“Leadership is the ability to obtain followers”
- James C. Georges –
- James C. Georges –
Seorang
pemimpin tanpa pengikut adalah absurd. Karena pada intinya pemimpin punya peran
dan pengakuan dari orang-orang yang mereka pimpin.
Seseorang bisa saja memimpin orang lain dan bahkan
masyarakat luas dengan menjadi lurah, camat, bupati, wali kota, gubernur, dan
bahkan juga menjadi menteri. Namun, belum tentu ia berhasil memimpin dirinya
sendiri.
Seorang pemimpin bisa saja mempengaruhi orang lain, tetapi
belum tentu berhasil mengendalikan dirinya sendiri. Ia bisa mengingatkan anak
buahnya agar bertindak jujur, terbuka, dan disiplin dalam mengurus uang negara
atau uang perusahaan. Namun, mampukah ia menjalankan nilai-nilai yang
diajarkannya itu kepada anak buahnya.
Para koruptor yang mengambil uang berjuta-juta atau bahkan miliaran rupiah, bukan tidak mengerti bahwa korupsi itu jelek dan dilarang oleh negara. Mereka tahu bahwa akibat perilaku korupnya itu, jika tertangkap maka akan mendapatkan hukuman berat. Mereka juga tahu bahwa risikonya demikian berat. Jika masuk penjara, semua anak, istri, saudara-saudaranya, dan bahkan kenalannya akan malu dan sedih.
Orang yang berbuat korup itu lantaran tidak bisa memimpin dirinya sendiri. Ia berhasil melarang atau mengatakan "jangan" terhadap orang lain, tetapi gagal mengatakan hal serupa kepada dirinya sendiri. Artinya, ternyata melarang berbuat buruk pada diri sendiri, lebih berat dan sulit daripada melarang pada orang lain.
Para koruptor yang mengambil uang berjuta-juta atau bahkan miliaran rupiah, bukan tidak mengerti bahwa korupsi itu jelek dan dilarang oleh negara. Mereka tahu bahwa akibat perilaku korupnya itu, jika tertangkap maka akan mendapatkan hukuman berat. Mereka juga tahu bahwa risikonya demikian berat. Jika masuk penjara, semua anak, istri, saudara-saudaranya, dan bahkan kenalannya akan malu dan sedih.
Orang yang berbuat korup itu lantaran tidak bisa memimpin dirinya sendiri. Ia berhasil melarang atau mengatakan "jangan" terhadap orang lain, tetapi gagal mengatakan hal serupa kepada dirinya sendiri. Artinya, ternyata melarang berbuat buruk pada diri sendiri, lebih berat dan sulit daripada melarang pada orang lain.
Inilah yang disindir oleh Allah. "Hai orang-orang,
mengapa kamu hanya pandai mengatakan, tapi tidak bisa melakukannya. Dosa
besarlah di sisi Allah, orang yang pandai mengatakan, tetapi tidak pandai
mengerjakannya." (QS As-Shaff [61]: 2-3).
Rasululullah saw telah mengingatkan para pemimpin yang tidak
amanah bahwa mereka kelak tidak akan pernah mencium wanginya surga. Rasulullah
saw bersabda,”Tidak
seorang hamba pun yang diserahi oleh Allah untuk memelihara dan mengurusi
kemaslahatan rakyat lalu dia tidak melingkupi rakyat dengan nasihat kecuali ia
tidak akan mencium harumnya surga.” (HR Bukhari).
Dalam riwayat yang lain Rasulullah saw menegaskan, ”Tidak seorang hamba pun yang diserahi Allah memelihara dan mengurus
(kepentingan) rakyat, lalu meninggal, sementara ia menipu rakyatnya, kecuali
Allah mengharamkan atas dirinya surga.” (HR Muslim, Ahmad, dan ad-Darimi).
Bahkan, Rasulullah saw mendoakan pemimpin yang
menyengsarakan umatnya agar Allah menimpakan kesengsaraan yang sama kepada
mereka. Beliau berdoa, ”Ya Allah, siapa
saja yang memegang urusan umatku dan bersikap memberatkan atau menyulitkan
mereka, maka balaslah dengan perlakuan yang sama. Siapa saja yang memegang
urusan umatku lalu bersikap lembut kepada mereka, balaslah dengan perlakuan
yang sama.” (HR Muslim).
Manusia terbaik adalah orang yang paling banyak manfaat bagi
sesamanya. Manusia terbaik adalah orang yang ketika mendapat tambahan karunia
Allah SWT maka secara otomatis kebaikannya semakin banyak dirasakan oleh
orang-orang sekitarnya. Sungguh menyenangkan bila orang-orang terbaik itu
bertebaran di mana-mana, apalagi mereka menjadi orang pilihan mendapat kepercayaan
menjadi pemimpin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar