Yusuf hidup tenang dan tenteram di rumah Futhifar,
Ketua Polis Mesir, sejak ia menginjakkan kakinya di rumah itu. Ia mendpt
kepercayaan penuh dari kedua majikannya, suami-isteri, mengurus rumah-tangga
mereka dan melaksanakan perintah dan segala keperluan mrk dengan sesungguh
hati, ikhlas dan kejujuran, tiada menuntut upah dan balasan atas segala tenaga
dan jerih payah yang dicurahkan untuk kepentingan keluarga. Ia menganggap
dirinya di rumah itu bukan sebagai hamba bayaran, tetapi sebagai seorang drp
anggota keluarga. demikian pula anggapan majikannya, suami-isteri terhadap
dirinya.
Ketenangan hidup dan kepuasan hati
yang didapatkan oleh Yusuf selama ia tinggal di rumah Futhifar, telah
mempengaruhi kesehatan dan pertumbuhan tubuhnya. Ia yang telah dikaruniai oleh
Tuhan kesempurnaan jasmani dengan kehidupan yang senang dan empuk di rumah
Futhifar, makin terlihat tambah segar wajahnya, tambah elok parasnya dan tambah
tegak tubuhnya, sehingga ia merupakan seorang pemuda remaja yang gagah perkasa
yang menggiurkan hati setiap wanita yang melihatnya, tidak terkecuali isteri
Futhifar, majikannya sendiri, bahkan bukan tidak mungkin bahwa ia akan menjadi
rebutan lelaki, andai kata ia hidup di kota Sadum di tengah-tangah kaum Nabi
Luth ketika itu.
Pengaulan hari-hari di bawah satu atap
rumah antara Yusuf pemuda remaja yang gagah perkasa dan Nyonya Futhifar, seorang wanita muda cantik dan ayu, tidak akan
terhindar dari risiko terjadinya perbuatan maksiat, bila tidak ada kekuatan
iman dan takwa yang menyekat hawa nafsu yang ammarah bissu. Demikian lah akan
apa yang terjadi terhadap Yusuf dan isteri Ketua Polis Mesir.
Pada hari-hari pertama Yusuf berada di
tengah-tengah keluarga , Nyonya Futhifar tidak menganggapnya dan
memperlakukannya lebih dari sebagai pembantu rumah yang cekap, tangkas, giat
dan jujur, berakhlak dan berbudi pekerti yang baik. Ia hanya mengagumi
sifat-sifat luhurnya itu serta kecekapan dan ketangkasan kerjanya dalam
menyelesaikan urusan dan tugas yang pasrahkan kepadanya. Akan tetapi memang
rasa cinta itu selalu didahului oleh rasa simpati.
Simpati dan kekaguman Nyonya Futhifar
terhadap cara kerja Yusuf, lama-kelamaan berubah menjadi simpati dan kekaguman
terhadap bentuk banda dan paras mukanya. Gerak-geri dan tingkah laku Yusuf
diperhatika dari jauh dan diliriknya dengan penuh hati-hati. Bunga api cinta
yang masih kecil di dalam hati Nyonya Futhifar terhadap Yusuf makin hari makin
membesar dan membara tiap kali ia melihat Yusuf berada dekatnya atau mendengar
suaranya dan suara langkah kakinya. Walaupun ia berusaha memandamkan api yang
membara di dadanya itu dan hedak menyekat nafsu berahi yang sedang bergelora
dalam hatinya, untuk menjaga maruahnya sebagai majikan dan mepertahankan
sebagai isteri Ketua Polis, namun ia tidak berupaya menguasai perasaan hati dan
hawa nasfunya dengan kekuatan akalnya. Bila ia duduk seorang diri, maka
terbayanglah di depan matanya akan paras Yusuf yang elok dan tubuhnya yang
bagus dan tetaplah melekat bayangan itu di depan mata dan hatinya, sekalipun ia
berusaha untuk menghilangkannya dengan mengalihkan perhatiannya kepada urusan
dan kesibukan rumahtangga. Dan akhirnya menyerahlah Nyonya Futhifar kepada
kehendak dan panggilan hati dan nafsunya yang mnedpt dukungan syaitan dan iblis
dan diketepikanlahnya semua pertimbangan maruah, kedudukan dan martabat serta
kehormatan diri sesuai dengan tuntutan dengan akal yang sihat.
Nyonya Futhifar menggunakan taktik,
mamancing-mancing Yusuf agar ia lebih dahulu mendekatinya dan bukannya dia dulu
yang mendekati Yusuf demi menjaga kehormatan dirinya sebagai isteri Ketua
Polis. Ia selalu berdandan dan berhias rapi, bila Yusuf berada di rumah, merangsangnya
dengan wangi-wangian dan dengan memperagakan gerak-geri dan tingkah laku sambil
menampakkan, seakan-akan dengan tidak sengaja bahagian tubuhnya yang biasanya
menggiurkan hati orang lelaki.
Yusuf yang tidak sedar bahwa Zulaikha,
isteri Futhifar, mencintai dan mengandungi nafsu syahwat kepadanya, menganggap
perlakuan manis dan pendekatan Zulaikha kepadanya adalah hal biasa sesuai
dengan pesanan Futhifar kepada isterinya ketika dibawa pulang dari tempat
perlelongan. Ia berlaku biasa sopan santun dan bersikap hormat dan tidak
sedikit pun terlihat dari haknya sesuatu gerak atau tindakan yang menandakan
bahwa ia terpikat oleh gaya dan aksi Zulaikha yang ingin menarik perhatiannya
dan mengiurkan hatinya. Yusuf sebagai calon Nabi telah dibekali oleh Allah
dengan iman yang mantap, akhlak yang luhur dan budi pekerti yang tinggi. Ia
tidak akan terjerumus melakukan sesuatu maksiat yang sekaligus merupakan
perbuatan atau suatu tindakan khianat terhadap orang yang telah mempercayainya
memperlakukannya sebagai anak dan memberinya tempat di tengah-tengah
keluarganya.
Sikap dingin dan acuh tak acuh dari
Yusuf terhadap rayuan dan tingkah laku Zulaikha yang bertujuan membangkitkan
nafsu syahwatnya menjadikan Zulaikha bahkan tambah panas hati dan bertekad dkan
berusaha terus sampai maksudnya tercapai. Jika aksi samar-samar yang ia lakukan
tetap tidak dimengertikan oleh Yusuf Yang dianggapkannya yang berdarah dingin
itu, maka akan dilakukannya secara berterus terang dan kalau perlu dengan cara
paksaan sekalipun.
Zulaikha , tidak tahan lebih lama
menunggu reaksi dari Yusuf yang tetap bersikap dingin , acuh tak acuh terhadap
rayuan dan ajakan yang samar-samar daripadanya. Maka kesempatan ketika si suami
tidak ada di rumah, masuklah Zulaikha ke bilik tidurnya seraya berseru kepada
Yusuf agar mengikutinya. Yusuf segera mengikutinya dan masuk ke bilik di
belakang Zulaikha, sebagaimana ia sering melakukannya bila di mintai
pertolongannya melakukan sesuatu di dalam bilik. Sekali-kali tidak terlintas
dalm fikirannya bahwa perintah Zulaikha kali itu kepadanya untuk masuk ke
biliknya bukanlah perintah biasa untuk melekukan sesuatu yang biasa
diperintahkan kepadanya. Ia baru sedar ketika ia berad di dalam bilik, pintu
dikunci oleh Zulaikha, tabir disisihkan seraya berbaring berkatalah ia kepada
Yusuf: ” Ayuh, hai Yusuf! Inilah aku sudah siap bagimu, aku tidak tahan
menyimpan lebih lama lagi rasa rinduku kepada sentuhan tubuhmu. Inilah tubuhku
kuserahkan kepadamu, berbuatlah sekehendak hatimu dan sepuas nafsumu.”
Seraya memalingkan wajahnya ke arah
lain, berkatalah Yusuf:” Semoga Allah melindungiku dari godaan syaitan. Tidak
mungkin wahai tuan puteriku aku akan melakukan maksiat dan memenuhi kehendakmu.
Jika aku melakukan apa yang tuan puteri kehendaki, maka aku telah mengkhianati
tuanku, suami tuan puteri, yang telah melimpahkan kebaikannya dan kasih
sayangnya kepadaku. Kepercayaan yang telah dilimpahkannya kepadaku, adalah
suatu amanat yang tidak patut aku cederai. Sesekali tidak akanku balas budi
baik tuanku dengan perkhianatan dan penodaan nama baiknya. Selain itu Allah pun
akan murka kepadaku dan akan mengutukku bila bila aku lakukan apa yang tuan
puteri mintakan daripadaku. Allah Maha Mengetahui segala apa yang diperbuat
oleh hambanya.
Segera mata Zulaikha melotot dan wajahnya
menjadi merah, tanda marah yang meluap-luap, akibat penolakan Yusuf tehadap
ajaknya. Ia merasakan dirinya dihina dan diremehkan oleh Yusuf dengan
penolakannya, yang dianggapnya suatu perbuatan kurang ajar dari seorang pelayan
terhadap majikannya yang sudah merendahkan diri, mengajaknya tidur bersama,
tetapi ditolak mentah-mentah. Padhal tidak sedikit pembesar pemerintah dan
orang-orang berkedudukan telah lama merayunya dan ingin sekali menyentuh
tubuhnya yang elok itu, tetapi tidak dihiraukan oleh Zulaikha.
Yusuf melihat mata Zulaikha yang
melotot dan wajahnya yang menjadi merah, menjadi takut akan terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan, dan segera lari menuju pintu yang tertutup, namun
Zulaikha cepat-cepat bangun dari ranjangnya mengejar Yusuf yang sedang berusaha
membuka pintu, ditariknyalah kuat-kuat oleh Zulaikha bahagian belakang
kemejanya sehingga terkoyak. Tepat pada masa mereka berada di belakang pintu
sambil tarik menarik, datanglah Futhifar mendapati mrk dalam keadaan yang
mencurigakan itu.
Dengan tiada memberi kesempatan Yusuf
membuka mulut, berkatalah Zulaikha cepat-cepat kepada suaminya yang masih
berdiri tercengang memandang kepada kedua orang kepercayaan itu:” Inilah dia
Yusuf , hamba yang engkau puja dan puji itu telah berani secara kurang ajar
masuk ke bilikku dan memaksaku memenuhi nafsu syahwatnya. Berilah ia ganjaran
yang setimpal dengan perbuatan biadabnya. Orang yang tidak mengenal budi baik
kami ini harus dipenjarakan dan diberika seksaan yang pedih.”
Yusuf mendengar laporan dan tuduhan
palsu Zulaikha kepada suaminya, tidak dpt berbuat apa-apa selain memberi
keterangan apa yang terjadi sebenarnya. Berkatalah ia kepada majikannya,
Futhifar:” Sesungguhnya dialah yang menggodaku, memanggilkan aku ke biliknya,
lalu memaksaku memenuhi nafsu syahwatnya. Aku menolak tawarannya itu dan lari
menyingkirinya, namun ia mengejarku dan menarik kemejaku dari belakang sehingga
terkoyak.”
Futhifar dalam keadaan bingung.
Sipakah diantara kedua orang yang benar? Yusufkah yang memang selama hidup bersama
dirumahnya belum pernah berkata dusta, atau Zulaikhakah yang dalam fikirannya
tidak mungkin akan mengkhianatinya? Dalam keadaan demikian itu tibalah
sekonyong-konyong seorang dari keluarga Zulaikha, iaitu saudaranya sendiri yang
dikenal bijaksana, pandai dan selalu memberi pertimbangan yang tepat bila
dimintai fikiran dan nasihatnya. Atas permintaan Futhifar untuk memberinya
pertimbangan dalam masalah yang membingungkan itu, berkatalah saudaranya:”
Lihatlah, bila kemeja Yusuf terkoyak bahgian belakangnya, maka ialah yang benar
dan isterimu yang dusta. Sebaliknya bila koyak kemejanya di bahagian hadapan
maka dialah yang berdusta dan isterimu yang berkata benar.”
Berkatalah Futhifar kepada isterinya
setelah persoalannya menjadi jelas dan tabir rahasianya terungkap:”
Beristighfarlah engkau hai Zulaikha dan mohonlah ampun atas dosamu. Engkau
telah berbuat salah dan dusta pula untuk menutupi kesalahanmu. Memang yang
demikian itu adalah sifat-sifat dan tipu daya kaum wanita yang sudah kami
kenal.” Kemudian berpalinglah dia menghadap Yusuf dan berkata kepadanya:”
Tutuplah rapat-rapat mulutmu wahai Yusuf, dan ikatlah lidahmu, agar masalah ini
akan tetap menjadi rahsia yang tersimpan sekeliling dinding rumah ini dan
jangan sesekali sampai keluar dan menjadi rahsia umum dan buah mulut
masyarakat. Anggap saja persoalan ini sudah selesai sampai disini.”
Ada sebuah peribahasa yang berbunyi:
” Tiap rahsia yang diketahui oleh dua
orang pasti tersiar dan diketahui oleh orang ramai.”
Demikianlah juga peristiwa Zulaikha dengan
Yusuf yang dengan ketat ingin ditutupi oleh keluarga Futhifar tidak perlu
menunggu lama untuk menjadi rahsia umum. pada mulanya orang berbisik-bisik dari
mulut ke mulut, menceritakan kejadian itu, tetapi makin hari makin meluas dan
makin menyebar ke tiap-tiap pertemuan dan menjadi bahan pembicaraan di kalangan
wanita-wanita dari golongan atas dan menengah. Kecaman-kecaman yang bersifat
sindiran mahupun yang terang-terangan mulai dilontarkan orang terhadap
Zulaikha, isteri Ketua Polisi Negara, yang telah dikatakan bercumbu-cumbuan
dengan pelayannya sendiri, seorang hamba belian dan yang sangat memalukan kata
mrk bahwa pelayan bahkan menolak ajakan majikannya dan tatkala melarikan diri
drpnya dikejarkannya sampai bahagian belakang kemejanya terkoyak.
Kecaman-kecaman sindiran-sindiran dan
ejekan-ejekan orang terhadap dirinya akhirnya sampailah di telinga Zulaikha. Ia
menjadi masyangul dan sedih hati bahwa peristiwanya dengan Yusuf sudah menjadi
buah mulut orang yang dengan sendirinya membawa nama baik keluarga dan nama
baik suaminya sebagai Ketua Polisi Negara yang sgt disegani dan dihormati.
Zulaikha yang sangat marah dan jengkel terhadap wanita-wanita sekelasnya,
isteri-isteri pembesar yang tidak henti-hentinya dalam pertemuan mrk
menyinggung namanya dengan ejekan dan kecaman sehubungan dengan peristiwanya
dengan Yusuf.
Utk mengakhiri desas-desus dan
kasak-kusuk kaum wanita para isteri pembesar itu, Zulaikha mengundang mereka ke
suatu jamuan makan di rumahnya, dengan maksud membuat kejutan memperlihatkan kepada
mereka Yusuf yang telah menawankan hatinya sehingga menjadikan lupa akan maruah
dan kedudukan sebagai isteri Ketua Polisi Negara.
Dalam pesta itu para undangan
diberikan tempat duduk yang empuk dan masing-masing diberikan sebilah pisau
yang tajam untuk memotong daging dan buah-buahan yang tersedia dan sudah
dihidangkan.
Setelah masing-masing tamu menduduki
tempatnya dan disilakannya menikmati hidangan yang sudah tersedia di depannya,
maka tepat pada masa mrk sibuk mengupas buah yang ada ditangan masing-masing,
dikeluarkannyalah Yusuf oleh Zulaikha berjalan sebagai peragawan di hadapan
wanita-wanita yang sedang sibuk memotong buah-buahan itu. Tanpa disadari para
tamu wanita yang sedang memegang pisau dan buah-buahan di tangannya seraya
ternganga mengagumi keindahan wajah dan tubuh Yusuf mrk melukai jari-jari
tangannya sendir dan sambil menggeleng-geleng kepala kehairanan, maka
berkatalah mrk:” Maha Sempurnalah Allah. Ini bukanlah manusia. Ini adalah
seorang malaikat yang mulia.”
Zulaikha bertepuk tangan tanda gembira
melihat usah kejutannya berhasil dan sambil menunjuk ke jari-jari wanita yang
ter-iris dan mencucurkan darah itu berkatalah ia:
” Inilah dia Yusuf, yang
menyebabkan aku menjadi bual-bualan ejekanmu dan sasaran kecaman-kecaman orang
Tidakkah kami setelah melihat Yusuf dengan mata kepala memberi uzur kepadaku,
bila ia menawan hatiku dan membangkitkan hawa nafsu syahwatku sebagai seorang
wanita muda yang tidak pernah melihat orang yang setampan parasnya, seindah
tubuhnya dan seluhur akhlak Yusuf? Salahkah aku jika aku tergila-gila olehnya,
sampai lupa akan kedududkanku dan kedudukan suamiku? Kamu yang hanya melihat
Yusuf sepintas lalu sudah kehilangan kesedaran sehingga bukan buah-buahan yang
kamu kupas tetapi jari-jari tanganmu yang terhiris. Maka herankah kalau aku
yang berkumpul dengan Yusuf di bawah satu bumbung, melihat wajah dan tubuhnya
serta mendengar suaranya pada setiap saat dan setiap detik sampai kehilangan
akal sehingga tidak dapat mengawal nafsu syahwatku menghadapinya? Aku harus
mengaku didepan kamu bahawa memang akulah yang menggodanya dan merayunya dan
dengan segala daya upaya ingin memikat hatinya dan mengundangnya untuk
menyambut cintaku dan melayani nafsu syahwatku. Akan tetapi dia bertahan diri,
tidak menghiraukan ajakanku dan bersikap dingin terhadap rayuan dan godaanku.
Ia makin menjauhkan diri, bila aku mencuba mendekatinya dan memalingkan
pandangan matanya dari pandanganku bila mataku menentang matanya. Aku telah
merendahkan diriku sebagai isteri Ketua Polisi Negara kepada Yusuf yang hanya
seorang hamba sahaya dan pembantu rumah, namaku sudah terlanjur ternoda dan
menjadi ejekan orang karenanya, maka bila tetap membangkang dan tidak mahu
memperturutkan kehendakku, aku tidak akan ragu-ragu akan memasukkannya ke dalam
penjara sepanjang waktu sebagai pengajaran baginya dan imbalan bagi kecemaran
namaku karenanya.”
Mendengar kata-kata ancaman Zulaikha
terhadap diri Yusuf menggugah hati para wanita yang menaruh simpati dan rasa
kasihan kepada diri Yusuf. Mrk menyayangkan bahwa tubuh yang indah dan wajah
yang tampan serta manusia yang berbudi pekerti dan berakhlak luhur itu tidak
patut dipenjarakan dan dimasukkan ke tempat orang-orang yang melakukan jenayah
dan penjahat.
Berkata salah seorang yang
menghampirinya:
” Wahai Yusuf, Mengapa engkau berkeras
kepala menghadapi Zulaikha yang menyayangimu dan mencintaimu? Mengapa engkau
menolak ajakan dan seruannya terhadapmu? Suatu keuntungan besar bagimu, bahwa
seorang wanita cantik seperti Zulaikha yang bersuamikan seorang pembesar negara
tertarik kepadamu dan menginginkan pendekatanmu. Ataukah mungkin engkau adalah
seorang lelaki yang lemah syahwat dan karena itu tidak tertarik oleh kecantikan
serta keelokan seorang wanita muda seperti Zulaikha.”
Berkata seorang tamu wanita lain:
” Jika sekiranya kamu tidak tertarik
kepada Zulaikha karena kecantikannya, maka berbuatlah untuk kekayaannya dan
kedudukan suaminya. sebab jika engkau dapat menyesuaikan dirimu kepada kehendak
Zulaikha dan mengikuti segala perintahnya nescay engkau akan dianugerahi harta
yang banyak dan mungkin pangkatmu pun akan dinaikkan.”
Berucap seorang tamu lain memberi
nasihat:
” Wahai Yusuf, pikirkanlah baik-baik
dan camkanlah nasihatku ini: Zulaikha sudah berketetapan hati harus mencapai
tujuannya dan memperoleh akan apa yang dikehendakinya drpmu. Ia sudah terlanjur
diejek dan dikecam orang dan sudah terlanjur namanya menjadi bualan di dalam
masyarakat karena engkau maka dia mengancam bila engkau tetap berkeras kepala
dan tidak melunakkan sikapmu terhadap tuntutannya, pasti ia akan memasukkan
engkau ke dalam penjara sebagai penjahat dan penjenayah. Engkau mengetahui
bahawa suami Zulaikha adlah Ketua Polisi Negara yang berkuasa memenjarakan
seseorang ke dalam tahanan dan engkau mengetahui pula bahwa Zulaikha sgt
berpengaruh kepada suaminya. Sayangilah wahai Yusuf dirimu yang masih muda
remaja dan tampan ini dan ikutilah perintah Zulaikha agar engkau selamat dan
terhindar dari akibat yang kami tidak menginginkan ke atas dirimu.”
Kata-kata nasihat dan bujukan para
wanita ,Tamu Zulaikha itu didengar oleh Yusuf dengan telinga kanan dan keluar
ke telinga kirinya. Tidak suatu pun daripadanya yang dapat turun ke lubuk
hatinya atau menjadi bahan penimbangannya. Akan tetapi walaupun ia percaya
kepada dirinya, tidak akan terpengaruh oleh bujukan dan nasihat-nasihat itu, ia
merasa khuatir, bahwa jika masih tinggal lama di tengah-tengah pergaulan itu
akhirnya mungkin ia akan terjebak dan masuk ke dalam perangkap tipu daya dan
tipu muslihat Zulaikha dan kawan-kawan wanitanya.
Berdoalah Nabi Yusuf memohon kepada
Allah agar memberi ketetapan iman dan keteguhan tekad kepadanya spy tidak
tersesat oleh godaan syaitan dan tipu muslihat kaum wanita yang akan
menjerumuskannya ke dalam lembah kemaksiatan dan perbuatan mungkar. Berucaplah
ia di dalam doanya:” Ya Tuhanku! sesungguhnya aku lebih suka dipenjarakan
berbanding aku berada di luar tetapi harus memperturutkan hawa nafsu para
wanita itu. Lindungilah aku wahai Tuhanku dari pergaulan orang-orang yang
hendak membawaku ke jalan yang sesat dan memaksaku melakukan perbuatan yang
Engkau tidak redhai. Bila aku dipenjarakan akan ku bulatkan fikiranku serta
ibadahku kepadamu wahai Tuhanku. Jauhkanlah daripadaku rayuan dan tipu daya
wanita-wanita itu, supaya aku tidak termasuk dari orang-orang yang bodoh dan
sesat.”
Futhifar, Ketua Polisi Negara, Suami
Zulaikha mengetahui dengan pasti bahwa Yusuf bersih dari tuduhan yang
dilemparkan kepadanya. Ianya pula sedar bahwa isterinyalah yang menjadi biang
keladi dalam peristiwa yang sampai mencemarkan nama baik keluarganya. Akan
tetapi ia tidak dapat berbuat selain mengikuti nasihat isterinya yang
menganjurkan agar Yusuf dipenjarakan. Karena dengan memasukkan Yusuf ke dalam
tahanan, pendapat umum akan berubah dan berbalik akan menuduh serta menganggap
Yusuflah yang bersalah dalam peristiwa itu dan bukannya Zulaikha. Dengan
demikian mrk berharap nama baiknya akan pulih kembali dan desas-desus serta
kasak-kasuk masyarakat tentang rumahtanggannya akan berakhir. Demikianlah, maka
perintah dikeluarkan oleh Futhifar dan masuklah Yusuf ke dalam penjara sesuai
dengan doanya.
Isi cerita di atas dapat dibaca dalam
Al-Quran surah Yusuf ayat 22 sehingga ayat 35 :
“22. Dan tatkala ia cukup dewasa, Kami
berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik.
23. Dan wanita {Zulaikha} yang Yusuf
tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya {kepadanya} dan
dia menutup pintu-pintu seraya berkata: ” Marilah kesini “. Yusuf berkata: “Aku
berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.”
Sesungguh orang-orang yang zalim tidak akan beruntung.
24. Sesungguhnya wanita itu telah
bermaksud {melakukan perbuatan itu} dengan Yusuf dan Yusuf pun bermaksud
{melakukan pula} dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda {dari}
Tuhannya. Demikian agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian.
Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.
25. Dan kedua-duanya berlumba-lumba
menuju pintu dan wanita itu menarik baju kemeja Yusuf dari belakang hingga
koyak dan kedua-duanya mendapati suami wanita itu di muka pintu. Wanita itu
berkata:” Apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud berbuat serong dengan
isterimu, selain dipenjarakan atau dihukum dengan azab yang pedih?”
26. Yusuf berkata:” Dia menggodaku
untuk menundukkan diriku {kepadanya}.” Dan seorang saksi dari keluarga wanita
itu memberi kesaksiannya:” Jika bajunya koyak dihadapan, maka wanita itu benar,
dan Yusuf termasuk orang-orang yang dusta.
27. Dan jika bajunya koyak dibelakang,
mka wanita itulah yang dusta dan Yusuf termasuk orang-orang yang benar”.
28. Maka tatkala suami wanita itu
melihat baju kemeja Yusuf koyak dari belakang berkatalah dia:” Sesungguhnya
kejadian itu adalah diantara tipu daya kamu, sesungguhnya tipu daya kamu
besar”.
29. Hai Yusuf:” Berpalinglah dari ini
dan kamu {hai isteriku} mohon ampunlah atas doamu itu karena kamu sesungguhnya
termasuk orang-orang yang berbuat salah”.
30. Dan wanita-wanita di kota itu
berkata:” Isteri Al-Aziz menggoda bujangnya untuk menundukkan dirinya
kepadanya, sesungguhnya cintanya kepada bujangan itu adalah sgt mendalam.
Sesungguhnya kami memandangnya dalam kesesatan nyata.”
31. Maka tatkala wanita itu {Zulaikha}
mendengar cercaan mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya
bagi mereka tempat duduk dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebilah
pisau {utk memotong jamuan} kemudian dia berkata {kepada Yusuf}:” Keluarlah
{nampakkanlah dirimu} kepada mrk”. Maka tatakala wanita-wanita itu melihatnya,
mrk kagum kepada {keindahan rupa} nya dan mrk melukai {jari} tangannya dan
berkata:” Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak
lain hanyalah malaikat yang mulia”.
32. Wanita itu {Zulaikha} berkata:”
Itulah dia orang yang kamu cela aku karena {tertarik} kepadanya dan
sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan dirinya {kepadaku} akan
tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya jika dia tidak mentaati apa yang aku
perintahkan kepadanya nescaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk
orang-orang yang hina”.
33. Yusuf berkata:” Wahai Tuhanku
penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika
tidak Engkau hindarkan drpku tipu daya mrk tentu akan aku cenderung untuk
{memenuhi keinginan mrk} dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh”.
34. Maka Tuhannya memperkenankan doa
Yusuf dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya Dialah
Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
35. Kemudian ambil fikiran kepada mrk
setelah melihat tanda-tanda {kebenaran Yusuf} bahwa mrk harus memenjarakannya
sampai sesuatu waktu”. { Yusuf : 25 ~ 35 }
http://indosufi.com/?p=677
Tidak ada komentar:
Posting Komentar