Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, tiada suatu
wujud yang dipuji dan dipuja walau dalam bencana kecuali kepada Allah. Jangan
menggerutu, jangan bersangka buruk kepada Tuhan. Pujilah Dia walau dalam
bencana. Memang pasti banyak pertanyaan yang muncul. Setiap ada musibah, setiap
ada malapetaka, pasti kita bertanya-tanya. Mengapa demikian? Apalagi malapetaka
ini yang demikian besar, yang sementara orang mengatakan “tidak mampu lagi
dipikul oleh manusia"
Kita boleh bertanya, kita boleh mencari tahu, tetapi sekali lagi jangan bersangka buruk kepada Tuhan, tapi bersangka baiklah kepadaNya. Allah Rabbul Alamin. Dia pemelihara seluruh Alam. Dia mengatur keseimbangan alam raya ini. Terkadang diambilnya disini sedikit, untuk diberinya disana. Diberinya disana banyak untuk diserahkan kemari. Karena Dia pemelihara seluruh alam.
Surah Ar Rahman, Allah berfirman : “Seluruh makhluk yang ada di alam raya ini, bermohon kepada Tuhan, dan setiap saat Tuhan melayani mereka.
Kita tidak hanya hidup di dunia, karena itu jangan mengukur sesuatu dengan ukuran dunia saja. Masih ada hidup yang jauh lebih panjang. Mereka yang menderita di dunia, belum tentu menderita di akhirat. Dan kata orang, tidak jarang ada hari-hari dimana kita menangis, setelah berlalu hari-hari itu kita menangis lagi, merenung, mengapa dulu kita menangis?
Kita tidak tahu banyak hal, karena itu Allah berfirman : “Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu padahal baik buat kamu, boleh jadi kamu tidak senang kepadasesuatu tapi di balik itu Allah menjadikan kebaikan yang banyak buat kamu."
Itu prinsip-prinsip dasar setiap kita menghadapi MUSIBAH... Sekali lagi jangan menggerutu. Silahkan menangis. Rasulpun sewaktu mendapat musibah, beliau menangis. Sahabat-sahabatnya bertanya, apa ini wahai Rasul? Beliau bersabda : “Ini adalah pertanda rahmat dan kasih sayang, kita tidak berucap kecuali apa yang diridhai Allah.
*************************
Kita boleh bertanya, kita boleh mencari tahu, tetapi sekali lagi jangan bersangka buruk kepada Tuhan, tapi bersangka baiklah kepadaNya. Allah Rabbul Alamin. Dia pemelihara seluruh Alam. Dia mengatur keseimbangan alam raya ini. Terkadang diambilnya disini sedikit, untuk diberinya disana. Diberinya disana banyak untuk diserahkan kemari. Karena Dia pemelihara seluruh alam.
Surah Ar Rahman, Allah berfirman : “Seluruh makhluk yang ada di alam raya ini, bermohon kepada Tuhan, dan setiap saat Tuhan melayani mereka.
Kita tidak hanya hidup di dunia, karena itu jangan mengukur sesuatu dengan ukuran dunia saja. Masih ada hidup yang jauh lebih panjang. Mereka yang menderita di dunia, belum tentu menderita di akhirat. Dan kata orang, tidak jarang ada hari-hari dimana kita menangis, setelah berlalu hari-hari itu kita menangis lagi, merenung, mengapa dulu kita menangis?
Kita tidak tahu banyak hal, karena itu Allah berfirman : “Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu padahal baik buat kamu, boleh jadi kamu tidak senang kepadasesuatu tapi di balik itu Allah menjadikan kebaikan yang banyak buat kamu."
Itu prinsip-prinsip dasar setiap kita menghadapi MUSIBAH... Sekali lagi jangan menggerutu. Silahkan menangis. Rasulpun sewaktu mendapat musibah, beliau menangis. Sahabat-sahabatnya bertanya, apa ini wahai Rasul? Beliau bersabda : “Ini adalah pertanda rahmat dan kasih sayang, kita tidak berucap kecuali apa yang diridhai Allah.
*************************
Musibah dalam
bahasa Indonesia diartikan “bencana”, “kemalangan”, dan “cobaan”. Dalam Alquran
ada 67 kali kata yang seakar dengan kata musibah dan 10 kali kata musibah.
Musibah pada mulanya berarti “sesuatu yang menimpa atau mengenai”. Sebenarnya
sesuatu yang menimpa itu tidak selalu buruk. Hujan bisa menimpa kita dan itu
dapat merupakan sesuatu yang baik. Memang, kata musibah konotasinya selalu
buruk, tetapi karena boleh jadi apa yang kita anggap buruk itu, sebenarnya
baik, maka Alquran menggunakan kata ini untuk sesuatu yang baik dan buruk (QS.
Al-Baqarah: 216)
Alquran mengisyaratkan bahwa tidak disentuh
seseorang oleh musibah kecuali karena ulahnya sendiri, tetapi disisi lain,
ketika Alquran berbicara tentang bala, dikatakannya musibah itu datang dari
Allah Swt. Tidak ada musibah yang terjadi kecuali atas izin Allah ketika kita
berbicara tentang bala (yang diartikan juga bencana). Sebenarnya bala pada
mulanya berarti “menguji” bisa juga berarti “menampakkan”. Seseorang yang diuji
itu dinampakkan kemampuannya.
Itu
sebabnya Allah Swt. menyatakan: “Allah
yang menciptakan hidup dan mati untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang
lebih baik amalnya.” (QS.
Al-Mulk: 2). Kita lihat ujian/bala datangnya dari Tuhan. “Kami pasti akan menguji kamu
sampai Kami tahu siapa orang-orang yang berjihad di jalan Allah dan bersabar.” (QS. Muhammad: 31) Allah menurunkan
bala tanpa campur tangan manusia. “Kami
pasti menurunkan sedikit rasa takut, sedikit rasa lapar… Berilah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar.” (QS.
Al-Baqarah: 255)
Hidup
ini ujian. Ujian ini bisa berupa sesuatu yang disenangi, bisa juga berbentuk
sesuatu yang tidak disenangi. Siapa yang mengira bahwa kekayaan dan kesehatan
adalah tanda cinta Tuhan maka dia telah keliru. Siapa yang menduga bahwa suatu
hal yang terasa negatif adalah tanda benci Tuhan, itupun dia telah keliru.
Allah mengecam kepada orang-orang yang apabila diberi nikmat oleh Tuhan, lantas
berkata, “Saya disenangi Tuhan,” dan kalau Tuhan menguji dia sehingga
mempersempit hidupnya, dia lantas berkata, “Tuhan membenci saya, Tuhan menghina
saya.”
Jangan
duga, saudara-saudara kita yang meninggal dan ditimpa musibah itu dibenci
Tuhan. Jangan duga yang menderita itu dimurkai Tuhan. Jangan duga yang
berfoya-berfoya disenangi Tuhan. Kallâ! Tidak! Di sini Allah menggunakan kata bala yang artinya menguji,
karena itu jangan cepat-cepat berkata bahwa bencana itu murka Tuhan.
Dulu
zaman Nabi, banyak sahabat gugur di medan perang, terluka sekian banyak sahabat
Nabi, bahkan Nabi pun terluka. Allah Swt. pasti tidak benci pada Nabi, sehingga
beliau terluka. Allah pasti merestui sahabat yang gugur itu, walaupun mereka
menderita. Ketika itu turun ayat: “Jangan
merasa rendah hati, jangan merasa terhina, jangan larut dalam kesedihan. Kamu
adalah orang-orang yang mendapat kedudukan yang tinggi selama kamu beriman.” Di surah Âli ‘Imrân, Allah berfirman,
tujuan Allah turunkan cobaan ini adalah supaya Allah mengangkat DERAJAD dari kalangan kamu sebagai syuhada.
Kita
bisa berkata bahwa yang gugur mendapatkan bencana ini, disiapkan oleh Tuhan
tempat yang tinggi, karena mereka adalah orang-orang mukmin. Dan tujuan Allah
turunkan bencana ini adalah supaya Allah mengetahui siapa orang yang
benar-benar beriman dan yang tidak. Karena itu jangan menggerutu, karena Allah
memberikan tempat yang sebaik-baiknya. Allah Swt. berfirman bahwa Dia juga akan membersihkan hati kamu dan
menghapus dosa-dosa kamu. Agama
mengingatkan kita semua bahwa Tuhan punya tujuan.
Dalam
hidup ini, Allah menciptakan manusia untuk tujuan tertentu. Dalam sebuah hadis,
Allah menciptakan makhluk yang ditugaskannya untuk memenuhi kebutuhan
makhluknya yang lain. Ada orang kaya yang diberi kekayaan, yang sebenarnya
dipilih Allah agar orang itu memberi bantuan kepada orang yang butuh.
Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang dipilih Allah itu. Ada lagi orang
yang diciptakan Allah untuk menjadi “alat” Tuhan untuk mengingatkan orang lain.
Para syuhada ini adalah alat-alat yang dipilih Allah. Itu sebabnya kita baca di
dalam Alquran ada istilah ‘ibâdullâh
mukhlashîn atau hamba-hamba
Allah yang dipilih.
Sekarang
ini banyak orang yang lengah dan lupa kepada Allah. Memang rutinitas sering
menjadikan kita lupa kepada Allah. Karena itu kita perlu diingatkan. Ada
orang-orang yang tidak menyadari adanya Allah karena melihat segala sesuatu
berjalan harmonis. Tuhan ingin mengingatkan orang-orang tersebut, bahwa jangan
duga Allah telah lepas tangan. Diingatkannya manusia melalui bencana. Kalau
dulu sekian banyak orang yang lupa Allah, sekarang Dia mengingatkan kita
melalui rahmat-Nya.
Itu
sebabnya di dalam Alquran, disebutkan: “Dan
tidakkah mereka memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap
tahun, kemudian mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak mengambil pengajaran?” (QS. At-Taubah: 126). Jadi sekali
lagi, saya tidak melihat ini sebagai murka Allah. Ini rahmat-Nya kepada kita
yang hidup, supaya kita ingat kepada Allah, supaya lebih dalam lagi solidaritas
kita, supaya kita lebih dekat lagi kita kepada Allah, supaya lebih terasa lagi
kehadiran Allah. Dan yang gugur, yang luka, yang menderita itu dijadikan oleh
Allah sebagai alat-alat-Nya untuk mengingatkan kita, itulah mereka yang dinamai
dengan ‘ibâdullâh mukhlashîn atau hamba-hamba Allah yang terpilih.
Dia
pilih orang-orang yang gugur, Dia pilih anak-anak, Dia pilih orang-orang tua,
untuk Dia jadikan syuhada; Dia jadikan saksi-saksi, Dia jadikan alat-alat-Nya.
Untuk siapa? Untuk kita yang hidup. Allah tidak menyia-nyiakan mereka. Di dalam
hadis, Allah katakan, “Seandainya bukan karena anak-anak yang masih menyusu,
seandainya bukan karena orang tua yang sedang bungkuk, seandainya bukan karena
binatang-binatang, niscaya Allah akan menjatuhkan siksa kepada kamu, siksaan
yang luar biasa.” Tapi mengapa yang diambil oleh-Nya disana anak-anak, orang
tua, binatang? Itu yang menjadikan kita bersangka baik kepada Allah dan menyatakan
bahwa ini bukan murka, ini hanya peringatan. Kita terima itu. Peringatan untuk
kita yang hidup. Kita tidak perlu larut dalam kesedihan, tetapi kita perlu
mengambil pelajaran.
Salah
satu pelajaran adalah kita lihat di televisi, kita lihat badan-badan mereka,
rupanya begitulah juga badan kita. Jangan terlalu memberi perhatian kepada
badan dengan melupakan ruh. Itu pelajaran yang dapat kita angkat. Jangan
menilai orang dari penampilannya. Lihatlah itu semua, dan ingat dalam Alquran;
Allah berulang-ulang, “Apakah
penduduk negeri itu merasa aman dari kedatangan peringatan Kami kepada mereka
di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain?” (QS. Al-A’râf: 98). Ini yang kita
lihat. Sebenarnya tujuannya adalah untuk kita. Allah merahmati kita dengan memberi
peringatan.
Ketika
Sayidina Ali bin Abi Thalib ditikam, beliau berteriak: “Demi Tuhan Kakbah, saya
telah memperoleh keberuntungan.” Beruntung karena mati. Allah mengangkat
derajat beliau. Allah mendudukkan pada kedudukan yang demikian tinggi karena
mati syahid. Nah, kalau kita membaca ayat di surah Âli ‘Imrân: … supaya Dia
mengangkat diantara kamu syuhadâ` (orang-orang yang menjadi saksi) dan
untuk membersihkan hati kamu dari segala macam dosa. Untuk orang-orang yang
meninggal, kita antar dengan rasa sedih tetapi dalam saat yang sama
beruntunglah mereka. Dan yang tinggal, kita harapkan mendapatkan pelajaran dari
ujian ini, dari bencana ini. Mudah-mudahan kita dapat menyusul mereka dalam
kematian yang diridai Allah.
Itu
sebabnya ada doa yang diajarkan Nabi :
“Ya
Allah, kami bermohon kepadamu, hidup yang sebaik-baiknya, dan kematian yang
sebaik-baiknya, serta segala yang baik yang berada diantara hidup dan mati. Ya
Allah, hidupkanlah kami dalam kehidupan orang-orang yang Engkau senangi agar
dia tetap hidup, dan wafatkanlah dalam wafat orang-orang yang Engkau sukai
untuk bertemu dengannya.”
Oleh : Prof.
DR. M Quraish Shihab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar