Senin, 08 Oktober 2012

AL AHAD | YANG MAHA ESA


AL AHAD | YANG MAHA ESALafazh `AL AHAD` berakar sama dengan `WAAHID`, tetapi masing-masing memiliki makna dan penggunaan tersendiri. `AHAD` hanya digunakan untuk sesuatu yang tidak dapat menerima penambahan, baik dalam imajinasi apalagi dalam kenyataan. Oleh karena itu, kata ini ketika berfungsi sebagai sifat, tidak termasuk dalam rentetan bilangan.
 
 
 
Berbeda halnya dengan `AL WAAHID`. Lafazh `AHAD` adalah, kemudian huruf `wau`-nya diganti dengan `hamzah` sebagaimana diubahnya huruf yang di-kasrah`kan menjad di-`Dhamah`kan. Makna eksistensi Allah Azza wa Jalla sebagai bersifat Esa didasarkan ilmu. Dikatakan `Adakala Dzat yang tidak dibenarkan untuk disifati dengan penempatan dan penghilangan`.
 
Berbeda dengan ucapan anda `Manusia satu`, berarti anda mengatakan manusia tanpa tangan dan kaki, sehingga dibenarkan hilangnya sesuatu dari organ manusia. Adapun Allah Azza wa Jalla adalah satu Dzat-Nya. Berbeda halnya dengan sebuah nama jumlah yang mengandung berbagai pelengkap.
 
Sebagian ahli hakikat berkata: 'Arti bahwa Allah itu Esa adalah penafikan segala pembagian terhadap Dzat, penafikan terhadap penyerupaan tentang hak dan sifat-sifat-Nya, serta penafikan adanya sekutu yang menyertai-Nya dalam perbuatan dan ciptaan-Nya`.
 
`Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia` (Al-Ikhlas:1~4)
 
_________________________________________________
 
AL WAAHID (yang Maha Tunggal) adalah Allah yang tidak dapat dibagi dan disamai. Adapun mengenai Dia tidak dapat dibagi, itu disebut satu dalam pengertian bahwa ia tidak mempunyai bagian, seperti satu titik yang tidak mempunayi bagian.
 
Dan Allah Azza wa Jalla adalah satu dalam pengertian bahwa Dzat-Nya mustahil tersusun dari bagian-bagian. Dia tidak dapat disamai dan hal itu mencerminkan tidak adanya tandingan baginya, seperti matahari, yang dapat dibagi dalam imajinasi dan terbagi dzatnya karena tergolong semacam benda.
 
Bisa saja seseorang itu satu bila dirinya tidak ada tandingannya dikalangan manusia dalam suatu sifat yang termasuk sifat baik, namun hal itu adalah fungsi dari golongan manusia dan zaman. Oleh karena itu, bisa saja muncul orang seperti itu pada zaman yang lain. Jadi hanya Allah Ta'ala sajalah yang mutlak satu.
 
`Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang` (Al Baqarah:163)
 
`Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa` (An Nahl:22)
 
`Maka Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)` (Al Hajj:34)
 
`Sesungguhnya Allah Tuhan yang Maha Esa, Mahasuci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai pemelihara` (An Nisaa':171)
 
`Katakanlah (ya Muhammad): "sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan, dan sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah yang Maha Esa dan Maha Mengalahkan. Tuhan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun` (38-Shaad:65~66)
 
`Mahasuci Allah. Dia-lah Allah yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan` (39-Az Zumar:4)
 
`(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa` (14-Ibrahim:48)
 
Imam Al-Ghazali


 http://fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=224:al-ahad-yang-maha-esa&catid=47:asma-allah&Itemid=419

Tidak ada komentar:

Posting Komentar