Sabtu, 07 November 2009
Cerita Anggodo Membangkang dalam Pewayangan
Dalam kisah wiracarita Ramayana versi Jawa, ada sebuah potongan lakon yang bisa jadi cukup menarik untuk direnungkan. Cerita Anggodo Balik atau Anggodo Membangkang.
Potongan lakon ini merupakan bagian penting dari cerita yang menggambarkan peperangan antara Kerajaan Ayodya melawan Alengka saat Rama, penguasa Ayodya, ingin mengambil kembali Shinta, istrinya, yang dicuri Rahwana saat mereka berburu di hutan Dandaka.
Ya, karena kehilangan istri dan semangat mengambil istri orang adalah dua kepentingan yang saling berlawanan, akhirnya peperangan fisik tak terhindarkan. Pada awal peperangan dikisahkan, Rama tidak mengetahui di mana sebenarnya letak geografis negeri Alengka, tempat istrinya disandera. Kemudian dia menyuruh pasukan kera yang dipimpin Anoman.
Anoman sukses menyelidiki dan menyidik seberapa jauh dan seberapa kuat negeri Alengka. Anoman pulang ke Ayodya setelah menyerahkan cincin kawin Rama kepada Shinta. Namun, Anoman juga sukses membuat jejak, dibakarnya negeri Alengka hingga menjadi abu. Lalu dia pulang melaporkan keberhasilan misinya.
Untuk menaklukkan Rahwana, Rama kemudian mengutus salah satu senopatinya bernama Anggodo. Ia adalah kera berbulu merah yang punya kesaktian luar biasa. Sebab, Anggodo adalah anak Subali dari istri seorang bidadari bernama Tara.
Benar, Anggodo akhirnya berangkat bersama pasukan menuju Alengka, mengikuti peta yang sudah disiapkan oleh Anoman. Sesampainya di Alengka, Anggodo bertemu Rahwana. Namun, Anggodo justru menjadi galau hatinya, ketika Rahwana mengabarkan bahwa kematian Subali, ayahnya, adalah karena panah Rama.
Anggodo semakin galau ketika mengetahui salah satu istri Rahwana, yakni Tari, adalah saudara kembar Tara, ibunya. Anggodo kemudian berbalik, dia membangkang perintah Rama. Anggodo justru ingin membinasakan Rama.
Peperangan menjadi semakin seru karena Anggodo juga punya kepentingan, yakni membalas dendam atas kematian ayahnya. Dia lupa bahwa selama ini telah digaji oleh Rama untuk kelayakan hidupnya. Dia juga diangkat menjadi salah satu panglima perang Ayodya. Anggodo melupakan semua itu. Provokasi Rahwanalah yang kini menghuni hati Anggodo.
Namun, pada akhirnya Anggodo harus berhadapan dengan Anoman, adik sepupunya yang lebih disayang oleh Dewa. Anggodo berhasil disadarkan meskipun harus melalui perkelahian yang melelahkan.
Anggodo menjadi tokoh sentral yang diperebutkan oleh Rama dan Rahwana. Melalui Anggodo, Rama ingin menarik kembali istrinya yang disandera Rahwana. Dan, melalui Anggodo, Rahwana ingin menghancurkan Kerajaan Ayodya.
Kedua pihak sama-sama memiliki modal kuat. Rama merasa telah menghidupi Anggodo dengan pangkat yang cukup tinggi. Rahwana merasa bahwa Anggodo sesungguhnya merupakan saudara sepupu. Nilai minus yang ada pada Rama di mata Anggodo adalah, Rama pernah membunuh Subali, ayahnya. Sedangkan nilai minus yang ada pada Rahwana adalah, raja raksasa ini menyandera Shinta, istri Rama, yang juga adalah sesembahan Anggodo.
Potongan wiracarita Ramayana versi Jawa ini sudah bertahun-tahun dikisahkan, dipentaskan dalam rupa wayang kulit, wayang wong ataupun sendratari. Jika sekarang ada seseorang bernama Anggodo yang begitu mengejutkan banyak kalangan, mungkin hanyalah sebuah kebetulan.
Sabtu, 7 November 2009 | 08:32 WIB
Laporan wartawan KOMPAS.com IGN sawabi
http://regional.kompas.com/read/xml/2009/11/07/08323585/cerita.anggodo.membangkang.dalam.pewayangan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar