Minggu, 18 Januari 2015

Ridha Menghadapi Cacian, Hujatan dan Celaan



Sahabat, syukur Alhamdulillah kita panjatkan kepada Allah SWT atas nikmat sehat, iman Islam serta hidayah taufik. Dengan demikian kita diilhamkan-Nya memahami hakekat kebaikan dan keburukan sehingga insyaAllah menjadi lebih baik dan lebih baik dari waktu ke waktu. Dalam usaha menjadi hamba yang lebih baik dari waktu ke waktu ini, sering kita menghadapi berbagai cobaan. Cobaan  kadang datang dari orang lain di sekitar kita. Pernah, anak saya bercerita tentang temannya yang telah mengeluarkan kata-kata yang kurang sedap didengar dan sangat menyakitkan, berkali-kali. Bahkan pada suatu ketika anak saya ini menginginkan pindah sekolah karena tidak tahan dengan perlakuan temannya. Anda yang kebetulan sebagai orang tua, apakah juga pernah mengalami hal ini, anak anda mengeluhkan hal yang senada dengan anak saya ini?  

Kala itu terjadi saya berfikir keras bagaimana menyelesaikan masalah tersebut sehingga baik untuk semuanya. Diantara nasehat untuk anak, saya tunjukkan gambaran mengenai cobaan bisa terjadi di mana saja dan kapan saja, bahkan saya gambarkan juga bahwa peristiwa yang dia alami itu juga biasa dijumpai di dunia kerja nanti. Jadi yang paling penting adalah belajar untuk menyikapinya sebaik mungkin, sesuai dengan yang Allah kehendaki. InsyaAllah bila kita telah berusaha semaksimal mungkin menata hati dan bersikap seperti yang agama ajarkan melalui tuntunan Rasulullah SAW, maka berlimpah kebaikan untuk kita. Kebaikan yang saya maksud di sini salah satunya adalah insyaAllah Allah akan menjadikan kita kuat sehingga tekanan itu tidak “meruntuhkan” mental terutama. Perlindungan Allah, insyaAllah akan kita dapatkan sehingga kita tetap tegar di manapun kapanpun. 

Walaupun demikian,sesuai dengan kondisinya kita dapat melakukan langkah-langkah tertentu untuk menyelesaikan masalah tersebut. Berbagai pendekatan yang saya lakukan dalam menyelesaikannya antara lain melalui keterlibatan guru di sekolah anak saya, teman anak saya, atau dengan orang tua teman anak saya. Namun demikian, semua ini tergantung pada kondisi dan yang paling penting selalu ditekankan rasa saling menghormati sehingga silaturrahmi tidak terganggu.

Al Muhasibi dalam kitabnya Al Washaya menekankan mengenai keutamaan ridha terhadap celaan dan kata-kata pedas seseorang terhadap kita. Justru ketika kebanyakan orang kesal ketika mendapat cacian, maka yang perlu kita lakukan adalah berusaha menyukai peritiwa itu dan melakukan pendekatan kepada Allah. Jadilah kita sebagai orang yang berbeda dengan kebanyakan orang (yang biasanya akan marah dan tidak suka dengan celaan) dengan cara berusaha untuk ridha, sabar dan tidak marah karena itu akan memberi kebaikan. Bahkan kita perlu meneliti kedalam diri karena diri kita pun masih banyak kekurangan. 

Kita disarankan untuk menghindar dari benci terhadap pencela karena orang yang benci pada pencela adalah orang yang sombong, merasa tidak layak mendapat celaan. Padahal sombong adalah salah satu sifat yang sangat tidak disukai Allah. Sebenarnya, pencela ini punya keutamaan. 

Pertama, ia sayang dan bermaksud memberi nasehat. Tidak baik jika kita marah terhadap orang yang sayang itu.  

Kedua, dia memang hanya ingin mencela perbuatan kita yang memang patut dicela. Tak apa, hindarkan marah, jangan berbuat buruk kepadanya karena akan memburukkan kita dunia akherat, dekatkan diri kepada Allah.  

Ketiga,  orang yang mencela walaupun kita tidak seperti yang dia katakana itu. Orang itu sebenarnya telah mencelakakan dirinya sendiri. Jika kita tidak marah namun ridha, justru dosa-dosa kita insyaAllah diampunkan-Nya dan akan ada limpahan pahala sebagai ganjaran kesabaran kita.

Seorang pencela, biasanya cenderung terpuaskan bila kita sampai marah dan sampai memohon pada Allah tentang kehancuran dia. Sebaiknya sikap kita adalah memaafkan, mendo’akan dia supaya Allah meluruskannya, menyadarkan dan menganugerahinya rahmat. Ingatlah bahwa kesalahan orang itu terhadap kita jauh lebih kecil dibandingkan kesalahan kita kepada Allah. Jika kita bisa bersikap demikian, insyaAllah kebaikan yang banyak tercurah untuk kita. Jadi justru kita mendapat manfaat dari “musuh” kita itu. 

Seorang ahli ibadah justru lebih menyukai cacian daripada pujian karena cacianlah yang  justru memberi manfaat bagi kehidupan di akherat. Sedangkan pujian, sering mencelakakan kita karena sering menimbulkan kekotoran hati dan merusakkan amalan. Ia akan sekuat tenaga menghilangkan rasa suka ketika dipuji dan sekuat tenaga menyayangi orang yang mencelanya, tidak mendendam bahkan mencukupi kebutuhan pencelanya.



http://menujucintamu.blogspot.com/2012/11/ridha-menghadapi-cacian-hujatan-dan.html

1 komentar:

  1. Tapi Bagaimana Jika Orang Yang Mencela Kita Sampai Mengajak Kita Main Otot(Ribut), Walaupun Kita Sudah Sabar, Tapi, Bagaimana Dengan Harga Diri Kita

    BalasHapus