Rabu, 23 Mei 2012

Budaya Saling Membantu & Memaafkan


“Tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan takwa, dan janganlah kamu tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”
(Al-Maidah : 2)


Maka karena rahmat Allah engkau bersikap lemah lembut terhadap mereka, sekiranya engkau berlaku keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Maka maafkanlah mereka dan mohonkan ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam sesuatu urusan maka apabila kamu telah membulatkan tekad, bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa. (Ali-Imran : 159)

Dalam kehidupan ini, manusia dikatakan makhluk sosial, karena mereka selalu ada dalam keinginan untuk berkomunikasi satu sama lain interaksi antar manusia dengan manusia dapat melahirkan kebudayaaan, peradaban dan kemasyarakatan melalui berbagai komunikasi dan intraksi inilah dapat membentuk barisan dan kekuatan untuk sebuah tujuan tertentu . tapi bila hal ini tidak terjalin dengan baik, maka akan berubah menjadi konspirasi dan berlawanan dengan conflict of interest.

Kata membantu dan memaafkan dalam thema khutbah hari ini bagaikan paduan rel kereta api yang lurus panjang dan tak pernah beradu. Begitu pula dalam sebuah kehidupan yang senantiasa membantu dan memaafkan akan lahirlah sebuah suasana yang akrab tenang dan damai serta menyenangkan, timbul rasa saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Kondisi inilah yang dibangun oleh baginda Rasulullah SAW, sehingga semua pihak menyukainya.

Ayat-ayat yang kami bacakan tadi mengajak kita untuk saling membantu dan menolong sesama dalam hidup ini, terlebih-lebih sesama muslim, atas dasar kebaikan yang berguna untuk semua pihak dan elemen masyarakat tidak merasa lebih dan hebat dari atas orang lain. Tidak memandang orang lain itu rendah, hina tidak mampu dan tidak saling mendiskreditkan, apalagi menghina, intimidasi sesame karena hanya untuk memperoleh kenikmatan sesaat.

Demikian pula kesalahan dan kekhilafan orang lain, islam mengajak untuk saling memafkan, toleran dan kasih sayang antar sesama, bukan sebaliknya saling bertengkar, saing salah menyalahkan antara satu sama lain. Sifat pemaaf adalah sifat mulia yang menjadikan orang lain tertarik pada perilaku seseorang dan ini pula yang dikedepankan oleh Muhammad Saw, dalam berbagai aspek kehidupan nya sehingga menjadi tauladan lahir inspirasi baru dalam kehidupan kaum jahiliyah yang kita kenal kasar dan bengis, memeningkan diri sendiri suka berkelahi mengumbar fitnah dan saling menjatuhkan.

George Benarghaw menyatakan : “saya senantiasa mengagumi Muhammad, karena isi ajarannya punya vitalitas yang tinggi dan dapat berasimilasi setiap zaman.”

Islam sesuai dengan fungsinya harus tetap berada ditengah-tengah keidupan manusia alam setiap perkembangan dan dapat memberi nilai-nilai dasar syari’ah untuk menyokong kehidupan muslim yang kuat dan istiqamah, disegani oleh orang lain karena sifat-sifat saling menolong dan saling memaafkan kita utamakan.

Nurcholis madjid, Prof. DR berkata : “kemanusiaan yang beradab hanya ada dalam keadilan dan hanya kemanusiaan yang adil yang mampu mendukung peradaban.”

Gambaran orang mengenai citra Islam sebagai agama yang mentolerir radikalisme dan menganjurkan kekerasan dalam menyelesaikan setiap masalah sepertinya sampai kini tampaknya belum sepenuhnya sirna.sebagimana citra ini muncul akibat pemberitaan media massa barat dan tingkah polah sebagian muslim yang negatif, rupanya terprovokasi oleh prediksi para pengamat yang menyatakan bahwa setelah ambruknya komunisme, ancaman yang paling nyata bagi mereka berikutnya adalah islam. Opini barat terkesan Islam dengan muslimnya itu keras, kasar dan tidak menolong sesama.Tugas kita di abad ini adalah menghapus image tentang sejumlah isu negatif tentang Islam dan muslimnya.

Dalam sebuah hadist diriwayatkan bahwa ketika pulang dari perang badar, Nabi Muhammad SAW. Bersabda : Kita telah kembali dari jihad kecil menuju jihad Besar. Para sahabat bertanya apakah gerangan jihad yang lebih besar Nabi? Jawab Nabi : Jihad melawan hawa nafsu! Jadi menurut Nabi, jihad fisik kita dapat dengan mudah membedakan mana kawan dan mana lawan.

Lain halnya dengan jihad hawa nafsu, dimana kita harus melawan diri sendiri, yang kadang kala kita sendiri tidak tahu siapa kawan dalam diri kita ini, karena sudah menyatu dengan ego, kepentingan dan vasted interest kita sendiri, sehingga rasa tolong-menolong dan saling memafkan sering terabaikan, Allah Swt. Berfirman : “Sesungguhnya Agama Tauhid ini adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepadaKu." Kemudian mereka menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa partai/golongan, tiap-tiap partai merasa bangga dengan apa yang ada pada paratai mereka masing-masing.

Begitulah yang terjadi bila sifat saling menolong dan memaafkan diabaikan dalam kehidupan ini.
Padahal Allah berkata : “ Hai manusia, sesunggunya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal."

Oleh : Drs. H. A. Rahman TB Lt, Khatib, Mantan Kakanwil Kemenag Provinsi Aceh
Dalam Islam, kita kenal ukhuwah Islamiyah ( Persaudaraan Islam ). Dalam ukhuwah, terjadi saling mengenal, saling memahami, dan saling menanggung ( ta'aruf, tafahum, takaful ). Inilah salah satu nikmat ALLAH yang besar bagi orang-orang beriman. Tiada keimanan tanpa ukhuwah, dan tiada ukhuwah tanpa keimanan. "Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara.."( Al Hujurat : 10 )

Ukhuwah adalah nikmat dan karunia dari ALLAH.
dan ( ALLAH ) Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi ALLAH telah mempersatukan hati mereka. 
Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana." ( QS. Al Anfaal : 63 ).
Karena ukhuwah itu nikmat, lagi-lagi kita harus bersyukur kepada ALLAH.  Ukhuwah yang sudah kita nikmati ini harus kita pelihara dengan tingkatan ukhuwah terendah, yakni shalamatushshadr ( berlapang dada, menjauhi buruk sangka ). MinimalHusnuzhon yang kita lakukan sebelum kita mencapai tingkatan tertinggi, yaitu itsar ( lebih mementingkan saudaranya daripada diri sendiri ).
Semoga nikmat ukhuwah yang sudah kita rasakan, ditambahkan oleh ALLAH. Sehingga pertemanan kita, persahabatan yang kita jalin adalah persahabatan abadi. Sebagaimana persahabatan orang-orang yang bertakwa yang bersahabat dan mencintai bukan karena kepentingan politik, bisinis, gengsi, atau jabatan. Tetapi cinta orang-orang yang bertakwa adalah karena ALLAH.
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az-Zukhruf: 67)
“Sesungguhnya ALLAH pada Hari Kiamat berseru, ‘Di mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-KU? Pada hari ini akan AKU lindungi mereka dalam lindungan-KU, pada hari yang tidak ada perlindungan, kecuali perlindungan-KU.” (HR. Muslim)
“Sesungguhnya ALLAH pada Hari Kiamat berseru, ‘Di mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-KU? Pada hari ini akan AKU lindungi mereka dalam lindungan-KU, pada hari yang tidak ada perlindungan, kecuali perlindungan-KU.” (HR. Muslim)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar