Selasa, 03 November 2009

Gangguan Fisik akibat Depresi, Depresi Bikin Penderita Jantung Cepat Mati!, dan Senam Tertawa Sarana Hilangkan Stres






Anda mungkin mengenal ciri-ciri emosi orang yang sedang depresi.
Tapi, tahukah Anda kalau stres yang berkepanjangan seringkali menyebabkan gangguan fisik.



Itu sebabnya banyak orang yang bolak-balik ke dokter untuk menyembuhkan keluhan sakitnya tapi tak jua sembuh. Ini karena penyebab utama penyakit, yakni depresi, tak disembuhkan.

Menurut para ahli, depresi bisa membuat kita merasakan sakit yang lain dari biasanya. Depresi berkaitan dengan ketidakseimbangan zat kimia di otak. Padahal, beberapa dari zat itu punya peran penting pada respons tubuh terhadap sakit. Oleh sebab itu, sangat penting untuk mengenali suasana perasaan diri sendiri. Simak beberapa gangguan kesehatan berikut ini yang sebenarnya bersumber dari depresi.

Sakit kepala
Ini merupakan ciri utama yang dialami orang depresi. Bila Anda sudah lama punya migren, saat depresi rasa sakit di kepala akan bertambah buruk.

Sakit punggung
Orang yang sudah punya sakit punggung, penyakitnya akan bertambah buruk saat sedang depresi.

Sakit di dada
Sebaiknya jangan abaikan rasa sakit di bagian dada karena bisa jadi tanda penyakit jantung. Namun, rasa nyeri di dada juga sering dikaitkan dengan depresi.

Gangguan lambung
Kondisi emosi dan pencernaan seseorang ternyata punya kaitan kuat. Saat depresi, Anda mungkin akan merasa sering mual, diare, atau sebaliknya, sulit BAB.

Kelelahan

Meski sudah tidur cukup Anda mungkin masih merasa kelelahan dan sulit untuk bangun dari tempat tidur.

Gangguan tidur
Kebanyakan orang yang depresi sulit untuk tidur nyenyak. Mereka biasanya bangun terlalu pagi atau tak bisa langsung memejamkan mata di malam hari. Sebagian lagi tidur lebih lama dari biasanya.

Nafsu makan berkurang
Stres yang berlarut-larut akan membuat nafsu makan menghilang dan tubuh pun menjadi kurus. Tapi ada juga orang yang justru menjadi gemuk karena makan jadi pelarian dari stres.

AN
Sumber : WebMD
http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/06/15/15212940/gangguan.fisik.akibat.depresi

**************************

Awas, Depresi Bikin Penderita Jantung Cepat Mati!

DEPRESI atau penyakit suasana hati ternyata tidak boleh dianggap enteng. Bila muncul bersamaan dengan penyakit jantung koroner atau stroke, depresi cenderung akan memperparah kondisi penyakit, bahkan dapat memicu terjadinya kematian.

Seperti diungkapkan Dr Suryo Dharmono Sp. KJ dari Bagian Psikiatri FKUI/RSCM, depresi memiliki hubungan timbal balik dengan penyakit non-infeksi seperti jantung dan stroke. Depresi yang hadir bersamaan dengan jenis penyakit tersebut, dapat meningkatkan risiko kematian (mortalitas) dan memperparah derajat kesakitan (morbiditas).

"Studi-studi tentang depresi pada pasien penyakit jantung menunjukkan angka prevalensi sebesar 18 hingga 60 persen. Studi-studi epidemiologis juga menunjukkan peningkatan angka mortalitas pasien penyakit jantung akibat menderita pula depresi," ujarnya dalam media edukasi di Jakarta, Selasa (14/10)

Studi yang dilakukan dr Mutiara Sp.KJ pada 2004 juga menunjukkan bahwa proporsi terbesar dari gangguan depresi ditemukan pada responden yang mengalami penyumbatan pada pembuluh darah jantung (infark miokard akut/AMI) sebesar 69 persen. Pada penelitian tersebut juga didapatkan hubungan bermakna antara depresi, stresor psikososial dan derajat keparahan AMI.

"Pada penyakit-penyakit menahun, depresi juga akan menambah progresivitas dan menimbulkan kecacatan / mengancam kematian terutama pada penyakit-penyakit pasca stroke dan jantung koroner." tambahnya.

Ia menambahkan, depresi yang dialami pasien stroke juga berpeluang cukup tinggi untuk meningkatkan risiko mortalitas. "Depresi pada pasien stroke menunjukkan prevalensi sekitar 27-45 persen. Pada penderita stroke, depresi akan memperlambat proses penyembuhan, memperberat gejala fisik, mengganggu rehabilitasi, dan meningkatkan angka kematian," jelas Suryo.

Depresi merupakan penyakit serius yang diderita oleh jutaan orang dengan berbagai macam gejala. Depresi dapat menyebabkan seseorang merasa bersalah tanpa alasan yang jelas. Depresi dapat menjadikan seseorang merasa tidak berguna, meskipun telah melakukan apa saja yang menurutnya adalah yang terbaik.

Depresi juga dapat menyebabkan seseorang tidak berminat terhadap hal-hal yang sebelumnya amat dia sukai. Selain itu depresi membuat energi terkuras, sehingga lekas merasa letih dan lelah.

Suryo mengingatkan bahwa penanganan yang komprehensif terhadap penderita penyakit jantung iskemik dan stroke sangat perlu untuk memberikan perhatian pada pengelolaan depresi. "Pengelolaan yang benar terhadap depresi merupakan faktor yang penting untuk tercapainya pemulihan yang optimal," tambahnya.

Sebaiknya, pengelolaan depresi dan pemulihan pasien dan penyakit jantung dan stroke melibatkan tim terpadu interdisipliner, yang terdiri atas dokter ahli penyakit jantung, penyakit saraf, psikiater, rehabilitasi medik, psikolog, dan pekerja sosial.

"Oleh karena itu, penanganan masalah penyakit jantung dan stroke harus ditinjau secara menyeluruh sehingga penatalaksanaan akan memberikan hasil yang optimal," ungkap Suryo.

http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2008/10/14/18060637/awas.depresi.bikin.penderita.jantung.cepat.mati

******************

Makanan Olahan Tingkatkan Risiko Depresi


Pola makan yang tinggi mengonsumsi makanan olahan meningkatkan risiko depresi. Sebaliknya, diet dengan banyak sayuran, buah, dan ikan mempunyai risiko depresi jauh lebih kecil.

Demikian hasil penelitian University College London. Data mengenai pola makan itu diperoleh dari 3.500 pegawai negeri paruh baya yang kemudian dibandingkan dengan tanda-tanda depresi lima tahun kemudian.

Penelitian itu dipublikasikan dalam British Journal of Psychiatri. Para peneliti membagi partisipan ke dalam dua tipe diet, yakni mereka yang menggunakan pola diet berbasis makanan beragam dengan banyak buah-buahan, sayuran, dan ikan.

Kelompok lainnya ialah orang yang utamanya mengonsumsi makanan seperti camilan manis, makanan yang digoreng, daging olahan, refines grains, dan produk susu berlemak tinggi.

Setelah memperhitungkan faktor jender, umur, pendidikan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, dan penyakit kronik, mereka menemukan perbedaan signifikan terkait risiko depresi di masa depan di antara kedua diet berbeda itu.

Mereka dengan pola makan berbasis beragam makanan berisiko lebih rendah 26 persen menderita depresi di masa depan. Sebaliknya, orang dengan pola makan tinggi makanan olahan punya risiko 58 persen lebih tinggi terhadap depresi.

Salah satu peneliti, Dr Archana Singh-Manoux, mengungkapkan, lewat penelitian itu mereka ingin melihat dari sudut pandang berbeda hubungan antara pola makan dan kesehatan mental. Masih belum jelas benar mengapa sejumlah makanan dapat mencegah atau sebaliknya meningkatkan risiko depresi. Diduga hal itu terkait dengan peradangan tubuh dan penyakit jantung. (BBC/INE)

http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/11/03/08021659/makanan.olahan.tingkatkan.risiko.depresi

******************


Senam Tertawa Sarana Hilangkan Stres


Penelitian yang dilakukan Asosiasi Psikiatri Indonesia mengatakan, 94 persen populasi Indonesia mengalami depresi atau gangguan lain sejenis. Ini menjadi salah satu alasan Gerakan Integrasi Nasional (NIM) menyelenggarakan senam tertawa.

"Tertawa bisa menciptakan hormon melatonin, yang menenangkan kita sehingga kita bisa atasi stres dan depresi," kata Presiden NIM Maya Safira Muchtar yang ditemui di tengah acara Pesta Rakyat Senam Tertawa di Halaman Monas Jakarta, Minggu (14/6).

Lebih lanjut Maya mengatakan, berdasar penelitian satu menit tertawa sama dengan 20 menit olah raga ringan. Oleh karenanya, dengan tertawa kita bisa meningkatkan kadar oksigen dalam darah, mengonsentrasikan 8 titik saraf, melemaskan otot-otot, menurunkan tekanan darah, meningkatkan daya tahan tubuh, melancarkan aliran darah, memijat paru-paru dan jantung, meringankan konstipasi, melancarkan aliran darah, menyeimbangkan fungsi otak kanan dan otak kiri, serta mengurangi risiko penyakit jantung.

Selain itu, karena di acara ini juga ada nyanyi-nyanyian, Maya mengatakan bahwa suara yang diciptakan dari nyanyian memberi getaran pada otak. Otak seperti dipijat. "Hal itulah yang merangsang otak untuk memproduksi hormon melatonin. Sekali lagi, hormon itulah yang menghindarkan kita dari stres dan depresi," tandas Maya.

Teknik senam tertawa ini juga menjadi wahana saling mengenal satu sama lain. "Tujuan lainnya untuk mempererat satu sama lain. Lebih relaks. Lebih memahami. Karena dari 3.000 yang hadir tidak saling kenal," pungkasnya.

Minggu, 14 Juni 2009 | 09:07 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com
http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/06/14/09071111/senam.tertawa.sarana.hilangkan.stres

Tidak ada komentar:

Posting Komentar