Hijrah
secara bahasa berasal dari bahasa Arab berasal dari kata"hajaro-yahjuru",
yang memiliki beberapa arti, berikut arti Hijrah yang terdapat dalam Alquran
diantaranya :
1. Meninggalkan,
QS Al-muddasir 5 : dan tinggalkanlah segala
(perbuatan) yang keji
QS Almuzammil 10: Dan bersabarlah terhadap
apa yang mereka katakan dan tinggalkanlah mereka dengan
cara yang baik.
2. Memutuskan Hubungan,
QS Maryam 46 : Dia (ayahnya) berkata,
“Bencikah engkau kepada tuhan-tuhanku, wahai Ibrahim? Jika engkau tidak
berhenti pasti engkau akan kurajam, maka tinggalkanlah aku
untuk waktu yang lama.”
3.Menjauhi,
QS An-nisa 34 : .. tinggalkanlah mereka
di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka
4.Berpindah Tempat,
QS Al-hasyr 9 : Dan orang-orang (Anshar)
yang telah menempati kota Medinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka
(Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah (pindag
tempat) ke tempat mereka.
5.Berkata tidak karuan (Mengabaikan),
· QS
Al-furqon 30 : Dan Rasul (Muhammad) berkata, “Ya Tuhan-ku, sesungguhnya kaumku
telah menjadikan al-Quran ini diabaikan.”
Hijrah Rasulullah dari Makkah ke
Madinah adalah: Meninggalkan tempat atau keadaan yang tidak baik menuju ke
tempat atau keadaan yang lebih baik (Quraish Shihab). Hijrah tersebut untuk
menghindari gangguan kafir Quraisy Mekah menuju tempat yang lebih aman.
Sebelum berhijrah, Nabi Muhammad SAW
dan umat Islam yang berada di kota Makkah mendapatkan berbagai ujian dan cobaan
yang tiada henti-hentinya. Ujian itu datang dari Allah SWT (pasca wafatnya Ali
bin Abi Thalib dan isteri Rasulullah SAW bernama Khadijah binti Khuwailid)
diiringi gangguan kaum kafir Quraisy.
Nabi Muhammad SAW sedang bersedih, berduka. Orang-orang kafir Quraisy pun mengolok-oloknya. “Muhammad telah ditinggalkan oleh tuhannya.” Beliau kesepian. Hatinya terasa kering karena beberapa lama wahyu baru yang ditunggu tak kunjung datang.
Dalam keguncangan jiwa itu, turunlah surat Ad-Dhuha. Di dalam ayat ke-5 surat itu, Allah SWT berfirman:
Nabi Muhammad SAW sedang bersedih, berduka. Orang-orang kafir Quraisy pun mengolok-oloknya. “Muhammad telah ditinggalkan oleh tuhannya.” Beliau kesepian. Hatinya terasa kering karena beberapa lama wahyu baru yang ditunggu tak kunjung datang.
Dalam keguncangan jiwa itu, turunlah surat Ad-Dhuha. Di dalam ayat ke-5 surat itu, Allah SWT berfirman:
“Kelak, Tuhanmu pasti memberikan
karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas.”
Apa yang dijanjikan Allah SWT dalam
surat Ad-Dhuha itu tercapai beberapa tahun setelah hijrah. Tepatnya, tahun
ke-10 H. Rasulullah SAW berhasil merebut kota Makkah, kota yang sangat beliau
cintai karena kesuciannya.
Kemenangan itu juga dijanjikan oleh Allah SWT dalam QS Al-Qashash 28:85 : “Sesungguhnya, Dia (Allah) yang telah menjadikan ajaran Alquran sebagai panggilan kewajiban atas engkau (Muhammad) tentulah akan mengembalikan engkau ke tempat asalmu (Makkah). Katakanlah, “Tuhanku lebih tahu siapa yang dapat petunjuk dan siapa pula yang terang dalam kesesatan.”
Hijrah dalam arti mengintensifkan segala daya dan upaya untuk memperbaiki diri dan bangsa perlu ditonjolkan sebagai titik tolak terjadinya proses monumental (dalam Islam) sehingga menjadi nilai universal. Jadi hal yang lumrah bila hijrah seyogianya dimaknai dari keinginan dan kesadaran untuk mengevaluasi (introspeksi) diri yang pada gilirannya menghasilkan perubahan ke arah yang lebih baik (reformasi).
Kemenangan itu juga dijanjikan oleh Allah SWT dalam QS Al-Qashash 28:85 : “Sesungguhnya, Dia (Allah) yang telah menjadikan ajaran Alquran sebagai panggilan kewajiban atas engkau (Muhammad) tentulah akan mengembalikan engkau ke tempat asalmu (Makkah). Katakanlah, “Tuhanku lebih tahu siapa yang dapat petunjuk dan siapa pula yang terang dalam kesesatan.”
Hijrah dalam arti mengintensifkan segala daya dan upaya untuk memperbaiki diri dan bangsa perlu ditonjolkan sebagai titik tolak terjadinya proses monumental (dalam Islam) sehingga menjadi nilai universal. Jadi hal yang lumrah bila hijrah seyogianya dimaknai dari keinginan dan kesadaran untuk mengevaluasi (introspeksi) diri yang pada gilirannya menghasilkan perubahan ke arah yang lebih baik (reformasi).
Hijrah merupakan sunatullah bagi mereka yang menginginkan
hidup lebih baik. Jika kita menelusuri sejarah perjalanan ummat manusia maka
kita akan dapat melihat bahwa hijrah tersebut merupakan untaian sejarah yang
diperlukan bagi perkembangan hidup manusia.
Nabi Adam berhijrah dari Surga ke
atas permukaan bumi untuk mengemban amanat khalifah.
Nabi Nuh berhijrah dengan kapal yang
menyelamatkan beliau dan pengikutnya dari bencana banjir.
Nabi Ibrahim berhijrah dari negeri
Babilonia ke negeri Mesir dan negeri Palestina.
Nabi Ismail hijrah dari negeri
Palestina ke kota Makkah.
Nabi Musa hijrah dari Mesir ke
negeri Palestina.
Nabi Yusuf hijrah dari Palestina ke
negeri Mesir.
Jika kita memperhatikan kondisi pada
saat sekarang ini, bagaimana hebatnya pengaruh barat dalam kehidupan muslim sehinga
cara berpikir, gaya hidup dan budaya ummat Islam sama dengan cara berpikir
mereka, gaya hidup dan budaya bukan islam.
Kita disibukkan oleh hidup keduniaan
dengan memakai gaya hidup materialis (hanya mementingkan materi ) , atau gaya
hidup hedonis ( berbuat sesuai dengan hawa nafsu ) dan tidak pernah memikirkan
bahwa di akhirat nanti masih ada kehidupan yang lebih abadi. Kegiatan
sehari-hari telah terpisah dari nilai - nilai agama ( hidup sekular ) dan
sehingga agama hanyalah urusan individu belaka.
Kita berekonomi dengan gaya
kapitalis yang penuh dengan unsur riba, dan tanpa memperdulikan nilai-nilai
agama dan moral. Mereka yang kaya terus bertambah kaya dan yang miskin tetap
dibiarkan miskin; tidak ada perhatian si kaya kepada si miskin. Harta adalah
milik mutlak pribadi dan tidak lagi mempunyai unsur sosial apalagi unsur
ibadah. Nilai-nilai akhlak dan moral tidak lagi menjadi dasar dalam bertindak,
tetapi yang menjadi dasar adalah nilai keuntungan dan manfaat.
Dalam bekerja yang menjadi tujuan utama
adalah uang, karier, popularitas.
Mencari ilmu juga dengan tujuan
sekular, agar nanti dapat kerja, kedudukan, titel dsb.
Hubungan keluarga, antara anak dan
bapak hanya sekedar hubungan darah, sehinga rumah hanya tempat tinggal, bukan
tempat mendapatkan ketenangan hidup. Hubungan kekeluargaan tidak lagi mempunyai
nilai spiritual , sehingga boleh jadi seorang anak tidak hormat kepada
orangtuanya, dan seorang bapak tidak lagi peduli dengan kemaksiatan yang
dilakukan oleh anak-anaknya.
Dalam berpakaian masalah aurat tak
lagi diperdulikan, dan rasa malu tidak lagi dipertimbangkan.. Busana hanyalah
hiasan dan fashion belaka bukan sebagai penutup aurat. Demikian juga dalam
berbagai bidang yang yang lain pedoman agama semakin ditinggalkan. Ini adalah
beberapa bentuk sikap hidup yang tanpa sadar telah banyak mempengaruhi sikap
hidup ummat Islam.
“Siapa yang berpindah pada jalan
Allah, niscaya akan diperolehnya di bumi ini (tempat ia pindah) rezeki yang
banyak (dan ketentraman). Siapa yang keluar rumahnya untuk hijrah kepada
Allah dan Rasul-Nya, kemudian ia meninggal (di tengah jalan), maka sesungguhnya
pahalanya sudah dijamin Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” (QS
An-Nisaa’ (4):100).
Mari kita teliti cara hidup kita
selama ini. Sudahkah kita hidup, bekerja, berkeluarga, mendidik anak, memberi
makan anak, berdagang, berkarya, berkarier, belajar, mencari ilmu, menjadi
guru, mengajarkan ilmu, menjadi ustadz, menjadi direktur, menjadi ayah, menjadi
pemimpin, menjadi pengurus, menjalankan ibadah shalat, menunaikan zakat,
menunaikan rukun haji, mendatangi majlis pengajian, menjadi dosen, menikah,
berpakaian, berpenampilan, benar-benar dengan niat mencari keridhaan Allah,
dengan niat menjalankan sunnah Rasulullah, atau karena mencari kepuasan materi
dan hawa nafsu..?????
Pelajaran yang dapat dipetik dari
peristiwa hijrah, antara lain:
1. Hendaknya selalu berusaha mengubah kemunkaran sekuat tenaganya, dan jika tidak mampu maka hendaknya meninggalkan tempat kemunkaran itu dan tidak berdiam di tempat kemunkaran atau kemaksiatan tersebut. Tetapi selama usaha perubahan masih dapat dilakukan walaupun sedikit demi sedikit, maka tidak mengapa berdiam di sana sambil terus mengupayakan perbaikan.
2. Betapa rapinya Rasulullah SAW dalam merancang dan membuat “program” dakwah. Walaupun dakwah ini pasti akan ditolong oleh Allah SWT dan beliau adalah seorang Rasul yang dijamin tidak akan dicelakai dan tidak akan dapat dikalahkan, tetapi beliau tetap menjalani semua sunnatullah (hukum sebab akibat) dalam keberhasilan dakwahnya sebagaimana manusia biasa lainnya.
3. Betapa luar biasanya usaha yang dilakukan oleh Rasulullah SAW yang selalu mencoba berbagai inovasi baru dalam dakwahnya. Terobosan-terobosan yang beliau lakukan ini nampak dari pemilihan berbagai tempat beserta alasan-alasan yang relevan yang melatar-belakanginya.
4. Sebagai pemimpin, Rasulullah SAW sangat memikirkan masyarakatnya. Segala cara beliau usahakan agar para sahabatnya tidak disiksa dan diprovokasi oleh pihak lain. Beliau pula yang paling akhir keluar dari Makkah setelah semua sahabatnya selamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar