Kamis, 04 Oktober 2012

AL MU’MIN | YANG MAHA TERPERCAYA



AL MU'MIN (Yang Maha Terpercaya) adalah dari Allah-lah datangnya keselamatan dan keamanan, karena Dia memiliki media-media untuk mendapatkan keselamatan dan keamanan dan sekaligus untuk menolak bahaya. Karena keselamatan dan keamanan hanya didapati dengan adanya rasa takut.


Misalnya seseorang yang satu tangannya di amputasi, merasa takut atau khawatir bila tanpa tangannya itu, maka keburukan akan menimpanya. Dan yang sesungguhnya tangan yang satunya lagi, sesungguhnya dapat melindunginya.

Pada dasarnya manusia merasa lemah, yaitu takut terkena penyakit, kelaparan dan kehausan. Dan ketakutan manusia yang terbesar yaitu takut tidak akan ada yang melindunginya dari suatu keburukan, karena tidak mempercayai atau tidak beriman kepada Allah atau tidak mempercayakan segala sesuatunya kepada Allah semata. Sesungguhnya takut dan aman itu datangnya dari Allah, karena Allah menciptakan sebab-sebab rasa takut, maka wajarlah apabila menusia berlindung dan memohon pertolongan-Nya.

Iman kepada Allah yaitu iman kepada Dzat-Nya dan iman kepada ke-Esaan-Nya, iman kepada wujud Allah SWT dan iman kepada sifat-sifat ketuhanan-Nya yang paling sempurna. Allah Mahabersih dan Mahasuci, Dzat-Nya tidak menyerupai dzat-dzat makhluknya, dimana manusia mempunyai jenis dan macam sementara Allah tidak seperti itu. Iman kepada ke-Esaan Allah yaitu mengetahui bahwa Allah itu sendiri dalam pemilikan dan pengaturan-Nya, Maha Esa Dzat-Nya, Maha Esa sifat-sifat-Nya, Maha Esa perbuatan-perbuatan-Nya, Maha Esa Firman-Nya dan Dia-lah yang Maha Tinggi.

'Dia-lah Allah yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, yang Mahasuci, yang Maha Sejahtera, yang mengkaruniakan keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha Perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala ke-Agungan, Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dia-lah Allah yang menciptakan, yang mengadakan, yang membentuk rupa, yang mempunyai nama-nama yang paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana [59-Al Hasyr 23~24]

Iman kepada Malaikat-Malaikat-Nya, mereka adalah jasad-jasad yang mulia, yang diciptakan disertai akal tanpa syahwat, yang dapat berubah-ubah wujud dalam bentuk yang mereka kehendaki dengan izin Tuhan-nya, dan hanya Allah yang mengetahui jumlahnya. Barangsiapa yang akalnya mengalahkan syahwatnya maka ia bersama para Malaikat dan barangsiapa yang syahwatnya mengalahkan akalnya maka ia bersama dengan binatang-binatang. Iman kepada para Malaikat berarti membenarkan adanya Malaikat sebagai hamba-hamba yang dimuliakan Allah

'Sebenarnya (Malaikat-Malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan' [21-Al Anbiyaa' 26]

'Yang senantiasa memohonkan ampunan bagi orang-orang yang beriman kepada Tuhan mereka. Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan Neraka yang bernyala-nyala [40-Al Mu'min 7]

Iman kepada Kitab-Kitab-Nya, yaitu membenarkan bahwa sesungguhnya kitab-Nya adalah Firman Allah yang diturunkan kepada para Rasul-Nya dan segala perkara yang terkandung didalam kitab-kitab-Nya adalah benar. Kitab yang diturunkan Allah kepada para Rasul-Nya berjumlah seratus shuhuf dan empat kitab, dari kesemua kitab, Allah memilih Al-Qur'an dan dari Al-Qur'an Allah memilih surat Al-Fatihah, surat yang terpilih dari yang terpilih.

'Dan sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar (tersebut) dalam kitab-kitab orang yang dahulu [26-Asy Syu'ara 196]

'Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al-Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat [4-Al Baqarah 4]

Rasulullah Saw bersabda : Allah yang Maha Perkasa dan Maha Mulia tidak menurunkan didalam Taurat dan tidak pula di Injil, seperti Ummul Qur'an. Allah SWT berfirman: ia adalah tujuh yang diulang-ulang dan ia dibagi antara Aku dan hamba-Ku dan untuk hamba-Ku apa yang ia minta [Tirmidzi]

Rasulullah Saw bersabda: Allah berfirman: Shalat Aku bagi menjadi 2 bagian, sebagian untuk Aku dan sebagian lagi untuk umatku. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang menguasai hari pembalasan, ini untuk Aku dan untuk hamba-Ku akan memperoleh apa yang ia minta bila mengucapkan : tunjukanlah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat dan bukan jalan orang-orang yang telah Engkau murkai, dan bukan jalan orang-orang yang sesat[Muslim].

Iman kepada Rasul-rasul yaitu membenarkan apa yang dibawa para Nabi dan Rasul yang diwahyukan Allah. Penyebutan beriman kepada Malaikat di dahulukan, karena sesuai dengan proses penciptaanya.

Para Malaikat lebih dahulu diciptakan karena tertib risalah, dan merekalah yang diutus Allah untuk menyampaikan wahyu kepada para Nabi dan Rasul. Para Nabi dan Rasul adalah sebaik-baik makhluk Allah. Allah memilih, memelihara, meridhai, dan menjadikan mereka sebagai orang-orang yang dipercaya atas agama-Nya dan Tauhid-Nya. Allah menjadikan mereka keberkahan dan keamanan bagi makhluk-Nya yang ada di bumi.

Para Nabi berjumlah 124.000 dan diantaranya ada 313 Rasul, Nabi yang pertama adalah Nabi Adam a.s dan Nabi yang terakhir adalah Nabi Muhammad Saw.

Para Rasul yang menjadi Ulul `Izmi yatu Nabi Nuh a.s, Nabi Ibrahim a.s, Nabi Musa a.s, Nabi Isa a.s dan Nabi Muhammad Saw.

Iman kepada Hari Akhir (Hari Kiamat) yaitu membenarkan adanya hari akhir dan membenarkan semua perkara yang termasuk didalamnya. Disebut hari akhir karena merupakan hari akhir dari hari-hari dunia dan akhir dari zaman yang terbatas.

Hari Akhir atau Hari Kiamat mempunyai beberapa nama sesuai dengan maknanya:
-As-Saa'ah;
karena Kiamat akan terjadi secara tidak terduga dan cepat hisabnya
-Qiyaamah;
karena pada hari Kiamat semua makhluk bangkit dari kuburnya
atau manusia bangkit untuk menghadap Allah SWT
-Qaari'ah;
karena Kiamat amat menggoncangkan hati
-Haaqah;
karena Kiamat pasti terjadi dan tidak diragukan lagi
-Ghaasyiyah;
karena Kiamat menutupi pengelihatan makhluk dengan kesusahan-kesusahannya,
sehingga mereka tidak sempat lagi memperhatikan makhluk atau manusia lain
-Waaqi'ah;
karena urusan-urusan dari Kiamat terjadi pada hari itu
-Aazifah;
karena hari kiamat itu dekat terjadinya
-Khaafidhlah;
karena pada hari Kiamat, orang-orang yang rendah di masukkan ke Neraka,
karena amal-amal buruknya.
-Shaakhkhah;
karena pada hari Kiamat terjadi benturan keras yang memekakkan telinga,
sehingga menyebabkan manusia menjadi tuli
-Thaammah;
karena hari Kiamat meliputi segala sesuatu yang ada di alam semesta
dan banyak kesusahan yang timbul
-Zalzalah;
karena hari Kiamat menggetarkan hati dan telapak kaki
-Shaihah;
karena Malaikat Israfil meniupkan terompet (Shuur)
-Firqah;
karena pada hari Kiamat terjadi pemisahan, sebagian masuk Surga
dan sebagian masuk Neraka
-Yaumul Mau'uud;
karena pada hari Kiamat telah dijanjikan adanya balasan bagi makhluk,
baik keselamatan maupun kecelakaan
-Yaumul `Ardhi;
karena pada hari Kiamat semua makhluk dihadapkan kepada Allah SWT,
dan semua amalan diperlihatkan kepada-Nya
-Yaumul Hasy;
karena pada hari Kiamat semua makhluk dikumpulkan Allah SWT.
Dihidupkan kembali dan amal-amal di hisab
-Yaumul Mafarr;
karena pada hari Kiamat orang-orang panik mencari tempat berlari
atau perlindungan
-Yaumul Ma'lum;
karena waktu terjadinya hari Kiamat sudah ditetapkan
atau ditentukan dan dikumpulkannya orang-orang terdahulu
dan orang-orang terkemudian
-Yaumul `Asiir;
karena pada hari Kiamat, perhisaban sangat ketat yaitu melewati jembatan, amal-amal ditimbang, dan orang-orang saling berdesak-desakan, sehingga disetiap telapak kaki terdapat seribu telapak kaki.

Matahari berada dekat dengan kepala makhluk yang panasnya dilipat gandakan enam puluh kali, dan panasnya mengelilingi padang Mahsyar.

Iman kepada Qadar (Takdir) yaitu meyakini bahwa sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan hal yang baik dan hal yang buruk sebelum menciptakan makhluk, karena semua yang terjadi adalah dengan ketentuan dan takdir Allah SWT.

Qadar (Takdir) dibagi menjadi dua, yaitu;

(1)-Takdir Baik; perkara yang disesuaikan dengan keinginan,
seperti merasa nikmat dan lezat dalam semua kelezatan,
yaitu kesehatan, makanan, minuman, pernikahan.

(2)-Takdir Buruk; perkara yang tidak disesuaikan dengan keinginan,
yaitu kepedihan, penyakit, kelaparan, kehausan, rasa cemas.

Hakikat Iman dicapai jika seorang hamba sudah menyadari atau mengetahui bahwa sesungguhnya yang menimpa dirinya bukanlah suatu kekeliruan dan apa yang meleset darinya bukanlah merupakan hal yang seharusnya menimpa dirinya.

Rasulullah Saw bersabda: ada 5 perkara yang merupakan bagian dari iman. Barangsiapa dalam dirinya tidak terdapat salah satu diantaranya, berarti ia tidak memiliki iman, yaitu : berserah diri terhadap perintah Allah, rela dengan keputusan-Nya, menyerahkan urusannya kepada Allah, bertawakkal kepada Allah, dan bersabar di awal musibah yang menimpa dirinya.

Seorang yang beriman jika membutuhkan sesuatu maka ia akan menghadap kepada Tuhan-nya dengan pijakan permohonan, ketundukan, merendahkan diri dan bertaubat kepada-Nya. Jika Allah memberikan apa yang diinginkan, maka harus besyukur atas pemberian-Nya, dan jika Allah menolaknya maka patuhlah pada penolakan-Nya, bersabar pada kehendak-Nya tanpa berpaling dari-Nya ataupun menentang-Nya.

Ikhsan adalah hendaknya beribadah kepada Allah seperti kita melihat-Nya, sekiranya kita tidak melihat-Nya, maka ketahuilah bahwa Dia senantiasa memperhatikan kita, yaitu apa saja yang kita perbuat tidak dapat lepas dari pandangan Allah, baik perkara yang nyata maupun perkara yang tersembunyi

Rasulullah Saw bersabda: Iman yang paling utama ialah kamu meyakini bahwa Allah selalu bersamamu dimanapun kamu berada [Thabrani].

Perkara yang merupakan bagian dari Iman adalah Berserah diri terhadap perintah-Nya, Rela dengan keputusan-NYA, Menyerahkan segala urusan kepada-Nya, Bertawakkal kepada-Nya, Bersabar di awal musibah yang menimpa dirinya

'Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua, agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku' [21-Al Anbiyaa' 92]

'Dia-lah Yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadat kepada-Nya. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam' [40-Al Mu'min 65]

Tauhid Rububiyah, yakin bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Allah SWT. Tauhid Uluhiyah dan Ubudiyah, yaitu meniatkan semua perbuatan ibadah, pujian, amal perbuatan hanya untuk Allah semata.

Tauhid sifat, yaitu pemahaman dan penghayatan sifat-sifat Allah SWT.

Tauhid Qauli dan Amali, yaitu keyakinan yang tidak hanya diucapkan oleh lisan akan tetapi dibuktikan dengan amal perbuatan.

Imam Al-Ghazali

****

Hanya Dia pelindung dan pemberi keamanan. Selain-Nya adalah lemah dan fana. Selain-Nya hanya semu dan penuh fatamorgana.
Hanya Dia yang mampu membebaskan manusia dari ketakutan dan rasa lapar. Dua problem peradaban yang terus-menerus mengejar manusia tanpa henti dan lelah. Manusia-manusia yang merdeka, bangsa-bangsa yang merdeka, hanya mungkin merdeka jika telah terbebas dari ketakutan dan kelaparan. Dan hanya dengan izin-Nya atas usaha kita, ketakutan dan kelaparan itu akan sirna.

Jangan pernah salah mengambil pelindung. Karena, selain Allahul Mukmin semuanya menyimpan kemungkinan musnah dan hancur. Hanya Dia yang kekal, lagi kukuh.

Dalam hadits riwayat Imam Ahmad diceritakan, suatu ketika seorang sahabat bertanya pada Rasulullah, “Wahai utusan Allah, apakah mungkin seorang Mukmin bersifat penakut?”

“Ya, mungkin.” Jawab Rasulullah.

“Wahai utusan Allah, apakah mungkin seorang Mukmin bersifat kikir?” tanya sahabat lagi.

“Ya, mungkin juga,” jawab Rasulullah lagi.

“Tapi apakah mungkin seorang Mukmin pembohong?”

“Tidak mungkin!” tegas Rasulullah.

Kikir dan takut, mungkin saja ada di dalam jiwa seorang Muslim yang Mukmin. Karena ia menjadi tabiat yang melekat dalam diri manusia. Tapi ada tempat kembali yang sempurna, yang Mahapemberi Keamanan. Dengan berdzikir menyebut nama-Nya, al Mukmin, kita akan terbebas dari rasa takut, lemah, kikir dan khawatir atas mara bahaya.

Al Mukmin, akan menyelamatkan hamba-Nya yang selalu mengingat-Nya. Ketika seorang hamba mengingat-Nya di kala sepi, pasti Dia akan mengingat kita di kala ramai. Ketika seorang hamba mengingat-Nya di kala lapang, pasti Dia akan mengingat kita di saat sempit. Dengan nama-Nya, dengan izin-Nya, tak ada yang tak mungkin terjadi di muka semesta.

Herry Nurdi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar