Era modern ditandai dengan berbagai macam perubahan dalam masyarakat. Perubahan ini disebabkan oleh faktor-faktor, yaitu: perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (iptek), mental manusia, tekhnik dan penggunaannya dalam masyarakat, komunikasi dan transportasi, urbanisasi, perubahan-perubahan pertambahan harapan dan tuntutan manusia (the rising demands). Semuanya ini mempunyai pengaruh bersama dan mempunyai akibat bersama dalam masyarakat secara mengagetkan, dan inilah yang kemudian menimbulkan perubahan masyarakat.
Perubahan ini sampai mengarah kepada perubahan mentalitas (moral). Khususnya, di kalangan generasi muda telah terlihat adanya pergeseran nilai dan kecendrungan-kecendrungan pada aspek tertentu. Sangat disayangkan, era modern hanya ditandai dengan gaya hidup yang serba hedonistis (keduniawian) dan budaya glamour (enjoy aja lagi !). Prilaku moral generasi muda telah melampaui batas-batas/norma ajaran agama. Potret buram generasi muda hari ini: mabuk-mabukkan, berlagak preman (premanisme), penganut sex bebas (free sex), tawuran antar pelajar, terlibat narkoba, dan lain sebagainya. Kondisi inilah yang disebut demoralisasi, yaitu proses kehancuran moral generasi muda.
Akhir-akhir ini permasalahan free sex (kebebasan seksual) di kalangan kawula muda semakin memprihatinkan, terutama pemuda dan remaja yang kurang baik taraf penanaman keimanan dan ketaqwaannya. Sebagaimana yang sudah diberitakan oleh harian waspada bahwa 42,3 % pelajar di Cianjur telah berhubungan seks Pra-Nikah (Waspada, 11 Febr. 2007). Praktik seks pranikah yang dilakukan oleh pelajar justru sekarang semakin meningkat dan hampir seimbang jumlahnya antara kota dan daerah-daerah. Khusus di Sumatera Utara menurut kordinator PIKIR ( Pusat Informasi Kesehatan Refroduksi dan Gender) prilaku hubungan seks pranikah lewat pacaran di kalangan remaja/pelajar di kota Medan dan daerah-daerah Sumatera Utara diyakini semakin meningkat (waspada, Selasa, 13 Februari 2007).
Hal ini terjadi karena pengaruh media melalui tayangan-tayangan yang vulgar dan cenderung untuk lebih mengarahkan konsumennya ke arah pornografi dan pornoaksi. Tidak heran bila eksploitasi bentuk tubuh baik wanita maupun pria (terutama dari kalangan wanita) selalu menjadi ukuran dalam segala hal. Tidak sulit saat ini untuk mendapatkan gambar-gambar yang mempertontonkan bentuk tubuh lewat majalah atau harian porno, menonton adegan-adegan kotor lewat VCD Porno, HP juga menjadi alat penyebar pornoaksi, penampilan iklan yang menunjukkan kemolekan tubuh. Pelayanan seks lewat telepon juga marak diiklankan dengan bebas dan amat vulgar. Terlebih saat ini masyarakat kita khususnya di Sumatera Utara sering dihebohkan oleh tontonan organ tunggal yang justru mempertontonkan auratnya di depan umum. Itu semua menunjukkan bahwa pemuda saat ini telah dikelilingi oleh pornografi dan pornoaksi.
Perubahan kondisi ini juga berimbas terhadap down-nya mental generasi muda. Gejalanya bisa dilihat dari pesimisme generasi muda baik dalam mengeluarkan ide/gagasan ataupun dalam menyikapi perkembangan. Tidak jarang diketemukan generasi muda yang minder sendiri karena ketidak mampuannya mengoperasionalkan tekhnologi informasi, seperti: komputer ataupun internet atau juga diperdapati pemuda yang terganggu mentalitas kejiwaannya karena tidak sanggup berhadapan dengan kompleksitas persoalan hidup. Deskripsi ini menunjukkan bahwa era modern memiliki banyak dampak baik positif ataupun negatif. Namun, pemuda hari ini lebih banyak menjerumuskan diri ke arah negatif. Kenapa demikian?
Tentunya disebabkan oleh kondisi moral yang sangat rendah. Manakala moral keagamaan benar-benar terbangun dalam setiap diri generasi muda, maka akan terlahir beberapa sikap positif. Antara lain: pertama, kemampuan memfilter perubahan ke arah yang positif. Kedua, optimisme dalam bersikap ataupun bertindak. Ketiga, membangun program masa depan secara matang. Keempat, bina kualitas dan mantapkan keimanan. Kelima, bekerja atas nama bangsa dan agama. Dalam artian, selalu mementingkan sisi keumatan daripada kepentingan pribadi atau golongan.
Solusi Demoralisasi Generasi Muda
Tidak diragukan lagi, masa muda adalah puncak energik, vitalitas dan semangat dalam rentang usia manusia. Ia ibarat mesin bertenaga besar dan sekaligus bermata dua; jadi potensi atau jadi masalah (problem). Pemuda bisa menjadi potensi yang sangat menjanjikan bila dibimbing dan diarahkan secara baik oleh keluarga, sekolah ataupun masyarakatnya (lingkungan). Sebaliknya bisa menjadi masalah besar (the big problem) sekaligus sebagai mesin pembunuh (The killer Machine) bagi kedamaian dan ketentraman masyarakat. Jika tidak dibimbing dan diarahkan secara baik.
Pemuda memang salah satu bagian dari instrument masyarakat yang memiliki keistimewaan, keunikan, potensi dan romantika yang membuatnya harus diberikan perhatian khusus. Begitu istimewa dan pentingnya peran pemuda ini Syeikh Salman alAudah salah seorang ulama/agamawan terkenal di Timur Tengah, memandang bahwa fenomena kesadaran moralitas beragama yang dimiliki oleh kaum muda.Untuk itu, kesadaran moralitas-beragama khususnya bagi pemuda harus segera dibangun kembali agar bangsa ini dapat terbaiki di masa akan datang. Ada beberapa point penting yang harus diperhatikan sebagai catatan kesadaran moralitas-beragama pemuda hari ini agar terhindar demoralisasi, antara lain:
Pertama, kualitas keimanan. Pemuda hari ini harus berpegang teguh kepada keyakinan akan nilai-nilai moralitas yang diajarkan agamanya masing-masing. Kita mendambakan pemuda di negeri ini mempunyai keteguhan iman. Mereka tidak akan goyah walaupun diterjang tsunami peradaban Barat. Tidak akan silau dengan gemerlapnya keindahan fatamorgana duniawi. Dalam Islam, ada disebutkan bagaimana keteguhan sekelompok pemuda yang disebut ashabul kahfi. Allah swt berfirman: “Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman pada Tuhan mereka dan kami tambahkan mereka petunjuk.” (QS. Al-Kahfi: 13).
Kedua, kualitas keilmuan. Kita juga berharap pemuda di negeri ini adalah pemuda yang berkualitas dalam keilmuan. Rajin menuntut ilmu yang bermanfaat. Mereka adalah pemuda yang mampu bersaing di era IPTEK dan Hi-Tech. Mereka bukanlah pemuda yang GAPTEK (Gagap Tekhnologi). Dengan kata lain, pemuda hari ini adalah pemuda yang tidak kenal lelah untuk terus belajar dan belajar baik lewat pendidikan formal ataupun non-formal.
Ketiga, kualitas keamalan. Pemuda hari ini harus memiliki semangat kerja yang tinggi (ethos kerja) yang dibarengi oleh moral yang baik.
Dr. Yusuf Qardhawy dalam bukunya Al-Ibadah mengatakan bahwa ada 5 macam kriteria pekerjaan yang boleh digeluti dan jika dikerjakan dinilai ibadah, yaitu: Bahwa pekerjaan itu dibenarkan dalam ajaran agamanya untuk dikerjakan, contohnya berdagang dengan jujur, bertani dan sebagainya. Pekerjaan yang akan dikerjakan itu diiringi niatnya yang ikhlas. Pekerjaan itu harus dikerjakan dengan yakin, tekun dan bertanggung jawab. Dalam bekerja tidak melanggar perintah Allah, menzalimi orang lain, tidak menghalalkan segala cara. Inilah kriteria pekerjaan yang perlu diperhatikan sebelum melangkah untuk dikerjakan. Namun yang ideal ini tidak semua orang dapat melaksanakannya masih banyak orang-orang yang menyimpang dan tidak menggunakan etika dan moral,yang penuh kedengkian.
Penutup
Paling tidak potensi yang dimiliki oleh pemuda hari ini harus menjadi bekal dalam mensosialisasikan kesadaran moralitas-beragama. Potensi-potensi tersebut terbingkai dalam 5 S + 1 P
Skill-Punya Keahlian,
Spirit-Semangat yang luar biasa,
System-Perencanaan yang matang,
Speed-Cerdas dalam pemanfaatan waktu,
Space-Kerja keras di mana saja
+ Power-Punya kekuatan fisik dan mental).
Potensi tersebut bila dimaksimalkan akan memompa kesadaran moralitas-beragama dan akhirnya berbuah kesuksesan dan kemajuan bangsa. Untuk itu, wahai pemuda segeralah berbenah diri dengan peningkatan kualitas iman, ilmu dan amal. Wallahu a’lamu.
Oleh Sugeng Wanto, MA, adalah Direktur Eksekutif Pusat Komunikasi Da’I
Muda Cendikia-Serdang Bedagai dan Mahasiswa Program Doktor (S3) PPs. IAIN-SU
Medan.
Sumber: http://www.waspada.co.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=11305
Tidak ada komentar:
Posting Komentar