Allah dengan
kesempurnaan-Nya, mengetahui segala sesuatu dengan pengetahuan-Nya yang nyata
dan ghaib, baik yang kecil maupun yang besar, yang pertama maupun yang
terakhir, permulaan dan hasilnya, dan banyaknya sesuatu/objek yang tidak
diketahui menandakan bahwa pengetahuan Allah tidak terbatas, menjadikan sebagai
pengetahuan yang paling sempurna.
Dan berkenaan dengan
kejelasan dan penyingkapannya yang sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi
pengelihatan dan atau penyingkapan jelas yang dapat ditangkap. Akhirnya,
pengetahuan bukanlah berasal dari hal-hal yang diketahui, namun hal-hal yang
diketahui berasal dari pengetahuan.
'Dan pada
sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tak ada yang mengetahuinya kecuali
Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada daratan dan di lautan, dan tidak
jatuh sehelai daunpun, melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh
sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang
kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)' [Al
An'aam:59].
'Pengetahuan
Tuhanku meliputi segala sesuatu' [Al An'aam:80].
Yang berarti segala gerak
lahir dan bathin manusia diketahui oleh Allah Azza wa jalla.
'Dia
mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati' [Al
Mu'min:19].
'Kepunyaan-Nya-lah
semua yang ada di langit, semua yang ada di bumi, semua yang diantara keduanya
dan semua yang dibawah tanah. Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, sesungguhnya
Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi' [Thaahaa:6~7].
'Allah
mengetahui apa-apa yang dihadapan mereka dan dibelakang mereka, dan mereka
tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah, melainkan apa yang dikehendaki-Nya' [Al
Baqarah:25].
Hamba Allah memiliki sifat
'Yang Mengetahui', tetapi berbeda dengan pengetahuan Allah Azza wa Jalla dalam
tiga hal yang khusus.
(1)_Mengenai
banyaknya hal-hal yang diketahui, itu terbatas pada hatinya dan tidak mungkin
hal-hal yang diketahui manusia dapat disamakan dengan yang tidak terbatas.
'Dan
tidaklah kamu diberi pengetahuan, melainkan sedikit' [Al
Israa':85]
(2)_Penyingkapan
manusia, walaupun jelas, tidaklah mencapai tujuan diluar tujuan ini, tidak
mungkin lagi ada tujuan lain. Namun, pengelihatannya seperti melihat hal-hal
dibalik tabir yang tipis. Oleh karena itu hendaknya jangan menyangkal
derajat-derajat penyingkapan, sebab pengelihatan bathiniah sama seperti
pengelihatan lahiriah, maka ada perbedaan antara apa yang jelas pada waktu sore
dan apa yang jelas pada waktu pagi.
(3)_Pengetahuan
Allah akan segala sesuatu itu bukanlah berasal dari sesuatu itu. Akan tetapi
segala sesuatu itu berasal dari pengetahuan Allah sendiri, sedangkan
pengetahuan manusia akan sesuatu, bergantung pada adanya sesuatu itu dan
hasilnya.
Rasulullah Saw
bersabda: 'Barangsiapa yang melalui jalan dalam keadaan dia mencari
ilmu, niscaya Allah memudahkan jalan baginya untuk sampai menuju Surga' [Muslim].
Artinya, terhadap orang
yang mencari ilmu pengetahuan, Allah akan menunjukkan jalan Hidayah (petunjuk)
dan ketaatan yang mengantarkannya ke Surga. Sesungguhnya Allah membalas
perbuatan dengan memberi kemudahan baginya masuk ke Surga, yakni memudahkannya dalam
menyeberangi perjalanan berat menuju Surga pada hari kiamat.
'Katakanlah
(wahai Muhammad), adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang
yang tidak mengetahui' [Az Zumar:9].
'Dan
katankalah (wahai Muhammad): Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu
pengetahuan' [Thaahaa:114].
'Allah
menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia, yang menegakkan keadilan. Para
Malaikat dan orang-orang berilmu (juga menyatakan yang demikian. Tak ada Tuhan
melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana' [Ali
Imran:18].
'Niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat' [Al-Mujadillah:1].
Orang-orang yang beriman
dan berilmu pengetahuan mempunyai derajat yang lebih tinggi sebanyak tujuh
ratus derajat dibandingkan dengan orang-orang beriman tanpa ilmu pengetahuan.
Jarak antara derajat yang satu dengan derajat yang lainnya sama dengan
perjalanan lima ratus tahun'.
'Sesungguhnya
yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah Ulama (orang-orang
yang berilmu)' [Fathir:28].
Para Ulama diberi kemuliaan
yang besar karena pengetahuan (makrifat) mereka kepada Allah SWT, yang
menjadikan mereka takut kepada-Nya.
'Barangsiapa
yang Allah kehendaki menjadi baik, niscaya Dia memahamkannya dalam urusan
agama' [Bukhari/Muslim].
'Seandainya
Allah memberi petunjuk (hidayah) kepada seseorang melalui kamu, niscaya (hal
itu) lebih baik bagimu daripada kamu mendapat unta yang merah (harta yang
paling disenangi)' [Sahl dari Ibnu Mas'ud].
Rasulullah Saw
bersabda: 'Apabila anak adam mati, terputuslah amalnya, kecuali tiga
perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang
mendoakannya' [Muslim].
Rasulullah Saw
bersabda: 'Para Ulama adalah ahli Surga dan Khalifah-Khalifah (para
pengganti) para Nabi' [Murdawaih].
Aisyah r.a, berkata: 'Apabila
datang kepadaku suatu hari yang pada hari itu aku tidak bertambah ilmu, dalam
terbitnya matahari pada hari itu, aku merasa tidak diberkati'.
Rasulullah Saw bersabda: 'Apabila
telah terjadi hari kiamat, Allah mengumpulkan para Ulama. Lalu Dia berfirman:
sesungguhnya Aku meniupkan hikmah-Ku kepada kalian dan Aku tidak akan menyiksa
kalian, maka masuklah kalian ke Surga dengan berkat Rahmat-Ku'.
Rasulullah Saw
bersabda: 'Sesungguhnya Allah berbangga kepada para Malaikat dengan
tinta para Ulama, seperti Dia berbangga dengan darah orang-orang yang mati
syahid' [Ibnu Abbas ra].
Umar Ibnu Khattab
berkata: 'Duduk dalam mempelajari Fiqih, lebih baik daripada ibadah
enam puluh tahun'.
Imam Syafi'i berkata: 'Barangsiapa
yang tidak mempunyai ilmu, niscaya tiada kebaikan padanya. Oleh karena itu,
janganlah berteman atau bersahabat dengan orang yang tidak mencintai ilmu.
Sesungguhnya ilmu menyebabkan hati menjadi hidup dan terang'.
Imam
Al-Ghazali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar