'AKU-lah Allah, AKU-lah yang Maha Penyayang, AKU ciptakan hubungan
kekeluargaan dan AKU keluarkan dari sebuah Nama-KU maka barangsiapa yang
menghubungkannya maka AKU menghubungkan dengannya dan barangsiapa yang
memutuskannya maka AKU akan memutuskan darinya'
Sifat AR RAHMAAN (yang Maha Pemurah) dan AR RAHIIM (yang Maha
Penyayang), keduanya berasal dari sifat kasih sayang-NYA (kerahiman) dan
sasaran dari kerahiman adalah orang yang membutuhkannya.
Orang-orang yang mengamalkan sifat-sifat ini pada dirinya harus
didahului dengan adanya perhatian terhadap orang yang fakir, niat dan kehendak;
karena orang yang memenuhi kebutuhan orang yang fakir tidak dapat disebut
penyayang jika tidak didahului dengan perhatian kepada yang fakir, niat dan
kehendak; tetapi seseorang juga tidak akan disebut penyayang jika hanya sebatas
ingin memenuhi kebutuhan orang fakir tetapi tidak melaksanakannya, yang
sesungguhnya dia mampu untuk memenuhinya, tetapi orang ini sudah dapat disebut
pengasih walau dalam pengertian yang kurang sempurna.
Dan kemudian meluruskan niatnya untuk melaksanakan jika adanya
kehendak. Kerahiman Sifat yang sempurna dan menyeluruh, sempurna karena
kerahiman tersebut ingin memenuhi kebutuhan mereka yang membutuhkan dan
menyeluruh karena kerahimaan tersebut meliputi pihak yang membutuhkan dan pihak
yang tidak patut menerimanya yang mencakup perbuatan untuk dunia dan akhirat.
Ar Rahmaan (yang maha pengasih) lebih khusus daripada Ar Rahiim
karena Ar Rahmaan lebih berkaitan dengan nama-nama Allah yang paling indah
(Asmaaul Husna) dan pada hakikatnya Ar-Rahmaan adalah suatu kerahiman yang
berada diluar kemampuan manusia karena sifat ini lebih tersembunyi dikedalaman
hati yang dimiliki oleh orang yang hidup dengan hati yang berdzikir dan hati
yang bertaubat kepada Allah.
`Katakanlah: serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana
saja kamu seru, DIA mempunyai Al-Asmaaul Husna (nama-nama yang paling indah) ' [Al
Israa' 110]
Dan akan terlihat setelah pelaksanaan kehendak dan sifat ini
berkaitan dengan kebahagiaan akhirat, sementara Ar-Rahiim walaupun tersimpan di
hati yang paling dalam tetapi akan tercermin di wajah, lisan dan pergerakan
anggota tubuhnya.
Manusia yang memiliki sifat Ar-Rahiim adalah manusia yang tidak
berpaling dari orang-orang yang membutuhkannya, yaitu dengan memenuhi
kebutuhan-kebutuhan mereka sejauh dirinya mampu, tidak berpaling dari
keberadaan orang-orang miskin disekitarnya dan menyediakan bantuan untuk
melepaskan mereka dari kemiskinan, baik dengan kekayaan maupun dengan
kedudukannya atau dengan menjadi perantara bagi mereka dan jika mereka tidak
mampu melakukan itu semua maka mereka membantu dengan doa dan mencintai mereka
sebagaimana mencintai saudaranya dan turut merasakan kemalangannya.
Manusia yang mengamalkan sifat Ar Rahmaan dan Ar Rahiim adalah
manusia yang menunjukkan kerahiman kepada orang-orang yang lalai dan kemudian
mengajaknya agar tidak lagi melalaikan hak-hak Allah dengan melalui teguran dan
nasehat yang disertai dengan kelembutan, tidak memandang kedurhakaan mereka
dengan pandangan kehinaan tetapi memandang kedurhakaan mereka sebagai suatu
kemalangan yang kemudian sifat kerahimannya mendorongnya untuk berupaya
membantunya agar mereka selamat dari azab Allah.
Setiap keburukan mengandung kebaikan didalamnya jika keburukan itu
dihapuskan maka kebaikan didalamnya juga terhapuskan dan hasil akhirnya adalah
keburukan yang lebih buruk daripada keburukan yang mengandung kebaikan.
Bagi Allah dunia ini sudahlah selesai tetapi bagi manusia yang
masih hidup, kehidupan dunia masih harus dijalani, hanya bagaimana manusia
menyikapi waktu yang tersisa, apakah sesuai dengan kehendak sang pencipta bahwa
manusia diciptakan hanyalah untuk menyembah kepada penciptanya atau hanya
menjadi manusia yang ingkar pada Penciptanya.
Imam Al-Ghazali
______________________________________________
AR RAHMAAN
“Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Akulah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. al Hijr: 49)
Pertama kali, Allah memperkenalkan diri-Nya dalam sejarah manusia
dengan dua sifat yang menakjubkan. Dalam wahyu pertama, Allah menyebutnya
sebagai Tuhan atas segala ciptaan. Lalu, Allah mengajarkan ilmu pada manusia,
dengan cara yang begitu mulia, membaca. Kemudian sekali lagi Allah mengabarkan
tentang sifatnya, akram, Yang Maha Mulia.
Satu dari sifat-Nya yang mulia, lahir dari nama-Nya. Ar Rahim,
Maha Penyayang. Dalam al Qur’an, Allah mengulangi kata ar Rahim sebanyak 228,
jauh lebih banyak dari asma Allah, ar Rahman yang “hanya” 171.
Beberapa mufassir, menerjemahkan perbedaan antara kata ar Rahman
dan ar Rahim. Jika kata yang pertama, sifatnya berlaku untuk seluruh manusia,
maka kata yang kedua disebutkan, hanya berlaku pada situasi khusus dan untuk
kaum tertentu semata. Namun menariknya, di sini jumlah yang umum jauh lebih
sedikit dari jumlah yang khusus. Artinya, dengan rahim-Nya, Allah teramat
menyintai umat dan kaum yang mulia, manusia-manusia Muslim yang beriman.
Dilimpahkan begitu banyak kemuliaan.
Tempat tumbuh dan berkembangnya janin juga disebut rahim. Di rahim
bermulanya kehidupan. Di rahim dijaga kehidupan ideal seorang manusia. Di
rahim, setiap manusia dilantik apa dan kemana tujuan hidupnya. Dan ketika bayi
dilahirkan, ia menangis demikian rupa, meninggalkan rahim yang melimpah kasih
sayang dan rasa aman.
Begitu pula Allah. Di dalam sifat Rahim-Nya, manusia akan hidup
dengan aman, nyaman, penuh kemuliaan, sentosa dan pebuh keberkahaan. Maka,
sebutlah nama-nama Tuhanmu, dalam setiap awal doa dan permintaan.
Mereka yang selalu membasahi bibirnya dengan kata sederhana, ar
Rahim, maka Sang Pemilik Nama, akan selalu menjaganya dengan segenap kasih
sayang-Nya. Mereka yang selalu menghiasai hatinya dengan kata sederhana, ar
Rahim, maka Allah akan menghiasainya pula dengan kasih sayang yang tak berbatas
ruang dan tak dikekang waktu. Dan siapa saja yang disayangi Allah, maka tak
satupun makhluk di dunia memiliki alasan untuk membencinya. Kecuali mereka yang
telah dikuasai nafsu angkara.
______________________________________________
AR RAHIIM
“Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Akulah Yang
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. al Hijr: 49)
Pertama kali, Allah memperkenalkan diri-Nya dalam sejarah manusia
dengan dua sifat yang menakjubkan. Dalam wahyu pertama, Allah menyebutnya
sebagai Tuhan atas segala ciptaan. Lalu, Allah mengajarkan ilmu pada manusia,
dengan cara yang begitu mulia, membaca. Kemudian sekali lagi Allah mengabarkan
tentang sifatnya, akram, Yang Maha Mulia.
Satu dari sifat-Nya yang mulia, lahir dari nama-Nya. Ar Rahim,
Maha Penyayang. Dalam al Qur’an, Allah mengulangi kata ar Rahim sebanyak 228,
jauh lebih banyak dari asma Allah, ar Rahman yang “hanya” 171.
Beberapa mufassir, menerjemahkan perbedaan antara kata ar Rahman
dan ar Rahim. Jika kata yang pertama, sifatnya berlaku untuk seluruh manusia,
maka kata yang kedua disebutkan, hanya berlaku pada situasi khusus dan untuk
kaum tertentu semata. Namun menariknya, di sini jumlah yang umum jauh lebih
sedikit dari jumlah yang khusus. Artinya, dengan rahim-Nya, Allah teramat
menyintai umat dan kaum yang mulia, manusia-manusia Muslim yang beriman.
Dilimpahkan begitu banyak kemuliaan.
Tempat tumbuh dan berkembangnya janin juga disebut rahim. Di rahim
bermulanya kehidupan. Di rahim dijaga kehidupan ideal seorang manusia. Di
rahim, setiap manusia dilantik apa dan kemana tujuan hidupnya. Dan ketika bayi
dilahirkan, ia menangis demikian rupa, meninggalkan rahim yang melimpah kasih
sayang dan rasa aman.
Begitu pula Allah. Di dalam sifat Rahim-Nya, manusia akan hidup
dengan aman, nyaman, penuh kemuliaan, sentosa dan pebuh keberkahaan. Maka,
sebutlah nama-nama Tuhanmu, dalam setiap awal doa dan permintaan.
Mereka yang selalu membasahi bibirnya dengan kata sederhana, ar
Rahim, maka Sang Pemilik Nama, akan selalu menjaganya dengan segenap kasih
sayang-Nya. Mereka yang selalu menghiasai hatinya dengan kata sederhana, ar
Rahim, maka Allah akan menghiasainya pula dengan kasih sayang yang tak berbatas
ruang dan tak dikekang waktu. Dan siapa saja yang disayangi Allah, maka tak
satupun makhluk di dunia memiliki alasan untuk membencinya. Kecuali mereka yang
telah dikuasai nafsu angkara.
Bacalah ar Rahim, dan temukan dunia yang penuh kasih sayang. Hati
kita akan lebih mudah menyanyangi. Dan kehidupan, insya Allah akan lebih baik
lagi.
Herry
Nurdi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar