Mengapa manusia butuh mensucikan jiwa?
Tentunya kita sudah sering mendengar hadist Rasul yang menyatakan, "Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin dimintakan tanggung jawab atas kepemimpinannya itu." Jadi Allah akan meminta pertanggungjawabkan pada diri kita semua, karena setiap orang adalah pemimpin, minimal memimpin keluarga dan dirinya sendiri.
Jika kita membandingkan dengan hasil survey pada buku di atas, milyuner-milyuner (yang tentu juga merupakan seorang pemimpin, misalnya pemimpin perusahaan) yang sekuler (dan kemungkinan besar atheis) saja menempatkan nilai-nilai spiritual pada posisi penting dalam kehidupannya di dunia, apalagi kita yang tahu bahwa kita pasti diminta pertanggung jawabannya.
Allah berfirman:
"Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa ang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan." (QS. 66:6)
Abdullah bin Abbas menerangkan bahwa kata pelihara ini berarti "mendidik" diri dan keluarganya. Ingat doa yang diajarkan Rasul SAW:
"Ya
Allah karuniakanlah pada jiwa ini ketakwaan kepada-Mu dan sucikanlah jiwaku,
karena engkaulah pelindung dan pemiliknya."
Tahap
Mensucikan Jiwa
- At-Tathahharu
- At-Takhaluq
- Al-Iqtida'
1.
At-Tathahharu, Artinya: Mengangkat dan membersihkan jiwa dari segala penyakitnya.
Pembersihan diri ini diawali dengan taubat. Taubat yaitu kembali pada pangkuan dan pelukan Allah, meninggalkan segala dosa dan maksiat serta berusaha untuk tidak melakukannya lagi. Dan kemudian memulai hari-hari anda dengan indah yang dihiasi dengan keimanan dan keta'atan. Diri anda akan terasa ringan dan "plong" apabila anda berhasil mengangkat penyakit-penyakit hati atau penyakit jiwa/batin.
Apa saja penyakit jiwa?
Pembersihan diri ini diawali dengan taubat. Taubat yaitu kembali pada pangkuan dan pelukan Allah, meninggalkan segala dosa dan maksiat serta berusaha untuk tidak melakukannya lagi. Dan kemudian memulai hari-hari anda dengan indah yang dihiasi dengan keimanan dan keta'atan. Diri anda akan terasa ringan dan "plong" apabila anda berhasil mengangkat penyakit-penyakit hati atau penyakit jiwa/batin.
Apa saja penyakit jiwa?
Kufur,
Nifaq. Yaitu ingkar kepada Allah. Bila seseorang ditimpa
bencana dan ancaman kematian, maka ia akan memohon kepada Allah dalam segala
posisi saking takutnya, tetapi setelah bencana itu diangkat oleh Allah, ia lupa
bahwa dengan kekuasaan Allahlah hal itu terjadi. Firman Allah:
“Dan
apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring,
duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia
(kembali) melalui (jalan yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa
kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah
orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka
kerjakan.” (QS 10:12)
Syirik
& Riya’. Syirik : menyekutukan Allah dengan selain Allah. Riya’:
syirik kecil, karena adanya pada diri manusia itu sendiri.
Perumpamaan
Rasul SAW : “Riya’ itu bagaikan semut hitam, di atas batu hitam, di dalam
hutan belantara yang gelap pada waktu malam hari."
Riya’
menyebabkan seluruh amal yang kita kerjakan karena Riya’ akan ditolak oleh
Allah.
Ingat
salah satu doa yang diajarkan Rasulullah yang termuat dalam Al-Ma’tsurat:
“Ya Allah,
sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu terhadap apa-apa
yang aku ketahui. Dan ampunilah aku terhadap apa-apa yang tidak aku ketahui.”
Hubbud dunya, atau cinta dunia(wahn).
Hubbud dunya, atau cinta dunia(wahn).
Firman
Allah:
"Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yaitu
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda
pilihan, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga)." (QS 3: 14).
Hasad
(kedengkian). Orang yang hasad tidak senang bila orang lain
mendapatkan rezeki, nikmat, dll dari Allah.
Rasulullah
menasehati kita, “Jauhi sifat hasad, karena tanpa terasa kebaikan amal kita
habis seperti api menghabiskan sepotong kayu.”
Ingat
kisah seorang sahabat miskin (seorang buruh panggul) yang dikatakan Rasul SAW
sebagai ahli syurga padahal ketika diselidiki oleh seorang sahabat lain amalan
lainnya biasa saja. Ternyata rahasianya adalah bahwa tiap malam ia berdoa agar
terhindar dari sifat hasad dan mendoakan orang lain yang berniat atau telah
melakukan kezaliman atas dirinya untuk diampuni oleh Allah.
Ujub, yaitu kekaguman seseorang terhadap dirinya sendiri.
Ujub, yaitu kekaguman seseorang terhadap dirinya sendiri.
Kekaguman
itu bisa terhadapkekaguman fisiknya (narsisme), ilmu pengetahuan yang dimiliki,
dan yang paling bahaya adalah terhadap amal perbuatannya sendiri.
Yang
disebut terakhir Allah menggambarkan dalam surat 49:17 bahwa orang yang ujub
merasa telah memberikan ni’mat (rezeki, sedekah) kepada orang lain dan merasa
bangga disebut sebagai yang menyedekahi. Dengan kata lain ia melakukan amal
perbuatannya karena ingin dilihat orang lain.
Silakan
dicek pula surat 7: 44 (bacaan para penghuni surga ketika masuk surga).
Takabbur, atau sombong. Awal dari takabbur ini adalah sifat ujub.
Takabbur, atau sombong. Awal dari takabbur ini adalah sifat ujub.
Bermula
kagum pada diri sendiri kemudian ia merendahkan orang lain.
Cukup
banyak ayat yang menerangkan sifat takabbur ini.
Lihat
surat An-Nahl (16) : 22 – 25.
Cara untuk
menghilangkan sifat ini adalah banyak berdzikir (kagum pada Allah).
Ittiba’ul Hawa, atau selalu mengikuti hawa nafsu.
Ittiba’ul Hawa, atau selalu mengikuti hawa nafsu.
Orang yang
mengikuti hawa nafsu tidak mau dibatasi.
Allah
mengijinkan disalurkannya nafsu, tetapi semua ada batasnya.
Oleh
karena itu fungsi kajian Tazkiyatun Nafs ini adalah supaya nafsu tersalurkan
sesuai porsinya.
Dan masih banyak lagi penyakit-penyakit hati yang nampak maupun tersirat dalam jiwa dan batih manusia, yang mengakar dalam hati insan.
2. At-Takhalluq, Yaitu memasukkan/menghiasi ke dalam jiwa itu segala sesuatu yang selayaknya berada di dalam jiwa. Ya, setelah jiwa dibersihkan dan disucikan dengan berbagai cara dengan usaha (juhud) dan sungguh-sungguh (ijtihad) dan latihan (riyadhah) baik dengan taubat, muhasabah, dan sebagainya. Kini, jiwa yang sudah mulai bersih dari noda penyakit hati/jiwa/batin itu dihiasi dengan sesuatu yang selayaknya ada di dalam jiwa, istilahnya kembali pada fitrah manusia dan selayaknya manusia dengan akhlaq-akhlaq baik (akhlaqul karimah) yang berhubungan dengan jiwa atau hati Baik itu husnudzhan, sabar, tawadhu'(rendah hati), jujur, amanah, tawakkal, sabar, tawadhu’, tadharru’, qana’ah, iffah, dan lain-lain sebagainya.
3. Al-Iqtida'. Yaitu meneladani perilaku yang bersumber dari nama-nama Allah (Asma’ul Husna) yang perilaku Rasul. Allah S.W.T mempunyai 99 nama (asmaul-husna), dari nama-nama yang baik itu dapat menjadi media kita untuk sadar atau was-was, atau bisa juga disebut media menambah iman kita. Diantaranya nama Allah itu yaitu Maha Adil, ya dengan nama ini kita tahu Allah itu maha adil, jadi apapun yang menimpa kita itu adalah adilnya Allah walau akal kita tidak sanggung melihat hikmahnya. Dengan ini kita akan terjauhi dari sifat Dzhan , yaitu berburuk sangka kepada Allah.
Kemudian menjadikan sifat-sifat pribadi yang karimah (akhlaqul karimah)-nya rasul pada kepribadian jiwa kita. Dengan mengamalkan sunnah-sunnah beliau dan menjauhi apa yang dijauhi oleh beliau.
Jalan Membersihkan Jiwa:
Dan masih banyak lagi penyakit-penyakit hati yang nampak maupun tersirat dalam jiwa dan batih manusia, yang mengakar dalam hati insan.
2. At-Takhalluq, Yaitu memasukkan/menghiasi ke dalam jiwa itu segala sesuatu yang selayaknya berada di dalam jiwa. Ya, setelah jiwa dibersihkan dan disucikan dengan berbagai cara dengan usaha (juhud) dan sungguh-sungguh (ijtihad) dan latihan (riyadhah) baik dengan taubat, muhasabah, dan sebagainya. Kini, jiwa yang sudah mulai bersih dari noda penyakit hati/jiwa/batin itu dihiasi dengan sesuatu yang selayaknya ada di dalam jiwa, istilahnya kembali pada fitrah manusia dan selayaknya manusia dengan akhlaq-akhlaq baik (akhlaqul karimah) yang berhubungan dengan jiwa atau hati Baik itu husnudzhan, sabar, tawadhu'(rendah hati), jujur, amanah, tawakkal, sabar, tawadhu’, tadharru’, qana’ah, iffah, dan lain-lain sebagainya.
3. Al-Iqtida'. Yaitu meneladani perilaku yang bersumber dari nama-nama Allah (Asma’ul Husna) yang perilaku Rasul. Allah S.W.T mempunyai 99 nama (asmaul-husna), dari nama-nama yang baik itu dapat menjadi media kita untuk sadar atau was-was, atau bisa juga disebut media menambah iman kita. Diantaranya nama Allah itu yaitu Maha Adil, ya dengan nama ini kita tahu Allah itu maha adil, jadi apapun yang menimpa kita itu adalah adilnya Allah walau akal kita tidak sanggung melihat hikmahnya. Dengan ini kita akan terjauhi dari sifat Dzhan , yaitu berburuk sangka kepada Allah.
Kemudian menjadikan sifat-sifat pribadi yang karimah (akhlaqul karimah)-nya rasul pada kepribadian jiwa kita. Dengan mengamalkan sunnah-sunnah beliau dan menjauhi apa yang dijauhi oleh beliau.
Jalan Membersihkan Jiwa:
- Shalat
- Zakat, infaq
- Puasa
- Haji
- Tilawah Al-Qur’an
- Dzikir
- Tafakkur
- Mengingat Mati dan Pendek Angan-angan
- Muraqabah, Muhasabah, Mujahadah dan Mu’aqabah
- Amar Ma’ruf Nahi Mungkar dan Jihad
- Pelayanan dan Tawadhu’ (merendahkan hati)
- Mengetahui pintu-pintu masuk syetan ke dalam jiwa dan menutup jalan-jalannya.
- Mengetahui berbagai penyakit hati dan kesehatannya berikut cara melepaskannya.
Oleh: Ustadz Ahmad Arqom, SPd.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar