Rabu, 04 November 2009

Pasar Seng Tinggal Kenangan


Sampai musim haji 2006, jamaah yang mendatangi Makkah pastilah mempunyai cerita tentang Pasar Seng. Pasar yang terletak berdekatan dengan Masjidil Haram ini layaknya Pasar Tanah Abang di Jakarta.

Bila ditarik garis lurus, Pasar Seng terdapat di ujung jalan dekat perpustakaan atau rumah lahir Nabi Muhammad SAW. Aneka dagangan dijajakan di sana. Bukan saja makanan, segala macam cendera mata seperti pedang hiasan ala Arab, pakaian, jam tangan, tasbih, parfum, minyak wangi, perlengkapan shalat (sajadah, mukenah, peci), buku, dan kaset-kaset Islami, tersedia di pasar legendaris ini.

Cendera mata yang diperdagangkan juga banyak yang buatan Cina, India, Bangladesh, Turki, Mesir, bahkan Indonesia.Konon, penyebutan Pasar Seng karena awalnya bangunan toko yang ada di pasar tersebut beratapkan seng (zinc ). Kecuali, harga-harganya yang relatif murah, ketersediaan segala macam buah tangan untuk dibawa pulang ke tanah air jamaah haji, menjadikan Pasar Seng surga belanja bagi mereka.

Sampai musim haji 2006, Pasar Seng selalu dipadati jamaah. Tak ada toko yang sepi pembeli. Jamaah Indonesia termasuk yang paling ditunggu para pedagang Pasar Seng. Selain jumlahnya yang paling banyak, jamaah haji Indonesia dikenal sebagai jamaah yang ””doyan”” belanja.

Banyak cerita betapa para pedagang Pasar Seng mencoba menyelami psikologis orang Indonesia dengan memasang gaya keramahan khas masyarakat Nusantara. Ada pedagang yang langsung memeluk dan mencium pipi jamaah haji Indonesia (tentu yang satu jenis kelamin) guna menunjukkan keramahannya.

Kosakata bahasa Indonesia mereka juga kaya kendati tak bisa disebut lancar berbahasa Indonesia. Tujuannya tak lain agar jamaah Indonesia terpikat berbelanja di toko mereka.
Kata-kata fasih seperti, ””””Murah, ini satu riyal saja”””” atau ””””Halal, murah, beli di sini saja,”””” acap terdengar di Pasar Seng. Tanpa mengurangi keramahannya, pedagang yang tak bisa berbahasa Indonesia langsung menyodorkan kalkulator yang sudah diketik deretan angka penanda harga barang yang ingin dibeli. Bila tertera angka 40, berarti barang yang ingin dibeli jamaah seharga 40 riyal.

Tapi, kini cerita keramaian dan keunikan Pasar Seng tinggal kenangan. Pemerintah Kerajaan Arab Saudi sudah membongkar areal sekitar Masjidil Haram, Makkah, itu guna perluasan kawasan masjid.

Pasar Seng hanyalah satu dari sekian banyak yang menjadi ””””korban”””” kebijakan Pemerintah Arab Saudi. Sejumlah hotel dan bangunan lain di sekitar Masjidil Haram turut tergusur. Bangunan Hotel Sheraton yang megah pun tak mampu mengelak dari penggusuran.

Ada pula Masjid Kucing dan Hotel Soraya yang berdekatan dengan Pasar Seng dirobohkan. Hotel-hotel lain seperti Qurtuba, Zahret, Darkum, Talal, Firdaus Umrah, dan Firdaus Makkah mengalami nasib sama.

Melalui Surat Keputusan (Qarar) Majelis Ulama Arab Saudi tentang dibolehkannya perluasan mas””a (tempat sa””i) bernomor 227 tertanggal 22 Safar 1427 H bertepatan tanggal 22 Maret 2006, pemerintah setempat memulai pembongkaran kawasan sekitar Masjidil Haram.

Menurut Pemerintah Kerajaan Arab Saudi, perluasan mas””a bertujuan untuk memberikan pelayanan terhadap kenyamanan dan kemudahan para tamu Allah saat melaksanakan ibadah haji.

Yah , begitulah ceritanya. Pasar Seng kini tinggallah kenangan. Perluasan kawasan masjid atas nama kepentingan terhadap para jamaah haji telah mengantarkan Pasar Seng ke lipatan catatan sejarah. Harga yang terpaksa harus dibayar guna kebaikan yang lebih besar lagi. ade/berbagai sumber/yto

http://www.jurnalhaji.com/2009/10/22/pasar-seng-yang-tinggal-kenangan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar