriakan-teriakan.

Tapi, sebaliknya apabila anda ingin segera membunuh roh pada orang lain ataupun roh pada hubungan anda, selalulah berteriak. Hanya ada 2 kemungkinan balasan yang anda akan terima. Anda akan semakin dijauhi. Atau anda juga bakal mendapatkan teriakan balik, sebagai balasannya.

Saatnya sekarang, kita coba ciptakan kehidupan yang damai, tanpa harus berteriak-teriak untuk mencapai tujuan kita. (chr)

Jumat, 13 November 2009

Epoch Times
http://erabaru.net/kehidupan/41-cermin-kehidupan/6873-pohon-yang-kehilangan-roh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar