Rabu, 23 Mei 2012

Dengan Iman & Amal Kita Hidup Bahagia




“Maka barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan, dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya” (Al-Kahfi: 110).

Iman dan amal merupakan dua keadaan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya dalam kaitan menjadi Muslim yang sebenar-benarnya (Islam kaffah). Iman adalah keyakinan akan adanya Allah SWT dengan segala kekuasaanNya yang tidak terbatas, sementara amal adalah aktivitas (ibadah) manusia dalam rangka mengabdikan diri kepada Allah SWT.

Manusia - dengan semua sifat, syahwat dan nafsu yang dimilikinya – adakalanya bergerak ke perilaku yang negatif. Jika manusia beraktivitas digerakkan oleh syahwat dan nafsu yang melekat padanya, sudah dapat dipastikan bahwa ia akan sampai pada kehancuran. Karenanya, Allah sebagai Sang Pencipta yang Maha Pengasih dan Penyayang, menurunkan Islam sebagai bimbingan bagi manusia agar ia tidak tersesat.

Iman kepada Allah merupakan pondasi dan motor pendorong bagi seorang Muslim dalam beraktivitas. Ia membebaskan manusia dari berbagai belenggu yang mengungkung kehidupan. Dengan iman kepada Allah, manusia mendapatkan kebebasan dari pemujaan terhadap berbagai benda dan berbagai pemujaan terhadap sesama makhluk. Di atas semua itu, dengan iman kepada Allah, manusia menjadi makhluk Allah yang paling terhormat di muka bumi ini.

Amal adalah aktivitas manusia dalam rangka mengabdikan diri kepada Allah SWT. Agar aktivitas ini tidak menjadi sebuah pekerjaan yang sia-sia, manusia harus selalu menjadikan iman kepada Allah sebagai faktor utama yang menggerakkannya dalam bekerja. Dengan demikian, ada hubungan yang erat dan tidak terpisahkan antara iman dengan amal. Iman sebagai sebuah spirit yang menggerakkan manusia dan amal merupakan pekerjaan pemberdayaan yang berorientasi kepada kemajuan.

Di era moderen ini, sudah saatnya umat Islam tidak sekedar memahami pengertian amal hanya terbatas pada pekerjaan yang dampaknya berskala kecil, sepeti membuang duri atau kulit pisang di jalan. Umat Islam harus kembali meredifinisi dan merekonstruksi konsep amal dengan sebuah aktivitas berskala besar bagi kemajuan peradaban manusia seperti yang pernah dilakukan oleh umat Islam pada periode sejarah Islam klasik. Pada periode itu, berbagai discovery dan inovasi tercipta dari pikiran dan tangan terampil umat Islam sehingga mengantarkan kehidupan umat Islam ke era yang dikenal dengan istilah “periode keemasan sejarah Islam”. Sudah saatnya umat Islam masa kini mengulang kembali era keemasan perjalanan sejarah peradaban dunia dengan semangat iman kepada Allah.

Iman kepada Allah SWT yang dimanifestasikan dalam amal dengan benar (sesuai dengan tuntunan Allah dan RasulNya) akan mengantarkan manusia kepada kebahagian di dunia dan di akhirat. Di titik inilah terjadi perbedaan yang mendasar antara Muslim dengan kafir. Orang kafir hanya mendapatkan kebahagian dunia karena aktivitasnya tidak dilandasi oleh Iman.

Sebaliknya, umat Islam mendapatkan kebahagian di dunia dan di akhirat karena seluruh aktivitasnya berorientasi pada mencari keridhaan Allah (iman) dan demi kemajuan dan kesejahteraan manusia. Amat beruntunglah umat Islam, dan merugilah orang kafir. Sebagaimana firman Allah: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (dalam kehidupan) di dunia dan akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim, dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki” (Ibrahim: 27).

Khatib : Dr. H. Aslam Nur, M.A. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar