Al Muqiit artinya Dia pencipta makanan yang bergizi untuk tubuh dan memberi pengetahuan kepada hati (kalbu). Al Muqiit sama dengan Ar Razzaaq (yang Maha Pemberi Rezeki), namun lebih khusus, karena pemberian meliputi apa yang bukan makanan maupun pengetahuan. Dia-lah yang mengambil alih segalanya, yang Maha Kuasa, karena pengambil alihan dapat terjadi melalui kekuasaan dan pengetahuan.
'Barangsiapa yang memberikan syafa'at yang baik, niscaya ia akan memperoleh bagian (pahala) darinya. Dan barangsiapa yang memberi Syafa'at yang buruk, niscaya ia akan memikul bagian (dosa) darinya. Allah adalah Muqiit (Maha Kuasa) atas segala sesuatu' [An Nisa:85]
Mengetahui dan Berkuasa, sehingga maknanya menjadi kekuasaan dan pengetahuan. Namun, mengenai makna ini, menggambarkan sebagai pemelihara adalah lebih tepat dibandingkan dengan melukiskannya sebagai yang kuasa saja atau tahu saja, karena artinya adalah paduan dari keduanya, dan tidak dapat dipandang sebagai sinonim.
Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Abbas, ia berkata: 'Pada suatu hari, aku berada dibelakang Nabi Saw, beliau lalu bersabda kepadaku: Wahai anak kecil, sesungguhnya Aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat, yaitu peliharalah Allah niscaya Dia akan memeliharamu, peliharalah Allah niscaya kamu menemukan-Nya dihadapanmu. Apabila kemu memohon, mohonlah kamu kepada Allah. Dan ketahuilah, seandainya umat berkumpul untuk memberi manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak akan dapat memberi manfaat kepadamu, melainkan dengan sesuatu yang dituliskan oleh Allah bagimu. Seandainya mereka berkumpul untuk memberi mudharat kepadamu, niscaya mereka tidak akan memberi kemudharatan kepadamu melainkan dengan sesuatu yang dituliskan Allah atasmu. Kalam-kalam telah diangkat dan shuhuf-shuhuf telah kering' [Tirmidzi]
'Sesungguhnya aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat', adalah perbuatan yang akan memberi manfaat. Kalimat-kalimat ini harus dipelajari dan diajarkan kepada orang lain, sekalipun makna yang tertangkap hanya sedikit.
'Peliharalah Allah, niscaya Dia memeliharamu', adalah peliharalah fardhu-fardhu-Nya, hukum-hukum-Nya, dan menjauhi larangan-Nya, dan perkara-perkara yang tidak diridhai-Nya, niscaya Dia akan memelihara dirimu, keluargamu, duniamu dan agamamu. Begitu pula ketika kamu menghadapi maut, Allah azza wa jalla akan menolongmu karena balasan itu (yang timbul dari amalmu)
'Karena itu, ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku ingat kepadamu' [Al Baqarah:152]
'Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu' [Muhammad:7]
'Inilah yang dijanjikan Allah kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) dan memelihara (peraturan-Nya)' [Qaf:32]
'Peliharalah Allah, niscaya kamu menemukan-Nya dihadapnmu' adalah peliharalah kefardhuan, hukum-hukum Allah dan jadilah kamu orang yang takut kepada-Nya, Allah Tuhan ynag Mah Pengasih lagi Maha Ghaib. Datanglah kepada-Nya dengan hati yang kembali kepada-Nya, niscaya Dia menyertaimu. Kamu akan dipelihara, dijaga, dikuatkan, dan ditolong oleh-Nya dimana saja kamu berada.
Jika telah demikian, kamu merasa senang kepada-Nya dan tidak membutuhkan makhluk-Nya. Maka makna dari hadits tersebut adalah niscaya kamu menemukan Allah dimana saja kamu menghadap, menuju, dan bermaksud, baik dalam perkara dunia maupun dalam perkara akhirat.
'Apabila kamu memohon, mohonlah kamu kepada Allah', Apabila kamu hendak meminta suatu perkara, mohonlah kepada Allah azza wa jalla, agar Dia memberikan perkara itu kepadamu dan janganlah memohon kepada selain daripada-Nya.
Sesungguhnya gudang-gudang kebaikan berada dalam kekuasaan-Nya dan tali-tali pengikatnya berada pada-Nya, karena tiada yang kuasa, yang memberi, dan yang menganugerahkan selain daripada-Nya, maka Dia-lah yang paling berhak dituju.
Sesungguhnya Dia yang membagikan dan menentukan rezeki untuk masing-masing sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya. Tidak dapat maju dan tidak dapat mundur, tidak dapat bertambah dan tidak berkurang, sesuai dengan ilmu-Nya yang Qodim dan Azali.
Sekalipun terdapat perubahan di Lauh Mahfuzh, hal itu bergantung pada syarat yang sesuai dengannya. Oleh karena itu, memohon berguna untuk memungkinkan pengabulan permohonan.
Rasulullah Saw bersabda : 'Sesungguhnya Ruhul Amiin (Malaikat Jibril a.s) telah menyampaikan kedalam hatiku bahwa tidak akan mati seseorang hingga telah sempurna rezekinya. Maka bertakwalah kamu semua kepada Allah, dan berusahalah dengan baik dalam mencari rezeki'
Tidaklah bermanfaat seseorang itu bersandar kepada sesama manusia dalam meminta perkara yang ada pada mereka, karena sesungguhnya semua hati mereka sesuai dengan kehendak-Nya. Oleh karena itu, suatu perkara disandarkan hanya kepada-Nya, karena sesungguhnya Dia-lah yang menolak dan yang memberi, tiada yang dapat menolak perkara yang Dia berikan dan tiada yan dapat memberi perkara yang Dia tolak, ditangan-Nya manfaat dan mudharat, dan Dia-lah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Rasulullah Saw bersabda: 'Barangsiapa yang tidak memohon kepada Allah, niscaya Dia murka kepadanya. Maka bermohonlah salah seorang diantara kalian kepada Tuhan tentang kebutuhannya, meskipun tentang tali sandal yang terputus'
Nabi Saw bersabda: 'Sesungguhnya Allah menukai orang-orang yang mendesak (terus menerus) dalam berdoa (kepada-Nya)'
Maka jelaslah bahwa hanya Allah-lah tempat meminta dan tempat bergantung dan rusaklah bagi orang yang bergantung kepada makhluk dan berpaling dari sumbernya yaitu Allah azza wa jalla.
'Dan apabila kamu meminta pertolongan, mintalah kepada Allah', adalah apabila kamu mencari perolongan atas perkara dunia maupun akhirat, mintalah pertolongan kepada Allah azza wa jalla, karena sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, sedangkan selain Allah adalah makhluk yang lemah dari segala sesuatu.
'Ketahuilah, seandainya umat berkumpul untuk memberi manfaat kepadamu, mereka tidak akan memberi manfaat melainkan dengan sesuatu yang dituliskan oleh Allah baginya. Seandainya mereka berkumpul untuk memberi mudharat kepadamu, niscaya mereka tidak akan memberi mudharat, melainkan dengan sesuatu yang dituliskan oleh Allah atasmu' adalah jika semua makhluk berkumpul membawa kebaikan untuk dunia dan kahiratmu, lalu mereka menyampaikannya kepadamu, niscaya kebaikannya tidak akan bermanfaat bagimu kecuali jika telah ditetapkan Allah azza wa jalla dalam ilmu-Nya di Lauh Mahfuzh.
Demikian pula bila mereka berkumpul membawa mudharat untuk dunia dan akhiratmu, lalu mereka menyampaikannya kepadamu, niscaya tidak akan mudharat atasmu, kecuali jika Allah azza wa jalla telah menetapkan mudharat itu untukmu dalam ilmu-Nya di Lauh Mahfuzh
'Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali dia. dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-nya. dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-nya diantara hamba-hamba-nya dan dia-lah yang maha pengampun lagi maha penyayang' [Yunus:107]
Menghadaplah kepada Allah pada waktu memperoleh manfaat maupun mudharat, karena sesungguhnya pengikat segala yang maujud berada dalam kekuasaan-Nya, baik menolak, mewujudkan, maupun membebaskan. Apabila seseorang hendak memudhratkanmu dengan suatu perkara yang tidak dituliskan atasmu, maka Allah SWT akan menolaknya darimu dan Dia memalingkannya dari kehendak orang tersebut.
'Dan janganlah kamu menjatuhkan diri kalian sendiri kedalam kebinasaan' [Al Baqarah:195]
'Kalam-kalam telah diangkat' artinya kalam tidak lagi menuliskan karena bagi Allah urusan telah selesai. Kalam telah selesai ditulis di Lauh Mahfuzh yaitu tentang apa yang telah terjadi dan apa yang sedang dan apa yang akan terjadi sampai pada tibanya hari kiamat.
'Shuhuf-shuhuf telah kering' artinya telah kering shuhuf-shuhuf yang didalamnya terdapat ketentuan-ketentuan (qadar) semua makhluk, sperti apa yang ada di Lauh Mahfuzh. Jadi setelah itu tidak ada lagi perubahan dan penyalinan bagi apa-apa yang telah dituliskan didalamnya. Namun, kadang-kadang didalamnya terdapat pula penghapusan dan perubahan-perubahan sesuai dengan ilmu-Nya.
'Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki) dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul Kitab (Lauh Al Mahfuzh)' [Ar Ra'd:39]
Rasulullah Saw bersabda: 'Makhluk yang pertama diciptakan Allah Ta'ala adalah Kalam, kemudian Dia menciptakan Nun, yaitu tempat tulisan, tempat tinta' [Ibnu Arabi]
'Nun, demi Kalam dan apa yang mereka tulis' [Al Qalam:1]
Rasulullah Saw bersabda :'MAnusia yang paling sempurna akalnya adalah manusia yang paling taat kepada Allah'
Rasulullah Saw bersabda :'Sesungguhnya Allah telah menuliskan ketentuan-ketentuan (Qadar-qadar) makhluk sebelum Dia menciptakan langit dan bumi lima puluh ribu tahun yang lalu' [Muslim]
'Wahai Rasulullah!, Perbuatan sekarang ini termasuk kedalam perkara apa, apakah termasuk kedalam perkara yang sudah habis ditulis oleh kalam dan sesuai dengan berjalannya Qadar, atau termasuk kedalam perkara yang akan ditulis?. Rasulullah Saw bersabda: Perbuatan sekarang ini termasuk dalam perkara yang sudah ditulis oleh kalam dan sesuai dengan berjalannya Qadar. Mereka berkata lagi: Jika demikian, lalu bagaimana mengenai amal?. Beliau bersabda: beramallah kamu semua, maka tiap-tiap orang dimudahkan untuk melakukan amal yang sesuai dengan apa yang telah diperuntukkan baginya.
Imam Al-Ghazali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar