Rabu, 04 November 2009

Bugar Ditanah Suci



Ibadah haji adalah salah satu ibadah yang membutuhkan kekuatan fisik yang prima. Sebab ketika menjalankan ibadah ini, para jamaah haji selalu bergerak dan berpindah tempat. Misalnya thawaf, sa’i, dan melempar jum rah. Belum lagi harus menempuh perjalanan yang cukup jauh dari satu kota ke kota yang lain. “Seki tar 70 persen kegiatan ibadah haji merupakan ibadah fisik,” tegas Sekjen Forum Komu nikasi Kelompok Ibadah Haji (KBIH), Ustadz Qosim Shaleh Lc MA.

Karena itu, fisik yang prima menjadi sebuah keharusan. Ini penting demi kesempurnaan pelaksanaan rukun Islam kelima tersebut. “Fisik yang prima berarti sehat dan bugar.

Dengan kata lain, jamaah haji harus selalu menjaga kesehatan sebelum dan ketika menjalankan ibadah haji,” tutur Qosim. Ia mengingatkan, kondisi udara di Tanah Suci sangat berbeda de ngan Indonesia. Kondisi udara di sana bisa sangat ekstrem, yaitu sangat terik di siang hari dan sa ngat dingin di malam hari. “Ini bisa menyebabkan para jamaah haji mudah terserang penyakit,” ujarnya.

Dalam beberapa kesempatan sebelumnya, Menteri Agama, meminta agar calon jamaah haji (calhaj) mempersiapkan diri sebaik mungkin dengan membawa baju hangat. Ini untuk mengantisipasi cuaca dingin di Tanah Suci.

Dia mengungkapkan, hingga tahun 2014 pelaksanaan haji tahun berlangsung pada musim dingin. “Dengan kondisi seperti itu kami minta para jamaah untuk menyiapkan diri dengan membawa pakaian hangat dan tebal,” ujar Maftuh Basyuni.

Ustadz Bobby Herwibowo dari Dompet Dhu”afa Travel, mengung kapkan, para calon jamaah haji harus mempersiapkan diri sebaik mungkin, secara lahir dan batin. Ini penting agar pelaksanaan ibadah hajinya bisa sempurna. “Secara lahir, para calon jamaah haji perlu memperhatikan kesehatan fisiknya. Sebab ibadah haji merupakan ibadah yang terkait dengan aktivitas fisik. Jadi selain melakukan persiapan manasik haji, perlu juga melakukan latihan fisik,” katanya.

Salah satu latihan fisik yang diperlukan namun kerap terlupakan, lanjut Bobby, adalah latihan untuk duduk. Latihan ini diperlukan meng ingat para jamaah haji harus duduk selama belasan jam dalam ritual i’tikaf yang merupakan salah satu rukun berhaji.

Dari segi usia, jelasnya, para jamaah yang akan berangkat haji sebaiknya berusia di bawah 50 tahun. Sebab kalau di atas usia 50 tahun dikhawatirkan akan menemui sejumlah kendala. “Oleh karena itu alangkah baiknya jika kita mulai menata hati dan niat kita untuk mulai mempersiapkan ibadah haji sejak usia 20 atau 30 tahun,” terang Bobby.

Ustadz Qosim mengungkapkan, jamaah haji memerlukan niat yang tulus untuk beribadah kepada Allah SWT. “Untuk memenuhi panggilan Allah tersebut maka jamaah harus sehat, mampu, dan sabar,” tegas Qosim yang juga Ketua KBIH Khazanah Mandiri, Depok, Jawa Barat.

Ia menambahkan, jika kondisi fisik jamaah sakit, maka tidak akan maksimal dalam menjalankan ibadah haji lengkap dengan segala rukunnya. “Jadi sangat sayang jika jamaah haji justru jatuh sakit di Tanah Suci.

Ibadah haji itu wajib dilakukan hanya satu kali seumur hidup. Karena itu kita harus memberi sugesti kepada diri kita sendiri bahwa kita ini sehat dan mampu menjalani seluruh rangkaian ibadah haji tersebut,” imbuh Qosim.

Direktur Lembaga Dakwah dan Kesehatan Haji (LDK), Dr dr H Syarief Hasan Luthfie SpRM menyebutkan, salah satu latihan fisik yang perlu dilakukan para calon jamaah haji adalah berjalan. Latihan ini perlu dilakukan disesuaikan dengan karakteristik aktivitas yang banyak dilakukan selama berada di Tanah Suci. “Latihan berjalan secara kontinyu, diharapkan dapat mencegah terjadinya kelelahan secara fisik,” papar Syarief.

Kelelahan yang sering dialami para jamaah haji, kata Syarief, adalah akibat berkurangnya respons tubuh sehingga menimbulkan hilangnya semangat atau tenaga untuk beraktivitas. Kelelahan yang banyak dialami oleh para jamaah haji tersebut penyebab utamanya adalah timbulnya berbagai gangguan kesehatan dari mulai sesak napas dan gagal ginjal.

Agar kelelahan tersebut bisa dicegah, maka para jamaah haji perlu melakukan diagnosa kesehatan guna mengetahui kondisi kesehatan yang sebenarnya. “Latihan berjalan ini perlu dilakukan secara kontinyu selama enam menit tiga kali seminggu dengan intensitas waktu dan jarak yang disesuaikan dengan kondisi masingmasing jamaah,” paparnya.

Program latihan fisik ini sudah mulai diterapkan oleh Departemen Kesehatan bersama dengan Depatemen Agama yang direalisasikan dalam bentuk masuknya persiapan fisik haji secara praktik yang menjadi bagian dari silabus manasik haji wajib yang diselenggarakan oleh Depkes mulai musim haji tahun 2009.

Dengan mencegah jamaah mengalami kelelahan fisik, imbuh Syarief, energi yang ada dapat disimpan untuk menjalani ritual yang menjadi rukun wajib berhaji. Selain itu, diharapkan dengan melakukan latihan berjalan secara kontinyu dapat membantu meningkatkan stamina jamaah haji sehingga tingkat kesakitan selama di sana dapat diminimalkan. ■ jar/yto

http://www.jurnalhaji.com/2009/10/20/bugar-ditanah-suci/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar