Lafazh `AL AHAD` berakar sama dengan `WAAHID`, tetapi masing-masing memiliki makna dan penggunaan tersendiri. `AHAD`
hanya digunakan untuk sesuatu yang tidak dapat menerima penambahan,
baik dalam imajinasi apalagi dalam kenyataan. Oleh karena itu, kata ini
ketika berfungsi sebagai sifat, tidak termasuk dalam rentetan bilangan.
Berbeda
halnya dengan `AL WAAHID`. Lafazh `AHAD` adalah, kemudian huruf
`wau`-nya diganti dengan `hamzah` sebagaimana diubahnya huruf yang
di-kasrah`kan menjad di-`Dhamah`kan. Makna eksistensi Allah Azza wa
Jalla sebagai bersifat Esa didasarkan ilmu. Dikatakan `Adakala Dzat yang
tidak dibenarkan untuk disifati dengan penempatan dan penghilangan`.
Berbeda
dengan ucapan anda `Manusia satu`, berarti anda mengatakan manusia
tanpa tangan dan kaki, sehingga dibenarkan hilangnya sesuatu dari organ
manusia. Adapun Allah Azza wa Jalla adalah satu Dzat-Nya. Berbeda halnya
dengan sebuah nama jumlah yang mengandung berbagai pelengkap.
Sebagian ahli hakikat berkata: 'Arti
bahwa Allah itu Esa adalah penafikan segala pembagian terhadap Dzat,
penafikan terhadap penyerupaan tentang hak dan sifat-sifat-Nya, serta
penafikan adanya sekutu yang menyertai-Nya dalam perbuatan dan
ciptaan-Nya`.
`Katakanlah:
"Dia-lah Allah, yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula
diperanakkan, Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia` (Al-Ikhlas:1~4)
_________________________________________________
AL WAAHID
(yang Maha Tunggal) adalah Allah yang tidak dapat dibagi dan disamai.
Adapun mengenai Dia tidak dapat dibagi, itu disebut satu dalam
pengertian bahwa ia tidak mempunyai bagian, seperti satu titik yang
tidak mempunayi bagian.
Dan
Allah Azza wa Jalla adalah satu dalam pengertian bahwa Dzat-Nya
mustahil tersusun dari bagian-bagian. Dia tidak dapat disamai dan hal
itu mencerminkan tidak adanya tandingan baginya, seperti matahari, yang
dapat dibagi dalam imajinasi dan terbagi dzatnya karena tergolong
semacam benda.
Bisa
saja seseorang itu satu bila dirinya tidak ada tandingannya dikalangan
manusia dalam suatu sifat yang termasuk sifat baik, namun hal itu adalah
fungsi dari golongan manusia dan zaman. Oleh karena itu, bisa saja
muncul orang seperti itu pada zaman yang lain. Jadi hanya Allah Ta'ala
sajalah yang mutlak satu.
`Dan
Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia, yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang` (Al Baqarah:163)
`Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa` (An Nahl:22)
`Maka
Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu
kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk
patuh (kepada Allah)` (Al Hajj:34)
`Sesungguhnya
Allah Tuhan yang Maha Esa, Mahasuci Allah dari mempunyai anak, segala
yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai
pemelihara` (An Nisaa':171)
`Katakanlah
(ya Muhammad): "sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan, dan
sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah yang
Maha Esa dan Maha Mengalahkan. Tuhan langit dan bumi dan apa yang ada
diantara keduanya yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun` (38-Shaad:65~66)
`Mahasuci Allah. Dia-lah Allah yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan` (39-Az Zumar:4)
`(Yaitu)
pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian
pula) langit, dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul
menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa` (14-Ibrahim:48)
Imam Al-Ghazali
http://fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=224:al-ahad-yang-maha-esa&catid=47:asma-allah&Itemid=419
Tidak ada komentar:
Posting Komentar