AL MUNTAQIM
(yang Maha Penyiksa/Maha Pengancam) adalah Allah yang menghancurkan
punggung mereka yang suka menentang (membangkang), menghukum pelaku
kejahatan, dan memperkeras hukuman atas para penindas.
Tetapi
ini dilakukan setelah Dia yang Mahasuci memperingatkan mereka terlebih
dahulu, dan setelah memberi mereka kesempatan dan waktu untuk merubah
diri. Namun, inilah pembalasan yang lebih keras dibanding hukuman yang
segera dijatuhkan, karena bila hukuman segera dijatuhkan, orang tidak
terus menerus dalam kedurhakaannya, dan konsekuensinya dia tidak patut
mendapat hukuman yang penuh
`Dan
siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan
dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya?.
Sesungguhnya kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang
berdosa` (As-Sajdah:22)
`(Ingatlah) hari (ketika) kami menghantam mereka dengan hantaman yang keras sesungguhnya Kami adalah pemberi balasan` (Ad-Dukhan:16)
`Allah telah memaafkan apa yang telah lalu. Dan barangsiapa yang kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya` (Al Maaidah:95)
'Sungguh, jika kami mewafatkan kamu (sebelum kamu mencapai kemenangan) maka sesungguhnya Kami akan menyiksa mereka (di akhirat)` (Az-Zukhruf:41)
Pembalasan
manusia menjadi terpuji apabila yang dibalas adalah musuh-musuh Allah
SWT dan musuh seperti itu adalah jiwa rendahnya sendiri, hawa nafsunya.
Dengan demikian, manusia harus membalas dendam terhadap jiwa rendahnya,
karena jiwa yang rendah inilah yang menyebabkan terjadinya kedurhakaan
atau tidak tertunaikannya kewajiban beribadah.
Abu Yazid Al Busthami berkata `Pada
suatu malam, jiwaku begitu malasnya sehingga membuat dirikutidak
berdoa, maka aku menghukumnya dengan tidak memberinyaair minum selama
setahun`
Dengan cara inilah hendaknya orang menuntut bela.
Al-Imam Al Habib Al Alaydrus berkata `Ketahuilah,
meskipun tercela, HAWA merupakan salah satu hikmah Allah SWT bagi
makhluk-Nya. HAWA merupakan kekuatan nafsu, tanpa HAWA maka nafsu tidak
akan dapat memulihkan kekuatannya`
Akal
menuntut agar setiap perkara dilaksanakan dengan tidak berlebih-lebihan
(Iqtishaad). Segala sesesuatu yang berlebih-lebihan akan menyebabkan
HAWA kembali mendapatkan kekuatannya.
Rasulullah Saw bersabda 'Sesungguhnya Allah itu Maha Indah, menyukai keindahan' (HR. Muslim, Ahmad)
Sesungguhnya
HAWA itu menakjubkan dan merupakan salah satu rahasia makhluk. Melalui
kebijaksanaan Alla Azza wa Jalla, Dia menjadikan HAWA sebagai alat untuk
melangsungkan kehidupan dan mendistribusikan rezeki kepada manusia
lainnya dan sebagai pembangkit semangat manusia dalam menghadapi
berbagai kesulitan kehidupan duniawi, sehingga mereka berani menghadapi
marabahaya dan mengarungi samudera kehidupan.
Sangat
dikasihani para pencinta dunia, mereka merasa cukup puas dengan
angan-angan kosong dan merasa puas dengan HAWA. Mereka berusaha keras
untuk mencapai apa yang dicita-citakan, mengumpulkan harta untuk
berbangga-bangga. Andaikata mereka mencukupi dengan kebutuhan
secukupnya.
Para
arifin, mereka mempunyai keyakinan yang baik, yang dapat membuat nafsu
mereka mampu memikul beban mujahadah dan amalan berat lainnya. Kedudukan
keyakinan bagi mereka sama dengan kedudukan HAWA bagi orang-orang yang
lemah tabiatnya dan kurang sempurna akalnya.
Umar Ibn Al Kaththab ra berkata `Kebenaran itu berat, namun sesungguhnya ia lezat, Sedangkan kebathilan itu ringan, namun sesungguhnya ia berbisa'
Al Habib Muhammad bin Abdullah Al Alaydrus berkata `HAWA
yang kumaksudkan adalah HAWA yang berhubungan dengan nafsu. Adapun HAWA
yang berhubungan dengan hati dan akidah, merupakan penyebab utama
kerusakan a'mal (amal) dan Haal (keadaan), dan juga merupakan sumber
kesesatan, keburukan dan bencana. Dari HAWA ini, muncullah kedengkian
dan permusuhan`
Rasulullah Saw bersabda `Yang paling aku takutkan pada umatku adalah syahwat yang tersembunyi` (HR. Ahmad)
Anas bin Malik Rahimahullah berkata `Bukanlah
termasuk Sunnah jika kamu mendebat Sunnah, tetapi sampaikanlah Sunnah
itu. Jika Sunnah yang kamu sampaikan tidak diterima, diamlah engkau`
Sesungguhnya
hawa nafsu dari para ahli agama lebih sulit diperbaiki daripada hawa
nafsu orang-orang bodoh. Sebab, ketika dikuasai hawa nafsunya, para ahli
agama tidak menyadari keburukan perbuatannya. Setan menutup-nutupi dan
memberikan gambaran palsu bahwa apa yang mereka perbuat merupakan usaha
yang utama untuk mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla. Mereka
merasa telah bersungguh-sungguh mencari keridhaan Allah, sehingga mereka
tidak menyadari kesesatan mereka. Ketahuilah, bahwasanya watak nafsu
adalah menyenangi pertengkaran dan usaha untuk menguasai orang lain.
Jika tidak mampu menguasai orang lain dengan daya tarik duniawi, ia akan
menggunakan agama.
Sebagai
contoh, orang-orang yang suka menyelami berbagai permasalahan akidah
dan berusaha mengumpulkan imam (pemimpin) yang satu diatas imam lainnya.
Sebagian dari mereka kadangkala bersifat berani terhadap orang-orang
baik (Akhyara). Meskipun keyakinan dan Mazhab mereka sama namun HAWA,
thariqah (jalan), dan ilmu mereka bertentangan dengan orang-orang yang
baik tersebut.
Akhirnya
mereka menganggap Madzhab dan akidah orang-orang baik (akhyara)
tersebut sesat karena bertentangan dengan perilaku dan tujuan mereka.
Semua ini karena pengaruh HAWA.
Jika
HAWA telah menguasai seseorang, maka orang itu tidak dapat berpikir
sehat. Ketahuilah bahwa berbagai jenis HAWA ini merupakan salah satu
dari jenis bencana. Cara meringankan dan mengobatinya adalah dengan
menahan gejolak nafsu, berbaur dengan orang-orang yang baik (al akhyaar)
dan menteladani mereka dalam semua cara dan tujuan mereka. Sesungguhnya
sifat-sifat orang mulia adalah mengamalkan sesuatu sesuai dengan
hakikatnya.
Mereka
mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla dengan kebaikan-kebaikan
yang di rihai-Nya. Nyaris tidak ada seorangpun dari mereka yang tercela.
Mereka bersifat sahl (mudah) dan wajahnya berseri-seri. Ketika mereka
bersama mereka masyarakat, mereka menemukan kenyamanan. Sebaliknya,
orang bodoh yang beragama dibenci oleh masyarakat, karena sepanjang
hidupnya masyarakat mendapat bencana karenanya.
Imam Al-Ghazali
http://fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=214:al-muntaqim-yang-maha-penyiksa&catid=47:asma-allah&Itemid=419
Tidak ada komentar:
Posting Komentar