Sabtu, 06 Oktober 2012

AL JALIIL | YANG MAHA LUHUR




AL JALIIL (Yang Penuh Keagungan/Yang Maha Luhur) adalah Allah yang memenuhi syarat kemuliaan, kebesaran dan keluhuran. Sifat-sifat kemuliaan merupakan kekuasaan, pengetahuan, kekayaan, kekuatan, kesucian, keperkasaan.

Dia-lah yang memadukan semua sifat tersebut, maka Dia benar-benar mutlak mulia, luhur dan agung. Kemuliaan yang hanya memenuhi sebagian sifat ini sebanding dengan apa yang diterimanya dari sifat-sifat tertentu, jadi yang mutlak mulia itu tak lain adalah Allah azza wa jalla.

AL KABIIR (Yang Maha Besar) menunjukkan kesempurnaan Dzat, sedangkan AL JALIIL menunjukkan kesempurnaan dan sekaligus sifat-sifat, seperti yang diungkap oleh pandangan akal, selama diliputi persepsi akal, bukannya diliputi oleh partisipasi akal.

Apabila sifat-sifat kemuliaan dikaitkan dengan persepsi akal yang melihat sifat-sifat itu, maka sifat-sifat tersebut dinamakan keindahan, sedangkan yang disifatinya dengan sifat-sifat itu disebut indah. Kata 'Indah' pada awalnya disebutkan untuk bentuk lahiriah yang dilihat dari pengelihatan, selanjutnya dialihkan ke bentuk bathiniah yang dilihat oleh pengelihatan bathin. Sehingga dapat dikatakan 'Sikap yang bagus dan indah' atau 'Watak yang indah' dan hal itu hanya dapat ditangkap oleh pengelihatan bathin saja.

Dan dia akan merasakan kesenangan yang jauh lebih besar daripada orang yang yang melihat dengan pandangan lahiriah saja. Di dunia ini tidak ada wujud selain Dia yang mutlak dan sempurna dan tidak ada tandingannya, maka orang yang merenungkan keindahan-Nya akan mengalami kesenangan, kebahagiaan dan kegembiraan sehingga dia mengabaikan kesenangan Surga dan kesenangan inderawi.

'Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan' [Ar-Rahman:27]

'Maha Agung nama Tuhanmu yang mempunyai Kebesaran dan Karunia' [Ar-Rahman:78]

'Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa diantara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang Mu'min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha kuasa (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui' [Al Maaidah:54]

Rasulullah Saw bersabda :'Barangsiapa yang senang bertemu dengan Allah, niscaya Allah-pun senang bertemu dengannya. Dan barangsiapa yang tidak senang bertemu dengan Allah, Allah-pun juga tidak senang bertemu dengannya'[Bukhari]

Diriwayatkan dari Anas bin Malik dari Nabi Saw dari Jibril a.s dari Tuhannya yang MAha Agung. Allah SWT berfirman: 'Barangsiapa yang menghina wali-Ku (kekasih-Ku), sesungguhnya ia telah terang-terangan memerangi-Ku. Tidaklah Aku ragu-ragu melakukan seperti keraguan-Ku ketika mencabut nyawa hamba-Ku yang beriman. Dia benci kematian dan Aku tidak ingin menyakitinya, sedangkan kematian itu pasti ada (datang). Tidak ada sesuatu yang paling Aku sukai yang dapat mendekatkan hamba-Ku dengan-Ku lebih dari melakukan kewajiban yang Aku perintahkan kepadanya. Dan senantiasa mendekati-Ku dengan melaksanakan ibadah-ibadah sunat sampai Aku mencintainya. Dan barangsiapa yang telah Aku cintai, maka Aku akan mendengar, melihat, menolong dan mendukungnya' [Ibnu Abid Dunya, Al Hakim, Ibnu Asakir].

Rasulullah Saw Bersabda: Sesungguhnya Apabila Allah SWT Telah Mencintai Seorang Hamba, Ia Memanggil Jibril a.s Dan Allah SWT Berfirman : Aku Mencintai Fulan, Maka Cintailah Fulan; Sabda Rasulullah : Maka Jibril Mencintai Fulan, Kemudian Diserukan (Diumumkan) Dilangit, Lalu Ada Yang Berseru, Sesungguhnya Allah SWT Mencintai Fulan, Maka Kalian Semua Hendaklah Mencintai Fulan, Maka Ahli Langit Mencintai Fulan Dan Sebaliknya Untuk Hamba Yang Dibenci Allah SWT [Bukhari]

Imam Al Qusyairi mengatakan 'Cinta adalah suatu hal yang mulia. Allah yang Maha Mulia menyaksikan cinta hamba-Nya dan Allah-pun memberitahukan cinta-Nya kepada hamba-Nya'

Cinta tidak dapat diberi suatu keterangan (sifat), tidak dapat didefinisikan dengan definisi apapun betapapun jelasnya, juga tidak dapat diterangkan dalam pengertian yang lebih dekat yaitu sulitnya mengungkapkan ungkapan yang tepat untuk mengartikannya. Orang yang jatuh cinta akan memuji dengan ucapan-ucapan yang indah, karena keindahan dari apa yang dicintainya apapun yang menghalanginya. Jika cinta itu benar-benar nyata, maka tidak diperlukan lagi ungkapan-ungkapan kata untuk menyatakan kedalaman cintanya. Cinta berarti kesepakatan hati untuk menuruti kehendak-kehendak-Nya dan cinta adalah takut tidak menghormati dan dibarengi dengan pengabdian yang tiada hentinya

'Cinta menganggap sedikit pemberian yang ia keluarkan dan menganggap banyak pemberian kekasih walaupun itu sedikit' [Abu Yazid]

'Cinta itu merangkul ketaatan dan menentang kedurhakaan' [At-Tsauri]

'Cinta adalah masuknya sifat-sifat kekasih kepada sifat-sifat yang mencintainya' [Al Junaid]

'Disebut cinta karena Mahabbah melenyapkan segala sesuatu dari hati, selain kekasih' [Dalf Asy Syibli]

Cinta Allah kepada hamba-Nya merupakan keinginan-Nya untuk memberikan nikmat kepada hamba-Nya yang telah di khususkan-Nya. Cinta lebih khusus daripada rahmat, oleh karena itu keinginan Allah untuk menyampaikan pahala dan nikmat kepada hamba-Nya dinamakan rahmat, sedangkan keinginan-Nya untuk mengkhususkan hamba-Nya dengan kedekatan dan kedudukan yang tinggi dinamakan Al Mahabbah (cinta).

Sifat kehendak Allah hanya satu, dengan berbagai macam hubungan keinginan-Nya, nama-Nya menjadi bermacam-macam.

Jika berkaitan dengan siksaan, nama itu dinamakan Murka.

Jika berkaitan dengan segala kenikmatan, nama itu dinamakan Rahmat.

Jika berkaitan dengan keistimewaan, nama itu dinamakan Mahabbah (cinta).

Orang-orang yang berkata Kecintaan Allah SWT kepada hamba-Nya terlihat dari pujian-Nya kepadanya dengan kata yang indah, sehingga makna cinta-Nya kepada hamba-Nya yang diungkapkan dalam pujian-Nya akan kembali pada firman-Nya, sedangkan firman Allah ta'ala adalah Qadim (Maha Dahulu).

Kecintaan seorang hamba kepada Allah adalah suatu kondisi yang dirasakan oleh hatinya, yang sulit diungkapkan oleh kata-kata, terkadang kondisi ini membawanya pada suatu tingkat pengagungan Allah, lebih senang mencari ridha-Nya, kurang sabar menahan cintanya, tergila-gila kepada-Nya dan tidak merasa tenang tanpa berdzikir kepada-Nya. Kecintaan semacam itu akan abadi dengan dzikirnya yang terus menerus dalam hati.

Orang yang mencintai tentu akan taat kepada yang dicintainya, setiap bertambah kecintaan kita kepada sesuatu yang dicintai, kita semakin mematuhi segala keinginannya.

Bahkan kecintaan kita kepada sesuatu yang dicintai, menyebabkan kita mencari segala sesuatu yang disukai oleh orang yang kita cintai.

Andaikata yang kita cintai menolak apa yang kita berikan, maka kita tidak akan kecewa bahkan akan makin berusaha mencarikan apa sesungguhnya yang ia sukai dengan segenap jiwa raga dan segenap hati.

Apabila terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap yang kita cintai, hal itu menandakan bahwa nilai cinta kita kepadanya belumlah besar, rusak, berkurang atau ada kecintaan terhadap yang lain

Rasulullah Saw bersabda: 'Seseorang akan bersama dengan apa yang dicintainya'[Bukhari dan Tirmidzi]

'Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah' [Al Baqarah:165].

Imam Al-Ghazali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar