Adalah Allah, hakim yang
mengadili dan menuntut balas, yang kekuasaan-Nya tidak dapat digulingkan dan
ketentuan-Nya tidak dapat dirubah.
'Dan
bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang diupayakannya dan
bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya)
[An
Najm:39~40].
'Sesungguhnya
orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam Surga yang penuh kenikmatan.
Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam Neraka'
[Al
Infithar:13~14].
Keputusan-Nya mengenai
kebahagiaan bagi orang yang saleh dan kesengsaraan bagi orang durhaka (keji),
artinya Dia menjadikan kesalehan dan kedurhakaan sebagai sebab-sebab yang
membawa orang yang saleh menuju kebahagiaan dan orang yang berbuat dosamenuju
kesengsaraan, sebagaimana Dia menjadikan obat sebagai sebab yang membawa orang
yang meminum obat menjadi sembuh dari sakit dan menjadikan racun sebagai sebab
yang membawa orang yang meminumnya sakit atau menemui ajal. Maka Dia adalah
sebab dari segala sebab atau hakim yang mutlak.
Pengembangan dari hakim
adalah Qadha dan Qadar Allah Azza wa jalla. Ditentukannya sebab-sebab yang
mengantar terjadinya akibat yang bersifat asli, pasti dan tidak dapat
berubah,seperti peredaran bumi, tujuh langit, bintang-bintang dan benda-benda
langit di jagad raya adalah Qadha.
'Dan dia
menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh diatasnya. dia memberkahinya
dan dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni) nya dalam empat
masa. (penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.
*kemudian dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu dia
berkata kepadanya dan kepada bumi: "datanglah kamu keduanya menurut
perintah-ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "kami
datang dengan suka hati". * maka dia menjadikannya tujuh langit dalam dua
masa dan dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. dan kami hiasi langit
yang dekat denganbintang-bintang yang cemerlang dan kami memeliharanya dengan
sebaik-baiknya. demikianlah ketentuan yang maha perkasa lagi maha mengetahui' [FUSH
SHILAT:10~12].
Sebab-sebab yang telah
ditetapkan Allah SWT, dengan gerakan-gerakan mereka yang harmonis terencana,
tetap dan nyata pada akibat-akibat yang ditimbulkan oleh mereka, dari waktu ke
waktu adalah Qadar-Nya. Keputusan-Nya adalah perencanaan awal mengenai
keseluruhan, bersama dengan perintah awal seperti 'kedipan mata'.
'Kepunyaan
Allah-lah segala apa yang tersembunyi di langit dan di bumi. tiadalah kejadian
kiamat itu, melainkan seperti sekejap mata atau (bahkan) lebih cepat lagi.
Sesungguhnya Alla Maha kuasa atas segala sesuatu' [An
Nahl:77].
Qadha-Nya adalah menetapkan
sebab-sebab universal dan konstan (tetap). Qadar-Nya menerapkan sebab-sebab
universal dengan gerakan-gerakan-Nya yang sudah ditentukan dan terukur pada
akibat-akibatnya, menurut ukuran yang sudah ditentukan, yang tidak bertambah
dan tidak berkurang. Oleh karena itu, tidak ada yang dapat lolos dari Qadha dan
Qadar-Nya.
Menciptakan memerlukan tiga
perkara:
·
Perencanaan, memutuskan apa yang
dibutuhkan berkenaan dengan alat-alatnya,sebab-sebabnya, gerakan-gerakan yang
menyebabkan tercapainya keputusan.
·
Menciptakan alat-alat, yang merupakan
unsur-unsur pokoknya.
·
Menciptakan sebab yang memastikan
gerakan tertentu, terukur dan pasti.
Ketika matahari mencapai
titik tengah langit, udara menjadi panas, dan buah-buahan menjadi matang.
Ketika matahari bergerak keluar dari titik tersebut udara menjadi dingin dan
semakin dingin. Perbedaan diantara semua musim diatur dengan ukuran-ukuran
tertentu, karena musim ini bergantung pada gerakan-gerakan matahari dan bulan.
Matahari dan bulan mempunyai perhitungan, yaitu gerakan keduanya memiliki batas-batas
dan ukuran tertentu, inilah yang disebut perencanaan sedangkan penciptaan
sebab-sebab universal adalah Qadha-Nya dan perencanaan awal yang seperti
kedipan mata merupakan keputusan Allah Azza wa Jalla. Allah adalah hakim yang
paling adil yang menjadi gerak yang baik ataupun buruk menjadi sia-sia bagi si
pelaku.
'Dan
untuk itulah Allah menciptakan mereka' [huud:11].
Amatlah sulit menjelaskan
masalah Ilahiyah dengan menggunakan contoh-contoh adat kebiasaan umum
(konvensional), namun sasaran dari contoh-contoh adalah menyampaikan/memberikan
peringatan.
Setiap manusia mempunyai
keputusan, pandangan, ukuran dan perencanaan, tetapi itu tidak penting. Dan
yang penting bagi manusia adalah merencanakan pelatihan-pelatihan dan
perjuangan yang akan membawa pada kesejahteraan dunia dan akhirat, dan untuk
itulah Allah menjadikan hamba-hamba-Nya sebagai Khalifah-Khalifah di bumi untuk
menjaga amal-amal mereka.
Pena telah kering dengan
menuliskan apa yang ada, sebab-sebab sudah diterapkan pada akibat-akibatnya,
dan juga diterapkannya sebab-sebab atas akibat-akibatnya pada waktu yang tidak
dapat dihindarkan. Apabila persoalannya sudah ditetapkan, mengapa harus beramal
(bekerja) jika penyebab kebahagiaan dan kemalangan/kesulitan sudah ditetapkan
?.
Benar-benar bodoh kalau
kita menjadikan sesuatu yang kejadiannya diharapkan sebagai penyebab
kemalangan, karena jika kejadiannya telah ditetapkan, kewaspadaan maupun kecemasan
tidak akan dapat membatalkannya. Hal itu sama dengan mempercepat rasa sakit
karena takut pada terjadinya rasa sakit. Jika kejadiannya belum ditetapkan,
tidak ada gunanya mengkhawatirkannya.
Kemudian Beliau membaca
Al-Qur'an, yang artinya: 'Adapun orang yang memberikan (hartanya
dijalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik
(surga), maka kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah..Al Lail:5~7' [Muslim].
Hadits ini menunjukkan
bahwa bagi siapapun kebahagiaan ditetapkan, hal itu ditetapkan dengan suatu
sebab dan bagi siapapun kemalangan itu ditetapkan, juga ditetapkan melalui
sebab dan manusia memiliki kelambanan/kelalaian dalam mencari sebab. Sebagian
orang memandang akhirnya dengan melihat bagaiman akhir kehidupan mereka dan
sebagian lagi memandang awalnya, dengan mempertimbangkan hal itu sudah
ditentukan (ditakdirkan) bagi mereka dan golongan ini mempunyai derajat yang
lebih tinggi, karena akhir itu ditentukan oleh awalnya.
Tingkatan yang diatasnya
adalah orang yang kehilangan masa lalu dan masa datang dan merupakan ibnu
waqtih (putera-putera waktu), karena mereka merenungkan Allah dan bahagia
dengan hasil takdir Allah, serta yang muncul dari takdir tersebut. Tingkatan
yang paling tinggi adalah orang yang kehilangan masa kini, masa lalu dan masa
mendatang, yang hati mereka terserap dalam keagungan Sang Hakim, yang terus
memandang-Nya (Zuhud).
Imam
Al-Ghazali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar