Sabtu, 06 Oktober 2012

AL WAKIIL | YANG MAHA PEMELIHARA




AL WAKIIL (Yang Maha Pemelihara/Yang Maha Mewakili) adalah Dia yang terpercaya mengenai segala persoalan. Pihak yang dipercaya dapat dibedakan menjadi yang dipercaya dengan beberapa hal, yaitu yang tidak sempurna atau yang dipasrahi segala sesuatu.

Yang paling benar untuk dipasrahi adalah Allah azza wa jalla. Yang dipercaya itu dapat dibedakan menjadi patut dipasrahi sesuatu, bukan secara alami, tetapi melalui pemberian wewenang. Namun yang demikian itu tidak sempurna karena dia memerlukan pemberian wewenang atau memang patut dipasrahi berbagai persoalan dan dipercaya oleh semua hati, bukan dengan diberi wewenang atau ditunjuk oleh orang lain, dan itu adalah wakil.

Wakil dapat dibedakan menjadi yang melaksanakan apapun yang diamanatkan dengan sempurna atau yang tidak memenuhi segala sesuatu. Wakil Mutlak adalah Dia yang dipasrahi segala sesuatu, yang sepenuhnya mampu menunaikannya, dan benar-benar melaksanakannya dengan sempurna.

Itu tak lain adalah Allah azza wa jalla.

'Yang memiliki sifat-sifat yang demikian itu ialah Allah, Tuhan kalian, Tidak ada Tuhan selain Dia. Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia, dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu' [Al An'aam:102]

'Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupi (keperluan)nya' [Ath Thalaq:3]

'Hanya kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang Mu'min bertawakkal (menyerahkan dirinya)' [Ali Imran:160]

'Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu sekalian bertawakkal, jika kalian benar-benar orang yang beriman' [Al Maaidah:23]

Rasulullah Saw bersabda: 'Diperlihatkan kepadaku berbagai umat yang berkumpul, kemudian aku melihat umatku memenuhi lembah dan gunung. Mereka jumlahnya banyak dan kehebatannya mengagumkan diriku. Lalu aku ditanya : Apakah engkau ridha ?. Aku menjawab : Bersama mereka terdapat tujuh puluh ribu orang yang masuk Surga tanpa hisab. Mereka tidak menipu, mereka tidak menghambur-hamburkan harta, dan mereka tidak mencuri. Hanya kepada Tuhannya mereka menyerahkan diri' [Imam Ahmad]

Tempat (wadah) tawakkal adalah hati. Gerakan lahiriah tidak meninggalkan tawakkal dalam hati, manakala si hamba telah yakin bahwa takdir datang dari Allah azza wa jalla. Jika menemukan suatu kesulitan, ia akan melihat takdir Allah SWT, didalamnya dan jika sesuatu dimudahkan kepadanya, ia melihat kemudahan dari Allah SWT didalamnya.

'Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya, kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu maka tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendakinya diantara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang' [Yunus:107]

'Katakanlah (wahai Muhammad): Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dia-lah pelindung kami dan hanya kepada Allah-lah orang-orang yang beriman harus bertawakkal'[At Taubah:51]

'Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi, melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata' [Huud:6]

'Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melatapun, melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku diatas jalan yang lurus' [Huud:56]

'Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui' [Al Ankabut:60]

'Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya, dan apa saja yang ditahan oleh Allah, tidak seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dia-lah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana' [Fathir:2]

'Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: siapakah yang menciptakan langit dan bumi?. Niscaya mereka menjawab: Allah. Katakanlah, maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya ?. Katakanlah, Cukuplah Allah bagiku. Kepada-Nya-lah bertawakkal orang-orang yang berserah diri' [Az Zumar:38]

Tawakkal adalah salah satu tingkatan dalam agama, salah satu derajat dari sekian banyak derajat ahli yakin.

Tawakkal adalah bertautnya hati kepada Allah azza wa jalla, berlepas diri dari daya dan kekuatan diri sendiri, bergantung kepada Allah dalam segala keadaan, berbakti dan beradab, melaksanakan kewajiban yang ditetapkan Allah sesuai dengan syariat dan hikmah, serta mengikuti sunnah Nabi Saw.

Tawakkal adalah derajat yang mulia. Tawakkal tidaklah sah, kecuali jika dilakukan oleh orang yang hidup Zuhud di dunia dan beriman pada ke-Esaan, kekuasaan, keluasan ilmu, kasih sayang, dan rahmat Allah SWT.

Tawakkal mempunyai beberapa tingkatan, tergantung pada kekuatan iman dan kekuatan hati.

'Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu' [Adz Dzariyat:22]

'Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan' [Adz-Dzariyat:23]

Penyebab rezeki ada dilangit, walaupun kemunculannya di bumi. Siapakah yang mampu mengetahui rahasia-rahasia langit. Rezeki yang tersembunyi lebih baik daripada rezeki yang tampak. Jalan untuk memperoleh penyebab rezeki tidak terhitung jumlahnya, namun tidak ada petunjuk khusus kearahnya.

'Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu' [Ath Thalaq:2~3]

Tawakkal berkaitan erat dengan zuhud, tawakkal memperbaiki dan menyempurnakan Zuhud.

Tawakkal juga erat kaitannya dengan ridha, karena hakikat keadaan tawakkal adalah ridha dengan qadha dan pengaturan Allah azza wa jalla.

Hakikat keadaan tawakkal ini akan terlihat pada saat sebab-sebabnya terputus. Jika saat berbagai sebab terputus, tetapi hatinya ridha dengan ketentuan Allah, berprasangka baik kepada-Nya dan senang dengan pengaturan-pengaturan-Nya, ia telah memegang derajat tawakkal yang benar. Tetapi bila jika merasa dirinya sakit hati, kecewa maka ia bukan/tidak pada derajat tawakkal, karena seorang yang zahid sejati tidak akan kecewa jika karunia keduniaan terlepas darinya dan tidak pula merasa bahagia dengan karunia keduniaan yang ia peroleh

'Aku tidak perduli apakah pagi ini aku dalam keadaan kaya atau miskin, karena aku tidak tahu diantara keduanya yang lebih utama bagiku' [Sayyidina Umar]

Jika seseorang berkeyakinan bahwa kekayaan atau kemiskinan adalah nikmat dari Allah ta'ala, maka seharusnya hati merasakan hal yang sama dengan keadaan keduanya, tidak merasa sakit dengan kenyataan pahit yang dialami, bahkan merasa bahagia karena menganggapnya sebagai kemurahan Allah dan rahmat-Nya

'Sesungguhnya Allah menyukai orang yang bertawakkal kepada-Nya' [Ali Imran:159]

Barangsiapa meyakini bahwasanya Allah adalah pencipta segala sesuatu, mengetahui segala hal yang dapat mensejahterakan dan membahagiakan makhluk-Nya, kemudian ia menyadari kebodohan dan keburukan tindakannya, tentu ia akan bertawakkal kepada Allah ta'ala.

'Dia-lah Tuhan Masyriq dan Maghrib, tiada Tuhan melainkan Dia maka ambillah Dia sebagai wakil (pelindung)' [Al Muzzammil:9]

'Barangsiapa yang tawakkal kepada Allah maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana' [Al Anfaal:49]

Rasulullah Saw bersabda: Allah SWT berfirman: 'Aku telah menentukan dan menetapkan segala sesuatu dan Aku telah menyempurnakan ciptaan, barangsiapa ridha maka ia akan memperoleh ridha-Ku hingga ia menjumpai-Ku dan barangsiapa benci maka ia akan memperoleh kebencian-Ku hingga ia menjumpai-Ku' [Hadits Qudsi].

Imam Al-Ghazali


Tidak ada komentar:

Posting Komentar